Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Senin, 13 Juni 2016

JANJI YANG TERLUPAKAN

Share
Foto: Kampus IAIN Batusangkar.

Jika ada pertemuan, maka akan ada perpisahan. Itulah yang sering terjadi bahkan menjadi realita dalam kehidupan kita. Memang benar dalam kehidupan itu semua sudah atur oleh Allah Yang Maha Sempurna, segala sesuatu itu dipasang-pasangkan. Jika ada malam maka akan ada siang, jika ada sedih maka akan ada bahagia, jika ada kesuksesan maka akan ada kegagalan, bahkan manusia pun berpasangan jika ada wanita maka akan ada laki-laki. Bahkan saat sebuah pertemuan ada dua orang insan baik secara kebetulan maupun tidak. Mereka akan saling mengenal, memahami, bahkan akan saling berbagi baik itu suka maupun duka. Itu semua jika kedua insan tersebut sudah ada rasa penasaran dan ingin menjalin persahabatan dalam diri mereka. Terkadang saat sebuah rasa itu mulai sama dan ikatan hati yang saling memikat satu sama lain, di saat itulah sebuah perpisahan terkadang melanda kedua insan tersebut. Apakah itu sebuah tantangan persahabatan atau ujian dalam persahabatan mereka ?

Di sebuah perguruan tinggi negeri mereka sama-sama angkatan awal di kampus itu. Seorang mahasiswi berasal dari daerah yang sangat jauh dan rela mencari ilmu sampai ke kampus ternama tersebut. Sedangkan mahasiswa ini adalah orang pribumi, bisa dikatakan seperti itu karena jarak kampus dengan rumahnya tidak begitu jauh bahkan hanya menempuh perjalanan 15 menit sampai di kampus. Kedua mahasiswa baru ini memang tidak saling mengenal satu sama lain, akan tetapi  mereka satu jurusan dan satu kelas di kampus ternama tersebut.
Awal perkuliahan setiap mahasiswa dan dosen mengadakan silahturrahmi antara sesama mahasiswa satu dengan yang lainnya bahkan dosen tersebut ikut serta dalam hal ini.
“Mengawali pertemuan kita hari ini, mungkin kita perkenalan dulu, karena ‘tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta,’ itulah pepatah yang sering kita kenal dalam sebuah perjumpaan awal perjumpahan kata hari ini, silahkan dimulai dari depan,” pintak dosen tersebut.
“Nama saya Nilam Valensia, MNnnnnn....Alamat Padangpanjang, aaasal sekolah SMK 1 Padangpanjang,” dengan nada gugup.
“Selanjutnya, ...selanjut...,”suara dosen dari depan.
Seorang perempuan berbadan kecil berdiri malu-malu dan berkata dengan nada sedikit gugup.
Assalamu ‘alaikum, Wr. Wb. Kenalkan nama saya Manda Fitria, panggilan Manda, alamat Muaro Bungo, Jambi, asal sekolah Pondok Pesantren Darussalam Sitiuang.”
Setelah beberapa lama menit memperkenalkan diri, akhirnya ditutup salam dan duduk kembali di kursinya. Beberapa orang telah memperkenalkan dirinya, maka terdengar suara pintu terbuka dari luar.
Assalamu ‘alaikum,” dua orang laki-laki masuk sambil membuka pintu.
Wassalamu ‘alaikum, silahkan masuk,” jawab dosen tersebut.
Maka kedua laki-laki tadi masuk dan mencari tempat duduk paling belakang. Maka beberapa lama duduk maka tibalah giliran mereka untuk memperkenalkan diri.
“Baik, nama saya Iskandar, alamat Sungayang. Asal sekolah SMA 1 Sungayang. Sekian.
Akhirnya datanglah giliran sahabat Iskandar itu, dengan wajah sedikit ragu dan merah. Dia mencoa berdiri berlahan-lahan mencoba bangkit dari kursinya. Dengan suara parau dan gemetaran mencoba memperkanalkan dirinya di depan teman-teman barunya.
