Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 19 Juni 2016

KERBAU KEHILANGAN MINANG

Share



Gambar: Pakaian khasMinangkabau.

            Daratan Andalas adalah daerah yang sebagian besar dihuni oleh orang-orang Minangkabau. Nama yang harum dikala itu, bahkan orang-orang Minangkabau inilah pada awalnya lebih maju daripada orang-orang daeerah yang lebih berkembang dengan kota pada saat ini. Namun orang yang hebat dalam bidang persilatan dan terkenal adalah orang Minangkabau seperti : Silat Tuo, silat Harimau, dan Silat Kumango. Selain itu orang-orang Minangkabau ini juga hebat dalam berbabagai ilmu baik itu ilmu hitam ataupun ilmu putih. Semua ilmu itu tersebar di kepulauan Sumatera atau Andalas pada dulunya. Daerah yang lebih dikenal orang yang penuh dengan berbagai ilmu disana yaitu Kamang, Agam. Daerah ini dekat dengan Bukittinggi.

            Namun orang Minangkabau ini tidak kala hebatnya juga dalam memperbaiki elektronik, bahkan orang-orang yang pertama kali belajar dan pandai di bidang ini adalah orang Minangkabau. Semua itu hanya segelintir dari hal-hal besar yang tersisa di masa lalu. Kebudayaan, adat istiadat, budi pekerti, dan kebersamaan sangat sulit sekali kita lihat yang seperti itu pada sekarang ini. Kebudayaan yang dahulu sangat tinggi hingga seluruh negeri tahu dengan cara berpakaiannya saja itu orang Minangkabau. Namun apa boleh buat pada masa sekarang ini, laki-laki dan perempuan sama saja. Mungkin pada saat sekarang ini memang peran Mamak sedikit daripada dulu, karena perubahan zaman juga merubah pola pikir anak-anak muda pada saat sekarang ini. Bahkan mereka juga memilki emansipasi wanita dan juga HAM yang tidak sesuai dengan adat Minangkabau ini.
            Mengapa tidak, HAM yang diciptakan orang luar negeri namun dibeli pemerintah Indonesia dan diterapkan di Indonesia. Negara yang bukan negara Islam dan non muslin yaitu Amerika Serikat, diterapkan dan diaplikasikan di Negara Indonesia dengan ketinggian adat basandi syara’nya. Perempuan Minangkabau yang dulunya sangat menjaga aurat dan hubungan yang bebas, namun sekarang apa hendak dikata generasi sekarang sudah teracuni dengan kehidupan dunia barat yang begitu sangat tidak sesuai dengan adat dan agama kita. Bahkan pacaran yang dilakukan muda-mudi sekarang ini merupakan cikal bakal generasi kita yang salah dalam mencontoh dunia barat dan dunia perfilman. Bahkan adat Minangkabau yang tinggi budayanya sekarang bagaikan jatuh pada dasar jurang yang dalam. Bagaimana tidak di daerah Minangkabau ini sudah ada virus-virus kemaksiatan yang sangat mencela atau mencoreng nama baik Minangkabau ini yaitu kabar dari 50 Kota tentang Arisan Seks yang dilakukan oleh anak-anak sekolah. Bahkan ada kabar orang Minangkabau masuk agama lain dan mereka bangga dengan hal itu. Dimana Minangkabau dulu yang berjaya hingga ke ujung dunia ? Apakah hanya tinggal kerbaunya saja ? Hingga generasi Minangkabau ini bertingkah bagaikan binatang yang tidak tahu jo malu.
Bahkan dulunya kita saling bekerja sama dalam membantu sesama kita dan terbinanya hubungan masyarakat yang saling bekerja sama satu sama lain. Misalnya dalam memanen padi, dulu tidak ada yang diupahkan kepada orang lain. Namun rasa kebersamaan itulah yang membuat orang-orang yang lewat disana ikut membantu hingga selesai. Bahkan jika tidak bisa membantu orang disana, rasa segan untuk melewati itu saja tidak berani dan lebih memilih jalan lain untuk sampai pada tujuannya. Namun sekarang masyarakat Minangkabau, budaya dan rasa kebersamaan itu sudah jauh dan sudah tidak ada lagi dalam hal kebersamaan. Bahkan dalam melakukan gotong royong saja yang hadir tidak seberapa dan hanya orang-orang itu saja setiap kali gotong royong.
Sangatlah miris jika kita dengarkan perkataan orang-orang sekitar kita tentang daerah Minangkabau sekarang ini. Sangatlah tidak enak untuk didengar, jika kita lihat dari dahulu orang-orang Minangkabau ini terkenal dengan budi pekertinya dan adat istiadatnya, seperti : Buya Hamka, Mahmud Yunus, Tuanku Imam Bonjol, Tan Malaka, Muh. Hatta, dan lain-lain. Itu semua bukan seperti membalikkan telapak tangan saja. Tidak. Namun semua itu butuh proses yang panjang dan didikan yang matang dari Niniak-Mamak kita dulu dan gurunya mengaji di surau. Karena itulah mereka bisa dan mampu menjadi orang-orang besar dan dikenal orang-orang dengan kepintaran dan budi pekerti serta semangat juang mereka dalam membangkitkan, mempertahankan tanah air ini dari tangan-tangan musuh.
Segala sesuatu yang datang dari luar tanah Minang ini harus disaring atau di filter terlebih dahulu, tidak diluluah atau ditelan mentah-mentah segala sesuatu itu. Semua mudarat dan faedahnya harus kita teliti terlebih dahulu, jika itu baik maka pakai dan gunakanlah selagi tidak bertentangan dengan adat budaya kita. Namun jika itu tidak baik dan bertentangan dengan adat budaya kita, maka tinggalkan dan jangan diambil.


