Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Selasa, 18 Oktober 2016

PERJALANAN DI KOTA WISATA

Share

Gambar : Perayaan Tahun Baru Masehi di Kota Bukittinggi.


Setelah melewati masa-masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang di tempatkan di Pesisir Selatan, tepatnya di Kampung Desa Baru, Nagari Kampung Baru Korong nan Ampek (KBKA), Kecamatan Tarusan. Masa yang lebih kurang 45 hari itu sentak membuatku sedikit mengerti bagaimana kehidupan bermasyarakat dan memahami setiap tempat yang berbeda-beda. Memang benar kata pepetah minang, lain lubuk lain ikannya, “lain padang lain belalangnya.” Namun berkat kerjasama sama kelompok, kami mampu melalui setiap rintangan-rintangan yang ada. Walaupun sempat sedikit bermasalah akan tetapi berkat keterbukaan dan rasa tanggungjawab yang tinggi untuk mengelola setiap kegiatan yang direncanakan. Pada akhirnya kami berhasil meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam perkampungan tersebut agar selalu bisa di jalankan setiap generasi yang ada.

Sekarang tinggal beberapa langkah lagi mencapai gelar Sarjana S-1 yang sekarang ini akan mengakhiri semester VII (tujuh). Insya Allah semua mata kuliah telah berhasil aku lewati dengan baik, walaupun demikian ada beberapa mata kuliah yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Aku tetap yakin dan percaya aku akan mampu melewati semua rintangan, cobaan, dan ujian yang akan ada, walaupun harus mengorbanku diriku sendiri. Aku tidak ingin mengecewakan pengorbanan, bantuan dari keluarga-keluargaku, orang-orang terdekat denganku. Walaupun target kuliahku tidak tercapai, namun insya Allah aku akan meyelesaikan secepat mungkin dan bisa bekerja sesuai apa yang aku inginkan, yaitu: “Bekerja di Luar Tanah Datar, kalau bisa sejauh kakiku melangkah.”
Aku tidak pernah memilih-milih tempat baik untuk KKN yang telah berlalu dan tempat Magang yang sedang berjalan. Semua itu aku serahkan kepada kampus, namun teman-temanku yang lain tidak ingin menerima apa yang diberikan kampus. Makanya mereka mencari tempat Magang sendiri, ada yang di Solok, Padang, Sijunjung, Padangpanjang, dan Bukittinggi. Aku salah satu orang yang beruntung yang mendapatkan tempat di Bukittinggi, karena aku tidak pernah mengira akan mampu merasakan hawa sejuk Kota Bukittinggi ini. Aku dulu berkeinginan tempat Magangku yaitu: pertama di Padangpanjang karena ingin merasakan indah dan nyamannya Kota Padangpanjang serta ingin bertemu penulis terkenal yaitu Pak Irzen Hawer. Yang kedua Bukittinggi, karena ingin merasakan sejuk dan indahnya Kota Wisata serta dapat bertemu dengan salah satu sahabat terbaikku disini.
Pagi menjelang siang, selesai kuliah Akuntansi Internasional, seorang temanku mengapaku.
“Van, mau Magang di Bukittinggi ?” sambil berhenti didekatku.
“Insya Allah mau, dimana tempatnya Iskandar ?”
“Tempatnya di permodalan, namun bisakah Van mencari lima orang teman cewek lagi ?”
“Tanya yang lain dulu Iskandar, baru ada Lely dan seorang senior yang mintak mencari tempat kalau ada,” jawabku.
“Berarti tinggal tiga orang lain lagi, nantilah dikasih kabar lagi,” sambil berlalu.
Beberapa hari kemudian Iskandar datang membuka pembicaraan.
“Ada dapat tambahan teman yang kemarin Van ?” tanya Iskandar.
“Belum Iskandar, begini saja Van. Kak Yanti dan teman-temannya sudah ada lima orang jadi mereka saja di Permodalan, jadi karena di Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Kota Bukittinggi tinggal satu orang cowok jadi cepatkan sampaikan pada Juli dan Tecy kalau Van bisa disana,” mencoba menjelaskan.
“Ok, nanti aku temui mereka, terima kasih banyak Iskandar,” sambil berlalu meninggalkan tempat perkuliahan.