Assalamu ‘alaikum. Nama Ii….ii..nama Irvan, alamat Sungayang. Asal sekolah MAN 1 Batusangkar. Wass…aalammm,” dengan cepat duduk kembali.
Terlihat wajah Irvan memerah dan sulit mengucapkan kata-kata di depan tema-teman barunya itu. Dia hanya berpikir agar cepat selesai dan tidak mau menanggapi komentar dari teman-temannya. Begitulah anak yang satu ini yang pendiam dan pemalu. Namun ada banyak rahasia yang tersimpan dalam dirinya.
Beberapa bulan menjani perkuliahan tersebut. Persahabatan antara Iskandar dan Irvan semakin dekat dan dekat, berawal dari perkenalan di kampus tersebut. Padahal mereka satu kampung namun tidak pernah bertemu bahkan berkenalan. Hingga menjadi sebuah persahabatan yang mendalam. Hingga sampai satu tempat tinggal dan satu tempat tidur, bahkan pergi-pulang bersama ke kampus. Ternyata di tengah kedekatan kami, ada salah satu teman lokal kami yang menyimpan rasa yang mendalam kepada salah satu diantara kami. Bahkan kami pernah bercerita satu sama lain suatu malam.
“O...ya Van, lengkap sudah teman-teman lokal, ada yang manis tapi tinggi, ada juga yang gemuk namun manis, bahkan ada juga yang manis bahkan cerewetnya bukan main, tapi ada satu yang menarik hati yaitu Manda, orangnya kecil namun manis,” memulai cerita malam itu.
“O...Manda,” sambil mengangguk kecil.
Padahal sebenarnya Irvan dan Manda sudah dekat dan berkenalan sebelum Iskandar menceritakan semua itu. Terbesit di hatinya bahwa sesungguhnya dia memiliki rasa yang yang sama dengan gadis unik tersebut. Dari awal temannya bercerita tadi dia sudah mulai menebak-nebak apa inti dari perkataan temannya tadi. Dalam hal tersebut tiba-tiba dia sangat ingat pertemuan awal mereka sampai dekat hingga menjadi sahabat bahkan lebih, akan tetapi masih menyimpan rasa masing-masing yang begitu mendalam.
Bermula dari sebuah drama Bahasa Arab pada Pekan Pesta Bahasa di kampus STAIN Batusangkar (sekarang IAIN Batusangkar). Irvan dan teman-temannya ditunujuk sebagai peserta drama bahasa arab dan nasyid bahasa Inggris. Dua minggu kami mempersiapkan semua pentas seni yang akan diperlombakan pada Pekan Pesta Bahasa tersebut. Maka ada seorang teman mengusulkan untuk langsung meminta naskah drama Bahasa Arab pada dosen Bahasa Arab langsung di Padangpanjang.
Sekitar tiga motor melaju sore itu ke tempat Buk Yenti dosen Bahasa Arab  tersebut. Irvan bersama dengan Arimy, Yosy, Hana, Kak Yan, dan Zamy. Sekitar jam lima kami sampaikan di Padangpanjang dan mencari lokasi rumah Buk Yenti, namun belum juga menemukan hasil. Akhirnya setelah bertanya-tanya kepada orang maka jam setengah enam kami menemukan rumah Buk Yenti tersebut.
“Tok...tok...tok......Assalamu ‘alikum,” ucap Arimy dari depan pintu.
Berselang beberapa menit terdengar suara telapak kaki melangkah mendekati pintu, dan ternyata seorang wanita yang sudah angkat.
Wassalamu ‘alaikum, cari siapa Nak ?”
“Maaf Buk, kami mahasiswa STAIN Batusangkar. Ingin bertemu dengan Buk Yenti, apakah ada Buk Yentinya Buk ?”
“O...mahasiswa nya Buk Yenti, silahkan masuk Nak. Buk Yentinya ada di dalam. Silahkan duduk dulu, biar Ibuk panggilkan dulu,” sambil meninggalkan kami.