Jika memang kita tidak ingin kehilangan Minang itu dan tidak terlalu jauh menghilangnya. Maka kita harus saling menjaga anak-anak kita, cucu-cucu kita, kemenakan-kemenakan kita, dari hal-hal yang tidak baik dan dapat merusak aqidah bahkan mencoreng nama baik Minangkabau ini. Walaupun selama ini kita sedikit lengah dengan kegiatan kita, akan tetapi hari ini mulailah untuk saling menjalin kebersamaan itu dari keluarga kita. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama dalam keuarga seperti : makan malam bersama dan berkumpul, sambil cerita tentang aktivitas sehari tadi, membersihkan pekarangan rumah bersama, mengaji bersama setelah shalat magrib, shalat berjamaah di rumah, nontong bersama, bahkan kita perlu juga membuat rencana sesekali untuk pergi jalan-jalan ke tempat wisata bersama-sama. Kalau perlu juga melakukan olahraga bersama setiap minggu. Maka dengan memupuk rasa kebersamaan dari keluarga kecil kita, maka akan sangat berdampak kepada lingkungan masyarakat nantinya.
Bukan hanya itu juga sering mengingatkan anak kita untuk tidak meninggalkan shalatnya setiap hari. Serta jadikanlah diri kita sebagai tempat untuk mencurahkan isi hatinya atau curhatnya anak kita, terkadang kita harus menjadi teman untuk anak kita, terkadang kita harus menjadi sahabat untuk anaknya dan jangan jadikan diri kita hanya sebagai Ibu dalam keluarga kita. Perhatikan bagaimana perkembangan pergaulan anak kita, bagaimana perkembangan pelajarannya di sekolah, bagaimana perkembangan bacaan Al-Qurannya di tempat mengaji. Itu semua tidak akan kita ketahui tanpa ada kita saling berbincang-bincang di setiap waktu yang kita adakan bersama. Selain tempat menjalin ikatan rasa keluarga yang harmonis dan juga sejahtera, juga sebagai sarana untuk mengevaluasi diri kita untuk menjadi seorang Ibu ataupun seorang Ayah bagi anak-anaknya.
Ibarat pepatah modern, “Kulli syaiin bi angsurin,” itu artinya segala sesuatu itu diangsur-angsur. Memang untuk menjadikan anak kita seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan menjadikan anak kita seorang anak yang shaleh/shalehah dengan cepat namun dengan sedikit demi sedikit. Dengan cara membimbingnya, mengawasinya, memperhatikannya, dan sentuhan kasih sayang kita terhadap anak kita. Maka insyaallah jika semua itu kita jalankan dan kita praktekkan dalam keluarga kita, maka daerah Minangkabau ini akan makmur dan harum kembali nama yang hilang itu. Ibaratnya pisau babaliak ka saruangnyo, bukan tidak mungkin kita akan kembali mendapatkan Minang dan tidak hanya kerbaunya saja. Semua itu juga harus saling bekerja sama antara orang tua di rumah dan guru di sekolah, di tempat mengaji di surau, dengan adanya dukungan dari orang tua, maka akan sangat mudah untuk mendidik anak-anak atau generasi-generasi Minangkabau yang lebih baik untuk ke depannya.
Dalam ayat Al-Quran Allah menyebutkan bahwa Aku tidak merubah nasib suatu kaum sebelum mereka sendiri yang merubahnya. Maka apa yang disampaikan Allah itu melalui kitab sucinya, maka semua itu harus kita mulai dari diri kita sendiri dan tidak ada campur tangan dari orang lain. Jika memang kita berniat menjadikan daerah Minangkabau ini kembali harum maka memang kita sendiri yang memulainya dan bukan orang lain. Cobahlah untuk kita renungkan kembali ? Apa yang salah dari didikkan kita kepada anak-anak kita selama ini ? Masihkah kita melakukan kegiatan-kegiatan secara bersama dan saling membuka ruang diskusi dalam keluarga kita ? Semua itu hanya kita yang tahu dan kita yang akan menjalaninya. Semoga akan lahir kembali generasi-generasi terbaik dan penerus Minangkabau ini baik untuk daerah, bangsa, agama dan negara, bahkan dunia sekalipun. Dan jangan menyerah dengan apa yang kita lakukan, teruslah berjuang semaksimal mungkin.


0 komentar:

Posting Komentar