Sore itu juga aku dapat nomor Juli dan Tecy dari teman-teman lokalnya dan langsung mengabarkan ingin bergabung tempat Magang dengan mereka. Akhirnya mereka memberikan izin untuk bergabung dan selanjutnya mengurus surat menyurat dan hal lainnya baik di kampus dan juga di Dinas Koperindag di Bukittinggi. Setelah sebulan mengurus tempat Magang akhirnya keluarlah bahwa tempat itu sudah disetujui baik dari kampus dan pihak Dinas Koperindag.
Alhamdulillah aku bisa merasakan indahnya Kota Wisata dan bertemu dengan sahabatku disana,” dialog dengan hatiku.
Seiring berjalannya waktu kami yang ikut Magang telah berada di Bukitting, sebuah tempat kos yang mewah bagiku itu juga dicarikan tempat di Belakang Balok tidak jauh dari tempat Magangku. Sebelumnya aku pergi ke Bukittinggi meninggalkan keluarga dan meminta izin kepada mereka dan pengurus mushalla untuk pergi Magang. Dalam perjalanan ke Kota Wisata tersebut, aku tidak tahu tempat kosnya dan sengaja menelpon salah seorang temanku yaitu Iskandar. Jadi aku di jemput di dekat Dinas Koperindag dan berjalan melewati kampus UNP cabang Bukittinggi dan membelok ke arah kanan.
“Aku merasa tempat ini tidak asing lagi dari,” pikirku dalam hati.
Pada akhirnya sampai juga di tempat kos dan disana hanya empat orang disana baru, yaitu: Iskandar, Miqo, dan Ibrah. Terlihat mereka sudah membagi kamar, dan aku mengambil jatah di kamar bawah serta mereka mengambil kamar atas. Sebenarnya kamarnya itu saling bersebelahan namun karena ada orang yang juga Praktek Lapangan (PL) dari UNP Padang dan menginap disana jadi kami untuk seminggu harus dibawah dulu. Baru keesokan hari semua sudah hadir di tempat kos baru yang akan kami tempati itu di Kecamatan Aur Birugu Tigo Baleh (ABTB) Nagari Belakang Balok. Kami sudah lengakap delapan orang yaitu Yogi, Miqo, Iskandar, Reda, Ibrah, Ismail, Randi, dan aku.
Maka pagi-pagi sekali aku sudah bangun karena kebiasaan anak kos kalau terlalu pagi mandi pasti antri. Makanya aku langsung mandi setelah sholat subuh dan membuka notebook-ku untuk mengisi waktu dengan menulis cerpen. Sekitar jam tujuh terlihat semua sudah bersiap-siap untuk ke kantor ada yang masih mandi, ada yang memakai baju, ada yang bersisir ada yang sarapan. Aku pun mengakhiri tulisanku dan bersiap-siap untuk ke kantor pagi itu.
Walaupun itu adalah hari pertamaku masih kantor dan membuatku sedikit grogi. Sekitar jam 07.30 WIB aku sudah berada di Dinas Koperindag, terlihat beberapa pegawai sudah berdatangan dan termasuk ketiga teman satu magangku yaitu: Tecy, Juli, dan Dian. Untuk menunggu Buk Khairani sebagai pembimbing lapangan kami di sini. Sekitar pukul sembilan beliau datang dan mengantarkan kami kepada bagian kepegawaian.
Setelah berkenalan dan memberikan sedikit penjelasan magang oleh Buk Khairani, kami semua dibagi. Tecy mendapatkan bagian Koperasi, Juli dan Dian bagian Administrasi serta aku bagian Industri. Aku diantarkan langsung oleh Pak Khairul Anwar bagian kepeawaian ke bagian Industri.
Memasuki ruangan kecil itu jantungku semakin cepat bergerak dan aku mencoba menenangkan diri.
Assalamu ‘alaikum,”sapaku kepada semua pegawai.
Wassalamu ‘alaikum,” jawab mereka.
Pak Ujang sapa sehari-harinya memulai bicara.
            “Ini ada tambahan anak magang untuk di tempatkan disini.”
            “ada tambahan ada bujang kita ya, silahkan duduk,”jawab salah seorang pegawai.
Aku hanya bisa tersenyum kecil dan mengambil tempat duduk yang sesuai tempat yang diperintahkan. Aku masih canggung dengan keadaan baru itu. Setelah berkenalan satu demi satu pegawai di bagian industri aku bisa menghafal namanya diantaranya: Kak Heni, Buk Len, Buk Desmunarni, Buk Desneli namun panggilannya Mami, Buk Suzi dan Pak Tavip serta Kabig Industri Pak Ir. Azhari panggilannya Pak Teten.