“Iya Buk, terima kasih Buk,” sambil duduk di sofa.
Beberapa menit menunggu, Buk Yenti keluar dan kami bersalaman satu per sama. Terlihat wajah senang Buk Yenti dengan kehadiran kami, memulai percakapan.
“Sudah dari tadi datang anak-anak Kak ini,” masih sambil bersalaman.
“Belum juga Kak,,,eeeeh...Buk, kami tadi mutar-mutar untuk mencari rumah Ibuk, tanya sini tanya sana. Akhirnya ketemu juga,” jelas Arimy.
“Adik yang mengirim pesan kepada Kakak kemarin ya ?” tanya Buk Yenti.
“Iya Buk, begini Buk kami ada drama Bahasa Arab di kampus sekitar satu minggu lagi Buk. Jadi kami membutuhkan bantuan Ibuk untuk membuatkan dialognya,” jelas Arimy.
“O...kirain untuk apa, Ibuk ada teks drama Bahasa Arab dan juga filmnya, sebentar Kak ambil dulu, silahkan di minum airnya ” sambil masuk ke dalam.
“Iya Kak,” jawab kami bersama.
Buk Yenti tidak mau dipanggil Ibuk karena beliau masih muda dan belum pantas di panggil dengan sebutan tersebut, dia menyuruh kami untuk memanggilnya dengan sebutan Kakak biar semakin dekat saja sama dia. Itulah keinginan Buk Yenti yang harus kami terima, beberapa saat ke belakang akhirnya dia muncul dari balik pintu.
“Ini masih ada naskah dramanya, ini waktu Kak mengadakan penelitian untuk skripsi dulu, dan waktu adik-adik datang tadi Kak sedang menyelesaikan tugas S-2 yang masih berantakan. Maaf kalau tadi Kak agak lama membuka pintu soalnya Kak sedang dalam kamar,” jelas Kak Yenti.
“Iya Kak, tidak apa-apa Kak. O...jadi Kak sedang S-2 sekarang, enak ya Kak mengajar iya juga kuliah iya juga.”
“Iya Kak mengajar senin sampai jumat dan sabtu-minggu kuliah di Padang, ya begitulah kehidupan Kak,” mencoba melepaskan beban-bebannya.
“Maaf Kak kalau kedatangan kami ke sini menganggu Kakak, kami pamit dulu Kak,” selah Kak Yanti.
“Kok cepat pulangnya.”
“Sudah mulai gelap Kak, nanti takut kehujanan Kak,” mencoba menjelaskan.
“Iya nggak apa-apa, hati-hati saja pulangnya. Kalau ketemu dengan Kak di kampus tegur ya ?” sambil tersenyum.
“Iya kak, assalamu ‘alaikum,” sambil berjalan ke luar.
Sekitar pukul enam kurang kami berangkat kembali ke Batusangkar, dengan hasil yang telah kami dapatkan yaitu sebuah teks drama Bahasa Arab. Namun sayangnya semua Bahasa Arab dan kami tidak terlalu tahu artinya, walaupun demikian kami tetap semangat bisa tampil dalam drama tersebut.
