Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Senin, 24 Oktober 2016

TIGA POHON KESEJAHTERAAN

Share

Gambar : Pohon Ceri.



Dunia yang sudah tua ini umurnya tidak akan lama lagi, apalagi tanda-tanda ketuaannya sudah banyak terlihat. Baik secara tidak jelas maupun secara jelas dan begitu terkesan. Namun, hanya sebagian orang yang mengadari hal-hal tersebut. Mengapa tidak semua kejadian-kejadian kecil mengenai hari berakhirnya dunia ini sudah semua terlihat, seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Quran bahkan hadist-hadist nabi sekalipun. Jika kita cermati hal terasebut satu demi satu sudah berapa lama dunia ini ada sejak sebelum manusia menjadi penghuni dunia ini. Sudah berapakah umur bumi yang telah ribuan tahun bahkan ratusan tahun ini yang kita pijaki setiap hari ini tercipta. Sudah sepantasnya kita untuk merenungi semua itu, bahkan manusia diberikan kelebihan oleh Allah Swt dari makluk-makluk lain yaitu akal. Akal sebagai pemikiran untuk memahami dan mencermati setiap kejadian-kejadian yang telah diperlihat-Nya kepada kita. Mengapa kita berpikir seperti itu, bahkan kita hanya sibuk memikirkan setiap permasalahan-permasalahan yang datang secara bertubi-tubi.

