Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Senin, 31 Oktober 2016

KOTA SIBUK Part 7 (Final)

Share


 
Foto : Bermain di Lapangan Pesisir Selatan.
Tanggal 23 nanti aku akan pergi Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke Pesisir selatan di Nagari Kampung Baru, Kec. Terusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Itu adalah hal yang paling aku sukai dan aku inginkan sebelum penguman tersebut keluar. Karena aku merasa bosan berada terus di Tanah Datar dan tidak pernah keluar dari Luhak Nan Tua ini. Ternyata Allah mengabulkan doaku dan aku ditempatkan di luar Tanah Datar. Alhamdulillah juga aku mendapatkan teman-teman yang baik dan mengangkatku menjadi ketua kelompok 6.
Entah kenapa aku dari dulu tidak pernah menolak setiap amanah yang diberikan kepadaku, akan tetapi aku tidak pernah meminta amanah itu kepada orang lain. Karena aku yang dipercaya selaku pemengang amanah itu, insyaallah amanah itu akan aku jaga. Sebetulnya ada yang lebih layak menjadi ketua daripadaku akan tetapi mereka percayakan itu semua kepadaku. Aku hanya berpesan kepada mereka.

“Kalau memang teman-teman semua memilih aku sebagai ketua kelompok, maka aku tidak akan bisa melakukan semua tanpa ada bentuan dan kerja sama dari kita semua,” ucapku kepada anggotaku.
Setelah pertemuan kami dengan pembimbing DPL di gedung L dengan Pak Zihnil Afif, M. Kom. Beliau dipanggil dengan sebutan Pak “Izi.” Beliau sangat baik dan sangat cocok menjadi dosen DPL kami. Kami mendapatkan tiga kelompok di Kecamatan Terusan tersebut yaitu kelompok 5, 6, dan 7. Semuanya berjumlah 30 orang dan setiap kelompok ada tiga orang laki-laki. Dari kelompok 5 Hendri Gunawan menjadi ketuanya, sedangkan dari kelompok 6 adalah aku sendiri, serta kelompok 7 Boywan Habibi Syarif.
Setiap kelompok akan mengutus dua orang perwakilan untuk survei langsung ke tempat. Hari kamis pagi kami akan berangkat ke Pesisir Selatan bersama-sama. Malam rabu aku tidak bisa tidur hingga pukul tiga ditemani oleh adikku dari asrama. Entah kenapa aku paginya telat bangun karena bergadang semalam itu. Aku mengisi waktu malam itu dengan mengajarkan adikku belajar menge-edit foto. Alhamdulillah hanya sebentar aku ajarkan dia sudah bisa sendiri.
Akhirnya aku kesiangan bangunnya, padahal aku telah ditelpon Pak Izi untuk dapat berkumpul jam tujuh dan setengah tujuh telah berada di kampus. Akhirnya aku melakukan persiapan ke pesisir selatan pagi itu dengan cepat. Bahkan membawa motor ke kampus dengan kecepatan penuh. Tempat pukul tujuh aku sampai di kampus dengan selamat dan aku langsung ke tempat teman-temanku yang lebih awal datang. Merek telah lengkap disana hanya tinggal ak saja yang belum datang. Setelah lama menunggu Pak Izi, dari pinggir jalan berhenti sebuah mobil silver dan ternyata benar Pak Izi dan Bang Alex disana. Kami berangkat sekitar pukul setengah delapan menuju ke Pesisir selatan melalui jalan solok.
Ternyata dalam mobil kami harus rela berdesakan, karena ada dari kelompok 5 dan 7 mengutus tiga orang per kelompok. Alhasil kami jadi harus menerima tempat yang lebih sempit jadinya. Keadaan yang serba membuat kami merasa tidak nyaman tersebut kami jalani dengan hati yang lapang dan ikhlas. Aku yang kurang tidur semalam menghabiskan waktuku dengan dengan tidur saja selama dalam perjalanan. Tanpa terasa waktu berlalu ternyata aku baru sadar bahwa kami terada di Sumani, Solok. Disana kami berhenti untuk istirahat sejenak dan setelah itu perjalan kami lanjutkan kembali. Sepanjang perjalanan Pak Izi memberikan berbagai ilmu yang lebih kepada kami dan tidak henti-henti aku bersyukur bertemu dengan dosen yang luar biasa.
Setelah lama menempuh perjalanan kami istirahat kembali sejanak di Panorama Paninjauan. Disana semuanya terlihat jelas pemandangan indah dan terbuka ke tepian lautan Padang. Aku merasakan hal yang sangat luar biasa dari mataku dengan keindahan yang alami. Hanya lima menit kami disana dan menutup istirahat kami dengan foto bersama. Kamipun melanjutkan perjalanan kami ke Pesisir Selatan.
Kami berhenti dipersimpangan Pelabuhan Bungus untuk membeli nasi. Semuanya ada sepuluh orang termasuk Pak Izi dan dan Bang Alex. Aku berjalan dengan Widuri bendahara dadakan dan sekaligus sekretarisku di kelompok 6. Kami memesan sepuluh bungkus nasi bungkus dengan berbagai macam sambalnya diantara: dendeng, ikan gulai, ikan bakar, dan yang lainnya.