Keesokan harinya kami bertemu di dalam kelas dan membahas tentang penampilan drama tersebut, maka teman-teman pun memutuskan untuk menonton filmnya terlebih dahulu. Ternyata bukan hanya teksnya saja yang dikasih, filmnya pun juga dikasih oleh Buk Yenti. Maka siang itu setelah kuliah kami menontong film singkat dengan judul, “Naro Kecil Menangis.” Sebuah film perjuangan kedua anak kecil yang bertahan hidup di tengah kekacauan peperangan yang melanda sebuah negeri. Pada saat film tersebut diputar kami semua memahami isi dan kandungan makna yang tersimpan dari film kartun tersebut. Ternyata kedua anak ini kehilangan orang tua, rumah bahkan sanak family mereka tidak bisa terus-menerus memberikan tumpangan hidup bagi mereka, maka mereka pergi meninggalkan rumah family-nya dan pergi mencari sebuah tempat yang sederhana serta jauh dari keramaian. Namun akhirnya adiknya yang bernama Naro sering kelaparan, maka sang kakak pergi ke desa mencari makanan. Pada saat pesawat tempur melepaskan peluru-pelurunya semua orang kocar-kacir mencari perlindungan, namun tidak dengan sang kakak yang menerobos asap dan masuk ke dalam rumah yang ditinggaikan untuk mencari makanan, bahkan apa yang bisa dijual untuk membeli makanan. Begitulah setiap hari, suatu ketika sang kakak pergi mencari makanan ke desa. Setelah sampai di rumah sederhana mereka maka sang kakak membangunkan sang adik namun sayang. Sang adik tidak bernyawa lagi dan pergi untuk selama-lamanya, maka sangatlah sedih sang kakak dengan deraian air mata. Maka dengan kesedihan tersebut sang kakak menguburkan adik tersayangnya dan tinggallah sang kakak seorang diri.
Semua kami terharu menonton film singkat tersebut, sampai habispun kami terdiam dan tidak ada yang bersuara yang tergelam dengan kesedihan film tersebut. Akhirnya kami diskusi dan membuat drama tersebut ke dalam versi Bahasa Indonesia awalnya. Irvan mendapat peran sebagai kakaknya Naro, Arimy sebagai Ibu Naro, Manda Sebagai Naro, namun bukan mengunakan nama Naro akan tetapi mengunakan nama Nayla serta ada peran-peran yang lain yang mengunakan teman-teman lainnya. Akhirnya naskah drama tersebut selesai masih versi Bahasa Indonesia, kami terkendala dengan men-translate naskah tersebut ke dalam Bahasa Arab. Setiap kami mencari kenalan anak Bahasa Arab dan ternyata Irvanlah yang kenal dengan anak Bahasa Arab. Maka teks tersebut diberikan kepada Irvan untuk menjadikan Bahasa Arab kepada temannya.
Pada suatu mata kuliah pangantar Bahasa Inggris dengan Mr. Ridho, Irvan sengaja meletakan tasnya lebih dulu didalam kelas. Karena ia akan menemui temannya dari Prodi Bahasa Arab, maka Irvan menyampaikan hal tersebut kepada Arimy.
“O...ya Rimy, sampaikan kepada Mr. Ridho Van izin telat masuk karena Van menemui teman untuk men-translate teks drama Bahasa Arab kemarin ya ?” dengan tergesa-gesa.
“Ok Van, nanti Rimy sampaikan.”
“Terima kasih Rimy,” sambil berlalu.
“Ya sama-sama Van.”
Maka Irvan berjalan ke belakangan kampus, terdapat beberapa tempat duduk yang disebut gajeboh, memang tempat ini paling enak untuk santai dan menikmati pemandangan alam yang indah dari ketinggian dan keindahan bangunanan kampus yang tinggi terlihat gedung K yang lantai 5, gedung L berlantai 3, lapangan tenis, lapangan voli, dan lapangan Basket serta lapangan Futsal. Di sebuah ujung gajeboh telah menunggu seorang teman Irvan, dia berjalan tergesa-gesa menuju tempat tersebut sambil membawa sebuah kertas dan pulpen. Padahal sebelumnya mereka telah berdialog tentang keberadaan mereka dan di tempat inilah mereka berjanji akan bertemu.
“Maaf telat Bi, sudah dari tadi menunggu Bi ?” tanya Irvan sambil bersalaman.
“Tidak apa-apa Van, belum lama juga,” sambil menerima salam Irvan.
“Untuk tugas apa Van yang kemarin itu Van ?” tanya Robi.
“Begini Bi sebenarnya ini bukan tugas, melainkan ini untuk drama Bahasa Arab yang akan kami tampilkan nantinya Bi, ini sudah kami buatkan teks dalam Bahasa Indonesianya. Tolong ya Bi, karena waktu tinggal seminggu lagi dan kami juga belum latihan Bi ?” dengan nada berharap.