Jika tidak ada permasalahan, maka dunia ini tidak akan ada. Sama halnya Allah menciptakan tempat yang indah yang disebut dengan sorga dan satu tempat yang buruk yang disebut dengan negara. Maka, begitu juga kehidupan di dunia ini ada orang yang jahat dan ada juga orang yang baik. Kehidupan kita ini sudah dalam skenarionya Allah Swt, ibarat sebuah perfilman yang disana ada tokoh protagonis atau tokoh baik dan juga tokoh antagonis atau tokoh jahat (penentang tokoh baik). Setiap manusia sudah ada peran-perannya masing-masing, maka dia hanya menjalankan setiap peran yang diberikan. Bahkan setiap kejadian-kejadian yang akan terjadi pun Dia sudah dalam skenarionya. Namun, jangan heran juga terkadang skenario yang dijalankan itu dapat berganti peran. Sebagaimana Allah telah menyatakan bahwa hanya takdir yang tidak bisa dirobah, namun nasip seorang hamba atau anak Adam sekalipun dapat dirobah.
Itu berarti bahwa setiap peran yang dijalankan akan tergantung dengan kepribadian masing-masing tokohnya. Jika seorang tokoh berlaku baik dan mampu membenahi dirinya menjadi lebih baik lagi atau berguna bagi orang banyak. Itu berarti peran yang dia jalankan yaitu menjadi orang baik. Namun sebaliknya, jika seseorang tidak mampu untuk diatur oleh orang dan bertindak sesuka hati saja. Maka sudah jelas peran orang itu sebagai orang jahat di atas dunia ini.
Dalam contoh kecilnya saja dalam sebuah keluarga, disana ada Ibu dan anak-anaknya beberapa orang, namun Ayahnya sudah lama meninggal dunia. Suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara seorang Ibu dan anak-anaknya. Namun, kata si Ibu dia yang benar dan anaknya yang salah dan tidak tahu balas budi. Namun disisi lain, sang anak benar dan si Ibu mengikuti suami barunya itu. Padahal baru beberapa bulan dia kenal, sedangkan sudah puluhan tahun dia hidup dengan anak-anaknya. Disanalah terlihat peran yang antagonis dan protagonis itu terlihat, apalagi sifat dan tingkah laku anak-anaknya memiliki kepribadian yang berbeda-beda juga seperti ada yang kasar dan keras, ada mudah tersinggung, ada juga yang baik, bahkan ada juga yang tidak mau diatur dan suka dengan apa yang dia inginkan.
Bahkan bukan hanya itu, setiap orang yang terlahir akan mengalami perkembangan seperti bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Setelah tua mereka akan kembali kepada sifat kekanak-kanakan jika hal-hal yang positif tidak bisa dipertahankan dalam dirinya dan hanya menganggap diri yang sudah lama hidup sudah banyak tahu daripada orang lain. Bahkan sikap ego dan tidak mau mengalah kepada orang lain itu di kedepankan. Seperti itulah sifat Ibunya kepada anak-anaknya, padahal sebelumnya anak-anak mereka setuju Ibu menikah lagi. Namun, ketika peran seorang Ibu tidak dapat dipertahankan lagi dan hanya menganggap setiap tindakan yang dilakukan suaminya adalah baik serta anak-anaknya dianggap salah.
Hanya gara-gara sang Ayah tiri yang tidak banyak bicara dan lebih banyak diam. Itulah awal dari permasalahan tersebut, sang Ibu tidak merasa dihargai di rumahnya sendiri dan merasa pemberiannya itu tidak ada. Namun, setiap hari ketika sampai di rumah dan terus saja itu yang dikatakannya pada dirinya sendiri. Padahal si Ibu tahu kalau dia yang sedang berbicara sendiri itu dapat langsung didengar oleh anaknya. Sang anak yang terus menerus diperlakukan seperti itu merasa bahwa kesabarannya sudah memuncak dan sudah meluap-luap, karena sudah setiap hari itu yang dibicarakannya. Bahkan orang-orang yang lewat tahu akan kejadian tersebut dan bahwa si anak lah yang salah. Sang anak yang merasa diperlakukan tidak sesuai dengan yang sebenarnya merasa marah bahkan anak laki-lakinya ikut memarahi sang Ibu karena tingkahnya tersebut.
Setiap hari berganti minggu, itu-itu saja yang menjadi topik permasalahan yang disampaikan sang Ibu. Anak laki-lakinya itu sampai memukul dinding triplek hingga retak. Bahkan sang Ibu menuding bahwa semua anak-anaknya merasa sudah tidak menghargainya dan sampai kamarnya yang biasa di kunci, terlihat sudah rusak entah kenapa. Bahkan sang Ibu menuduh bahwa semua yang dilakukannya tidak dihargai bahkan di rumahnya sendiri. Maka pada suatu ketika anak sulungnya mendengarkan setiap permasalahan dari masing-masing pihak. Awalnya dari pihak saudara perempuannya mengatakan setiap permasalahan dari awal hingga menjadi memanas seperti itu dan keikutsertaannya kakak laki-lakinya. Karena anak sulungnya itu memang jarang di rumah dan tinggal jauh dari rumah bahkan di daerah orang lain. Setelah mendapatkan informasi dari sang kakak, maka datanglah sang anak sulung kepada pihak Ibu menanyakan kejadian dari awal hingga akhir.
Maka dari itu diambil kesimpulan dari kedua belah pihak bersitegang mempertahankan egonya masing-masing dan mengannggap merekalah yang benar. Maka sang anak sulung mencoba mempertemukan kedua belah pihak, namun ego masing-masing pihak masih terlihat dan tidak ingin akur atau berdamai. Maka di ambillah tiga buah anak pohon cery yang sudah dipotkan oleh sang anak sulung. Ketiga anak pohon cery itu kira-kira tingginya sudah lima CM. Sang anak mencoba memberikan pohon itu kepada sang Ibu dan agar anak pohon cery itu ditajam di mushallanya dan begitu juga dengan sang kakak perempuan untuk ditanami didepan rumah. Dan satunya ditajam di tempat tinggal si anak sulung, sebenarnya ketiga anak pohon cery itu adalah sebagai pohon kesejahteraan yang akan tumbuh seperti ketiga anak pohon cery itu besar dan memberikan kesejukkan dan rasa nyaman dibawahnya. Bahkan buahnya dapat memberikan kelegahan dari rasa haus.
Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, bahkan tahun. Namun hanya satu pohon kesejahteraan itu yang mampu hidup sampai sekarang yaitu anak pohon cery yang ditanam sang kakak perempuan didepan rumah. Namun dua anak pohon sesejahteraan itu mati entah kanapa, namun seiring berkembangnya sang anak pohon cery hingga besar dan juga bergantinya waktu. Ternyata benar satu pohon kesejahteraan telah berhasil mendamaikan keluarga kecil itu hingga menjadi saling membutuhkan dan saling membantu satu sama lain.
Rasa kasih sayang itu tumbuh dan seiring dengan semakin besarnya pohon kesejahteraan itu. Semoga pohon kesejahteraan itu akan semakin tumbuh besar sampai beranak pinak disana. Dan juga kesejahteraan keluarga kecil ini akan tetap utuh hingga dunia yang tua ini benar-benar tidak mampu lagi bertahan dan Allah Swt mempertemukan kita di tempat yang sebaik-baiknya nanti di akhirat kelak tanpa terkecuali seorangpun.

0 komentar:

Posting Komentar