Disana aku tidak hanya mengerjakan tentang akuntansi saja semua hal yang bisa aku bantu aku kerjakan, termasuk mengetik. Aku dibolehkan mengoperasikan dua buah komputer yang ada disana. Kak Heni yang selalu membimbingku dan juga Buk Len serta yang lainnya. Setelah beberapa hari bekerja, berganti minggu hingga menjadi bulan aku mulai dekat dengan semua pegawai disana. Terkadang bercanda bersama, shalat berjamah dan makan siang bersama, termasuk bercerita.
***
31 Desember 2014
Siang itu aku mendapat pesan balasan dari Bang Angga dan memberikan nomor Bang Sahrul untuk membantuku mencari tempat Kos. Maka setelah pulang dari kantor aku menelpon Bang Sahrul dan bertemu didepan Kantor Walikota Lama yaitu di depan Lapangan Kantin. Bang Sahrul juga mengajak Hendri untuk membantu mencarikan tempat kos baruku karena aku tidak sanggup membayar tempat kos yang lama dengan harga yang lumayan mahal.
Setelah Hendri datang, kami mencari ke ke tempat yang biasa ada tempat-tempat kos-kosan. Akan suara azan magrib membuat kami berhenti sejenak dan shalat berjamaah di mesjid Agung Bukittinggi untuk melaksanakan perintah Allah.
Air wudhu’ membuat pikiran dan jiwaku segar kembali.
“Abang pulang dulu gimana Van ?”kata Bang Sahrul didepan Mesjid.
“Kok cepat Bang,” jawabku.
“Bang ada keperluan dan nanti kemalaman juga pulang, Hendri bisa membantu mencarikannya. Bisakan Hendri ?” melemparkan pertanyaan itu tiba-tiba.
“Insya Allah bisa Bang,” jawabnya singkat.
“Kalau tidak dapat, SMS Bang ya,” sambil tersenyum.
“Iya Bang, syukron Bang,” sambil bersalaman.
“Langsung pulang Bang ?” sapa Hendri.
“Iya Hendri.”
“Ngak makan dulu kita Bang ?”
“Boleh.”
Maka kami berjalan ke pasar bawah dan memakirkan motor kami didepan rumah makan itu. Bang Sahrul memesan tiga nasi goreng dan beberapa saat menunggu maka pesananpun datang. Malam yang dingin sangat pas untuk makan goreng bersama.
Tiba-tiba ada SMS masuk dari temanku.
“Ada di kos kawan ?”
“Di tempat teman kawan, sebentar lagi pulang,” jawabku singkat.
“Aku sebentar lagi mau ke tempat kawan.”
“Ok.”
Ternyata itu pesan dari sahabatku Ariez dan akan nginap di tempatku malam itu. Maka melanjutkan makanku, beberapa menit berlalu kami semua sudah menghabiskan makan malam kami dan Bang Sahrul yang mentraktir kami malam itu. Kami berbisah di depan rumah makan itu, aku dan Hendri berjalan ke pasar bawah yaitu ke Tangah Sawah untuk mencari tempat kos. Beberapa buah tempat kos sudah kami tanya ternyata belum ada yang kosong akhirnya ada yang sedikit anak kosnya namun keadaan rumahnya tidak layak. Akan tetapi Ibuk itu tidak sedikit ragu dengan hal itu. Maka mengakhiri perjalan malam itu dengan bersalaman kami berpisah ke tempat masing-masing.
Malam itu adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, beberapa jalan sudah di tutup bagian Jam Gadang yaitu malam tahun baru Masehi. Beberapa menit berjalan aku sudah berada di tempat kos, disana masih ada Iskandar. Aku bersih-bersih dan beberapa menit berlalu datang Ariez. Kamipun makan bersama dan bercerita-cerita sama lain, ternyata Bang Yon senior kami juga akan nginap di sini. Kami berempat saling bercerita dan tidak tentu arah. Sekitar pukul setengah sebelas kami berjalan ke Lapangan Kanting, ternyata lapangan itu sudah ramai dengan lautan manusia. Disana juga ada kedatangan artis yaitu Ratu Sikumbang sekaligus peluncuran albun ke 15-nya.
Sekitar pukul 11 malam itu terlihat orang-orang megalihkan pandangannya ke Jam Gadang, ribuan orang berjalan menuju Jam Gadang. Malam itu benar-benar lautan manusia membanjiri Kota Jam Gadang itu.
“Kenapa setiap orang datang juah-jauh ke sini hanya untuk merarakan tahun baru kawan ?”tanyaku sama Ariez.
“Tidak tahu juga teman, mungkin lebih meriah,” jawabnya singkat.