”Coba lihat Van, O...ini tidak terlalau sulit Van,” dengan memberikan langsung dengan tulisan arab serta barisnya.
Hanya sekitar tiga puluh menit semua teks tersebut telah di translate ke dalam Bahasa Arab, Robi ini adalah teman se-firqoh saat Marhaban. Kegiatan masa perkenalan dengan kampus dan juga teman-teman baru di kampus tersebut. Mereka sama-sama firqoh 17, Robi ini berasal dari Padangpanjang dan sebelum masuk ke kampus dia telah mengajar di Pesantren Thawalib Padangpanjang. Makanya dia sudah lancar dengan Bahasa Arab, dari pertemuan mereka itu akhirnya menjadi sebuah sahabat sampai sekarang walaupun tidak sering bertemu akan tetapi rasa persahabatan antara mereka tidak akan pernah hilang. Walaupun jarang bertemu dan tempat yang memisahkan mereka berdua, karena persahabatan tidak akan pernah goyah walaupun tidak sering bertemu dan bercerita satu sama lain.
Setelah meminta terima kasih dan berpamitan Irvan pergi meninggalkan Robi, yang kebetulan teman-temannya sudah berada disana. Maka Irvan pun kembali ke tempat perkuliahan dan meminta izin masuk kepada Mr. Rodho. Maka perkuliahan Basaha Inggris pun berlangsung sekitar satu setengah jam.setelah perkuliahan selesai maka kelompok drama tersebut berkumpul untuk mendiskusikan tentang teks drama tersebut. Berselang beberapa menit semua anggota sepakat akan bertemu besok sore di belakang kampus dan telah mendapatkan teks drama Bahasa Arab.

***

Setelah selesai kuliah sore itu mereka berlatih drama Bahasa Arab di gajeboh tempat terbuka tersebut. Dalam melakukan latihan drama tersebut Irvan sempat berkenalan satu sama lain kepada Manda dan telah saling kenal mengenal sama lain. Padahal mereka juga memainkan lakon sebagai seorang adik-kakak dalam drama tersebut. Dalam latihan adegan drama tersebut ada adegan yang membuat Irvan terpikat selain dengan kebaikkan hati Manda, manis rupawan wajah Manda, juga sentuhan tangan Manda yang dirasakan Irvan saat itu, kala menarik tangan Manda dengan lembut. Terasa adegan romantisan cinta pada pertemuan pertama yang begitu indah dan menarik. Hingga latihan berakhir kedua teman yang beru berteman tersebut semakin hari semakin dekat, bahkan mereka saling bertukar nomor handphone.
Mulai saat itu mereka saling sms-an satu sama lain menanyakan berbagai hal baik itu pribadi maupun berkaiatan dengan perkuliahan. Sampai drama itu berlangsung di Auditorium kampus dengan lancar walaupun tidak seperti yang diinginkan. Karena drama kami ini hanya latihan tiga kali dan itupun belum maksimal dalam latihan, makanya hasilnya juga biasa-biasa saja. Dalam penampilan nasyid Bahasa Arab Manda terlihat sangat manis dengan baju putih dan mengenakan jilbab hitamnya. Penampilan yang sayang untuk dilewatkan, karena Irvan dan Iskandar hampir dibilang telat jika telat beberapa menit. Pas kami sampai di depan Auditorium kampus ternyata penampilan nasyid dari kelas kami sedang berlangsung. Maka dengan bangga kami berjalan ke dalam ruangan sambil menepuk tangan dan mencari tempat duduk.