Kami makan bersama dipinggir jalan sebelum sampai di kantor wali. Sebelumnya Pak Izi sudah menelpon Pak Wali dan juga Pak Jorong sebelum kesana. Walaupun kami sempat dihadang oleh polisi dua kali dalam razia. Alhamdulillah berkat Pak Izi kami lolos dan perjalanan kami berjalan lancar sampai tujuan.
Sekitar pukul satu kami telah berada di kantor wali, semua jajaran wali dan jorong telah ada disana. Semua menyambut kami dengan sangat hangat disana dan respon yang positif. Sekitar satu jam lebih kami diarahkan dan mendapatkan informasi dari Pak Wakil Wali dan Pak Jorong. Sekitar jam satu lewat kami telah selesai diskusi membahas tujuan, tempat tinggal nantinya, berapa harinya, serta situasi daerah disana sepintas lalu. Sebelum kami sempat singgah terlebih dahulu di tempat salah satu warung yang terdekat dari kantor wali.
Kami semuanya berkunjug dan bertanya-tanya kepada salah seorang pemuda dan salah satu perempuan penjaga warung. Kami bertanya tentang situasi dan kondisi daerah disana. Interaksi yang terbatas dan waktu yang juga terbatas, akhirnya kami selesaikan mendengar teriakkan dari Pak Izi dari depan kantor wali.
“Anak-anak Bapak pulang dulu, lanjutkan observasinya,” sambil tersenyum melihat kami.
“Iya Pak, hati-hati ya Pak,” sambil membalas senyumana dan lelucon tersebut.
Akhirnya kami berpamitan dengan semua tamu yang hadir di kantor wali dan penduduk yang kami kunjungi tersebut.
“O..iya Pak, sebelum jam enam bisa sampai ke Batusangkar nggak Pak,” sambil berjalan mendekati Pak Izi.
“Emangnya ada apa Van.”
“Begini Pak, setelah ini ada keperluan dengan kakak ke Payakumbuh Pak.”
“Ok, Bapak usahankan ya Van.”
“Iya Pak, terima kasih Pak.”
Kami yang awalnya berniat akan bermain dulu ke tempat-tempat wisata jadi tidak jadi karena Pak Izi harus mengejer waktu dan kami berjalan menuju Batusangkar kembali. Aku sangat setuju dengan pmikiran Pak Izi tersebut, bahwa sesaui dengan pemikiran Rasulullah Saw yaitu “Cepat sifatnya Nabi, sedangkan buru-buru sifatnya setan.”
Alhamdulillah berkat keahlian dan ketepatan waktu yang yang dicapai Pak Izi, kami sampai di Batusangkar pukul 6.20. Walaupun sedikit telat dari perkiraan yang disetujui yaitu pukul enam dan aku masih sempat ke Payakumbuh. Setelah berpamitan dengan Pak Izi dan yang lainnya untuk berpamitan pulang. Akhirnya aku mencoba mengejar waktu yang sedang berlalu ke Sungayang yang sedang ditunggu Kak Mursal.
Motor aku parkir motor di kantor PLN Sungayang, tanpa istirahat kamipun meluncur melintasi gelapnya malam. Kak Mursal yang paham benar dengan situasi dan kondisi yang aku yang belum makan dari siang tadi. Makanya Kak Mursal menyuruhku untuk membeli gorengan di Tabek Patah. Akhirnya kami sampai di Payakumbuh sekitar jam 7.30 di Payakumbuh dan kami langsung ke pencetakan sablon kostum Kak Mursal dan nomor yang dipesannya sudah ada dan langsung dipesannya yaitu nomor punggung 13. Nomor punggung kesukaannya sejak dulu dan juga dia entah kenapa suka dengan nomor tersebut sejak dulu. Walaupun orang lain lain menganggat itu adalah nomor sial, akan tetapi tidak berlaku pada Kak Mursal. Akan tetapi sebaliknya yang terjadi pada dia, sejak kami bermain futrsal bersama Kak Mursal menjadi momok yang menakutkan bagi lawan-lawannya. Dia sering menyulitkan lawan dalam mencari kemenangan dan juga dia selalu on fire dalam bermain.
Goal yang kami ciptakan sering berawal dari tendangan dari kakinya yang mematikan dan juga menbobol gawang lawan. Entah kenapa saat aku bermain futsal malam ini. Aku sudah tidak konsentrasi terhadap permainanku yang lama, entah karena aku belum lapar dan juga keletihan dalam perjalanan jauh. Aku juga tidak tahu mengenai itu semua yang pasti permainanku malam ini sangat tidak memuaskan. Aku sering mendapatkan serangan dingin dari lawan. Beberapa kali dada dan perutku terkena siku lawan. Apakah itu disengaja atau tidak aku juga tidak tahu.
Rasa emosiku naik ingin membalas itu semua, termasuk dengan Kak Mursal yang juga mendapatkan hal yang sama denganku kali ini. Permainan keras terjadi dilapangan itu dengan emosi tingkat tinggi. Walaupun aku juga sudah pernah melakukan permaianan yang beremosional tinggi di Batusangkar. Permainan berakhir dengan seri dan kami meminta izin kepada semua dan Kak Irwan untuk kembali ke Batusangkar.




0 komentar:

Posting Komentar