Setiap jalan yang aku telusuri setepak demi setepak, terlihatlah realita malam itu terbuka sudah. Terlihat pasangan berjalan berdua sambil berpegangan tangan muda mudi, lihat disini, dimana-mana terlihat pemandangan yang tidak enak tersebut. Ada juga beberapa dari wanita yang memakai pakaian yang serba ketat berjalan tanpa ada rasa malu.
“Aku yang sudah memakai baju dua lapis saja masih kedinginan, apakah baju yang hanya menutup dada dan bagian inti saja tidak kedinginan,” pikirku dalam hati.
Bukan hanya itu berjalan ke Jam Gadang sudah bercampur baur antara laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya lagi. Biasanya kaum laki-laki lebih suka untuk memanfaatkan kesempatan kalau istilah minangnya, mencari kesempatan dalam kesempitan dengan mangolek-ngolek dan bersentuhan dengan lawan jenisnya. Namun tidak terkadang kaum perempuanlah sering melakukan itu. Terkadang dia sengaja atau bagaimana masuk pada rombongan laki-laki tanpa mempedulikan dirinya bergesekan satu sama lain dengan laki-laki. Sesampai di Jam Gadang aku menemukan pertanyaan yang terus menghantuiku.
“Ternyata ini alasan orang-orang berdatangan ke Bukittinggi hanya untuk merayakan tahun baru masehi,” pikirku dalam hati.
Terlihat beberapa pasangan sudah mengambil tempat didepan taman Jam Gadang berpasang-pasangan, ada yang berpelukan ada yang duduk berdua, ada yang lebih parah lagi dari pada itu. Ditengah keramaian orang mereka masih sempat untuk bermesra-mesraan bahkan dunia terasa milik mereka berdua. Mereka pikir kita yang lain ini ngontrak di bumi ini, bahkan tangan si laki-laki sudah gesit ke menyentuh tubuh bahkan mahkota kebanggaan wanita sendiri sudah tidak ada harganya lagi malam itu. Walaupun aku tidak memperhatikan secara jelas namun secara sepintas lalu aku sudah melihat kejadian itu berulang-ulang kali.
Semua pasangan itu bahkan sudah menjelang subuh aku kira masih disana, karena ada temannya Iskandar yang sengaja menitipkan motornya di kos kami. Mereka pulang ke Batusangkar sudah pukul setengah empat subuh. Pada saat kami pulang ke kos semua kembali berdesak-desakan, namun aku sempat mengambil beberapa jempretan setiap kejadian yang aku lihat secara jelas. Semua orang berdesak-desakan berjalan menuju ke Lapangan Kantin.
“Apakah ini yang dimaksud Nabi kondisi umat akhir zaman ?”
“Bagaimana kondisi negara, agama, dan kaum pemuda sekitar sepuluh tahun, dua puluh tahun yang akan datang ?” debatan hati dan pemikiranku.
Malam semakin dingin dan rasa kantuk yang terus datang membuatku sulit untuk berpikir dan tidak ingin terus memberatkan pikiranku. Bahkan rasa kantuk itu berhasil mengalahkanku hingga aku terbenam dalam tidurku. Memang sudah seharusnya aku tidur lagipula sudah pukul dua dini hari dan rasa pusing entah kenapa terasa berat. Itulah aku tidak ingin terus bercerita dengan teman-temanku yang lain yang masih terus bercerita tidak tentu arah.
Pada paginya aku diajak Ariez ke Pasar untuk berjalan-jalan dengan Yona dan Ucy setelah Iskandar pulang kampung siang itu. Kami berempat berjalan melalui jalan semalam yaitu didepan Jam Gadang ternyata masuh terlihat beberapa pasangan muda mudi masih duduk santai disana.


“Hay, itu sudah shif berepa Riez ?” tanyaku kepada temanku.
“Sudah shif empat mungkin teman,” candanya.
“Kira-kira sampai berapa shif lagi ya Riez ?” tanyaku lagi.
“Banyak mungkin Van, biarlah orang-orang itu, nggak siang, nggak malam sama sama saja,” cilotehnya.
Maka siang itu kami berjalan ke pasar second ada juga Rani dan Yosi setelah itu, aku hanya menemani mereka yang berjalan-jalan membeli ini itu. Sekitar pukul sebelas kami kembali ke kos masing-masing. Malam hari datang dan dalam kegelapan malam itu aku masih berpikiran dengan apa yang aku lihat tadi, berbagai pertanyaan menghantui pikiranku.

0 komentar:

Posting Komentar