Maka secara otomatis semua teman-teman yang tampil kembali semangat dengan kehadiran kami. Beberepa menit berlangsung dan diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah dan kami berfoto bersama di dekat Aula tersebut. Maka beberapa jepretan demi jepretan terjadi dengan berbagai gaya yang ditampilkan. Beberapa menit untuk berfoto maka Iskandar mendapatkan foto berdua dengan Manda, itu membuat Irvan cemburu dengan hal tersebut. Sedangkan Irvan tidak berani untuk mintak foto berdua dengan Manda, dan hanya dapat foto berdua dengan kak Yanti. Walaupun demikian antara Irvan dan Iskandar tidak ada saling berprasangka buruk dan saling bertengkar satu sama lain. Hubungan mereka tetap sama dengan hari-hari sebelumny sebagai sahabat.
Suatu ketika antara Irvan dan Manda ternyata diketahui oleh teman-temannya berjalan berdua di kampus dengan baju yang sama yaitu berwarna biru. Tersebarlah gosip baru di kampus bahwa Irvan dan Manda berpacaran padahal mereka hanya sebagai sahabat. Walaupun demikian kami tidak terlalu menghiraukan perkataan teman-teman tersebut, walaupun kami benar-benar menyimpan rasa yang sama di dalam hati masing-masing.
Teryata benar malam itu Manda menelpon kepada Irvan, mereka bercerita sama sama lain, tentang awal kedekatan mereka, tentang gosip dari teman-teman.
“Van, sebenarna Manda dari awal bertemu Irvan ada rasa suka sama Van, meskipun belum kenal. Akan tetapi dengan kedekatan Van denganArimy membuat Manda harus menyimpan rasa itu dalam-dalam meskipun sakit didalam. Manda mencoba tetap bertahan dan bersabar untuk mendapatkan Van, walaupun Manda sudah ada yang punya namun Manda menyukai Van,” sambil menangis diujung sana.
“Mengapa Manda baru mengatakannya sekarang, jika Manda katakan dari awal Manda tidak akan sakit, karena ternyata Van juga mengukai Manda. Maafkan dengan kedekatan Van dengan Arimy, Van tidak sengaja membuat Manda sakit, Van tidak ingin meneteskan air mata Manda, dan Van tidak ingin Manda bersedih dengan hal ini,” mencoba menjelaskan.
Akhirnya Manda berhenti menangis dan dengan penuh harapan ternyata mereka memiliki rasa yang rasa, maka hati Manda mulai stabil dan senang dengan hal yang sebenarnya yang diungkapkan oleh Irvan kepada dirinya. Perbincangan demi perbincangan terjadi sampai Manda bercerita bahwa dia pernah mengikuti lomba kaligrafi dan sampai pada tingkat provinsi ke pulau Jawa kala itu. Hal yang menjadi inspirasinya adalah dia selalu memperhatikan pesawat yang melintas diatas kepala dan berniat untuk bisa mewakili Sumatera dalam dalam perlombaan tersebut. Memang benar dia keluar sebagai pemenang dan berhak mendapatkan tiket ke Pulau Jawa. Walaupun disana dia tidak berhasil menang, karena lawan-lawan yang dia hadapi memang rata-ratanya diatas rata-rata kemampuannya semuanya.
“Hebat ya Manda bisa pergi sejauh itu, nanti Van dibuatkan kaligrafi yang indah ya Manda ?” pintak Irvan kepada Manda.
“Nantilah, jangan sekarang Van.”
“Iya Manda, tapi janji ya Manda,” dengan nada cepat.
“Iya nanti Manda buatkan, tapi sebisa Manda ya Van ?”
“Tentu iya lah Manda, apapun yang Manda buatkan akan sangat berharga bagi Van.”
“Iya Manda usahakan Van.”
“Tadi Manda yang bilang kalau Manda tamatan dari pesantren, jadi ilmu agamanya hebat tentunya. Ajarin Van doa-doa setelah sholat ya Manda ?”
“Iya Van, tapi Van juga bisa berdoa kan ?”
“Iya Manda, namun Van ingin doa yang baru dari Manda ?” dengan penuh harap.
“Iya deh nanti Manda ajarin Van sekalian, akan tetapi apa yang bisa Manda ajarin ya Van ?”
“Tentu iyalah Manda, mana mungkin Manda mengajarkan apa yang tidak Manda ketahui.”
Terdengar perbincangan mereka semakin lama semakin dekat dan terasa lebih dekat, ternyata Manda sudah memiliki cowok sebelum kuliah di kampus yang baru ini, dia menceritakan kalau dia tujuh tahun yang lalu telah memiliki cowok sampai sekarang, meskipun demikian dia juga menyukai Irvan. Entah kenapa rasa itu tidak bisa dia bendung dalam hatinya walaupun akan menyakitkannya, dia juga mengatakan kalau dia sedang bermasalah dengan cowoknya tersebut. Cowoknya itu orang kampungnya juga dan kuliah di IAIN Iman Bonjol Padang. Mereka hanya bertemu jika pulang kampung saja dan jika ada perjalanan Manda ke Padang.
Walaupun demikian Irvan tidak ingin tergesa-gesa dengan keputusannya walaupun mereka mempui rasa yang sama. Akan tetapi menjadi sahabat jauh lebih indah dari pada pacaran, maka mereka menjalin persahabatan satu sama lain, bahkan seperti sebuah persaudaraan antar kakak dan adik.
“Van ingin kita nantinya sama-sama masuk, juga sama-sama keluar ya Manda. Kita sama-sama memakai toga kebanggaan kita dengan hasil yang baik tentunya.”
“Manda juga berharap demikian Van, semoga tercapai Van.”
“Maaf kalau permintaan Van terlalu banyak, terakhir Van mintak jika Van memakai toga nanti. Van ingin Manda menunggu Van didepan gerbang kampus dan Van ingin Manda orang yang pertama mengatakan selamat kepada Van, gimana ?” tantang Irvan.
“Iya Van, tapi lulus dulu ya ?”
“Ok. Janji ya Manda ?”
“Iya Manda akan datang nantinya.”
Akhirnya setelah lama mereka berbincang-bicang dan diakhiri dengan salam, maka perbincangan mereka terputus untuk sementara waktu. Ada tiga janji yang terucap antara mereka berdua yang akan Manda penuhi nantinya. Malam itu juga Irvan tidak lama setelah itu tertidur pulas sampai azan subuh menbangunkannya dalam mimpi-mimpi indah dengan bidadari cantik semalam. Menjadi bunga tidur yang mengenangkan bagi Irvan dan menjadi motivasi untuk terus maju dan melangkah lebuh baik lagi.
Rumor kedekatan Manda dan Irvan semakin menjadi-jadi hingga akhirnya Manda bertanya bagaimana selanjutnya.
“Begini saja Manda agar mereka tidak membicakan itu lagi, katakan saja pada mereka bahwa kita sudah jadian, semoga isu-isu itu akan hilang nantinya,” jelas Irvan.
“Iya Van, semoga demikian.”
Akhirnya semua teman-teman tahu kalau kami benar-benar jadian dan ada seorang sahabat Irvan yang tidak senang dengan hal ini, yaitu Iskandar. Maka setelah mata kuliah ditutup dan dosen keluar, Iskandar maju ke depan kelas sambil mempermalukan kami berdua didepan kelas kepada teman-teman semua dengan kedekatan kami. Irvan tahu kalau Iskandar memang pintar bicara dan mempengaruhi orang lain, bahkan Irvan telah meminta maaf berulang kali dengan hal kedekatannya dengan Manda di dapatkannya dari orang lain bukan dari sahabatnya sendiri. Namun karena keegoisan Iskandar dia tetap mempersalahkan Irvan.
Hingga suatu malam, permasahalahan itu datang dari mereka. Iskandar yang sedang belajar terganggu dengan suara Irvan yang sedang menelpon Manda di ujung sana, entah karena cemburu atau apa. Akhirnya Iskandar tidak kuasa dengan hal tersebut dan mencerikan kalau dia sudah kedinginan diluar karena menunggu Irvan yang sedang asyik menelpon. Maka Iskandar meminta Irvan untuk menelpon Manda malam itu juga jika tidak maka Iskandar akan pulang dengan jalan kaki malam itu juga ke rumah. Akhirnya Irvan menyetujui demi persahabatan mereka, setelah terhubung apa kata yang keluar dari mulut sahabatnya itu.
“Kamu kalau malam jangan menelpon Irvan juga, kamu tidak tahu aturan...,” dan dikhiri dengan kata-kata kasar serta mematikan telpon itu langsung.
Disatu sisi Irvan tidak tega kalau sahabatnya itu terjadi kenapa-napa dengan, namun sahabatnya yang lain menjadi sedih dengan kata-kata yang tidak pantas disampaikan oleh seorang laki-laki kepada seorang perempuan. Sebenarnya yang salah bukanlah Manda namun Irvan lah yang menelponnya, walaupun telah dijelaskan berulang kali tetap saja Iskandar marah. Entah karena cemburu atau tidak suka dengan kedekatan kami atau apa. Irvan berusaha menenangkan Manda namun Manda tidak mau terima atas prilaku Iskandar kepada Manda. Padahal sebelumnya dia tidak pernah diperlakukan dengan kata-kata kasar oleh laki-laki, baru kali ini Iskandar berani mengatakan hal demikian kepadanya.
Akhirnya persahabatan antara Iskandar dan Irvan mulai retak karena kejadian demi kejadian yang membuat hubungan mereka semakin lama semakin tidak bisa dipertahankan lagi. Apalagi dua kejadian yang memalukan terjadi sengaja dilakukan Iskandar kepada Irvan dan Manda. Walaupun mereka sama-sama suka kepada Manda, namun Irvan senang dengan kejujuran Manda yang secara langsung juga menyukai Irvan ketimbang Iskandar. Apakah karena itu Iskandar marah atau apa juga tidak jelas yang penting sejak saat itu persahabatan mereka berubah menjadi teman biasa sama dengan hal semula.
Namun persahabatan antara Manda  dan Irvan juga menjadi retak. Bahkan mereka jarang bertemu seperti dulu lagi, apalagi bertegur sapa, hanya sahabat dalam dunia maya saja yaitu handphone. Hingga akhirnya menjadi sebuah jarang sms dan bahkan untuk bertegur sapa tidak, karena Manda  merasa harga dirinya telah diinjak oleh Iskandar dengan hal yang telah mempermalukannya.
“Jika Irvan ingin menyapa Manda jangan didepan teman-teman karena Manda tidak ingin dipermalukan lagi didepan teman-teman,” pintak Manda.
“Iya Manda,” hanya mengiyakan karena goresan luka yang dibuatkan dalam hati Manda adalah karena kesalahan Irvan.
Hari berganti minggu, bahkan minggu berganti bulan dan tahun, namun hubungan mereka dari hari semakin jauh dan jauh apalagi antara Manda dengan Irvan tidak ada saling tegur menegur lagi, walaupun satu kelas. Akan tetapi Irvan mencoba untuk menegus namun Manda hanya berlaku cuek dan tidak menanggapi hal tersebut. Bahkan antara Irvan dan Iskandar telah jauh dari sebelumnya, bahkan pulang pergi ke kampus biasanya sama namun karena kejadian tersebut tidak pernah ada lagi dan mereka mulai jauh dengan hal masing-masing. Bahkan Irvan menemui sahabat lamanya yaitu Ariez yang menjadi sahabat yang betul-betul menjadi persahabatan yang sejati mereka, dan senasip.
“Jika kita dekat dengan orang lain jangan terlalu dekat, maka akan menjadi kebalikkannya, maka mulai sekarang cobalah untuk tidak terlalu dekat,” pesan Ariez.
“Iya Riez, terima kasih banyak. Mungkin selama ini karena terlalu dekat kami berdua hingga semua menjadi seperti ini.”




0 komentar:

Posting Komentar