Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 01 Januari 2016

POHON MASALAH

Share


 Sebuah pengumuman lowongan pekerjaan di sebuah koran yang berceceran di sebuah lantai rumah sakit. Walaupun terlihat usang dan kotor, namun koran itu masih koran terbitan terbaru hari itu. Karena terinjak-injak dan sidikit awut-awutan saja tidak dipedulikan orang yang lalu lalang. Hanya seorang laki-laki yang berpakaian sederhana dengan rambut sedikit tidak beraturan. Diperhatikan koran itu satu demi satu halaman, dari kiri ke kanan. Matanya tertuju dengan sebuah kolam kecil yang menarik perhatian anak muda itu. Disana tertuliskan :
“Dicari seorang karyawan untuk sebuah perusahaaan PT. Sinar Jaya. Akan ditempatkan pada bagian manajer keuangan dengan syarat blalalalallala.......”


Terlihat mata anak muda itu begitu senang dengan pengumuman tersebut. Namun dia teringat akan tujuan awalnya datang ke rumah sakit itu. Dengan cepat dia menyimpan sobekan koran itu dan dimasukannya ke dalam saku celananya. Dengan cepat dia pergi berlalu menuju sebuah  ruangan rumah sakit.
Baru sampai di depan pintu ruangan, terlihat sudah ramai yang berkunjung lebih dulu daripadanya. Dengan cepat dia masuk ke dalam dan orang yang pertama kali dia lihat adalah kekasihnya yang sedang menginas terisak-isak di dekat ibunya. Dengan hati-hati dia datang menghampiri kekasihnya itu dan mencoba memegang pundaknya. Dalam hati ia sudah merasakan kalau Ibunya sudah meninggal beberapa menit yang lalu. Tak bisa tertahankan lagi air matanya sudah lebih dulu meluncur dengan deras membasahi kedua pipinya. Wajah seorang Ibu yang terbaring itu mengingatkannya pada sosok yang baik hati ketika ia datang berkunjung ke rumah kekasihnya itu.
Waktu itu wajah Ibunya terlihat seperti orang sehat-sehat saja, dan bahkan ceria dengan senyuman yang ramah saat menyambut kedatanganku sore itu. Namun mengapa Allah memanggilnya lebih awal dan tanpa diduga-duga, pikirnya dalam hati.
Sesaat wajah Vivy terangkat melihat siapa yang memengang pundaknya. Ketika taupan matanya  bertemu dengan taupan mata Irvan yang sudah menangis dia dan dengan sentuhan kecil Vy mencoba memengang tangan kekasihnya itu. Seakan mereka tidak ingin kejadian itu ada, namun apa boleh buat Allah Swt yang Maha mengetahui dan Maha memiliki segala sesuatu tentunya mempunyai hak akan ciptaan-Nya.
Beberapa bulan kemudian Irvan yang waktu itu ditemani oleh Vivy mengikuti tes terakhir dalam wawancara yang diadakan oleh sebuah PT. Sinar Jaya. Irvan menjadi lebih semangat lagi mengikuti tes tersebut dan yakin dia akan bisa melewati itu semua dan dapat bekerja di perusahaan itu. Senyuman indah Vivy dan motivasi yang lebih yang terus memberikan tiada henti-hentinya kepada Irvan. Bahkan pada saat rumit dan yang tidak mungkin, Vivy terus memberikan semangat kepadanya. Bukan hanya lewat omongan dan gerak tubuh akan tetapi dengan media komunikasipun sudah banyak yang dikirim Vivy. Bahkan Vivy yakin dan percaya kekasihnya itu akan bisa diterima di sana dan setiap selesai shalat doanya terus saja meminta kepada yang Kuasa.
Walaupun belum berstatus sebagai seorang suami isteri, namun kasih sayang dan perhatian mareka tidak pernah sirna. Vivy yang sekarang lebih memilih bekerja pada sebuah toko kecil sebagai seorang karyawan bagian keuangan. Namun pekerjaan itu sangat ditekuninya dan dengan senang. Ribuan rintangan dan kendala yang terus menemati hari-harinya mencapai impian yang tidak pernah pudar. Walaupun belum mendapatkan pekerjaan yang pas dan sesuai dengan keinginan, namun Irvan tidak pernah menyeluh dan setiap kali pulang ke rumah dia tidak pernah membawa permasalahan di kantor ke rumahnya dan begitu juga sebaliknya tidak pernah membawa permasalahan rumah ke kantornya. Bahkan setiap kali pulang kantor dia selalu saja berhenti sejenak di depan sebuah pohon yang tidak terlalu besar.
Bahkan ketika akan pergi ke kantor kembali dia berhenti di depan pohon kecil itu kembali dan baru melanjutkannya ke kantor. Setiap hari seperti itulah yang dilakukan Irvan dan bahkan setiap akhir minggu dia selalu menyempatkan untuk mengajak Vivy berjalan-jalan. Walaupun tidak rutin setiap minggu mereka berjalan berdua, namun Vivy sadar bahwa kekasihnya itu terkadang sibuk dengan urusan kantor yang banyak. Walaupun begitu dia tidak pernah meminta lebih dan macam-macam kepada Irvan. Jalinan cinta kasih mereka hanya bisa terlihat dari satu sama lain yang memberikan kasih sayang dengan cara nyata dan bukan dari perkataan-perkataan yang menjanjikan.
Setahun kemudian. Irvan diangkat menjadi direktur karena kinerjanya yang begitu bagus dan mengantikan direktur lama yang sudah pensiun dari dari jabatannya. Sedangkan Vivy juga sudah mendapatkan pekerjaan yang pas dan sesuai dengan apa yang dia inginkan yaitu sebagai karyawan Bank Indonesia. Bahkan mereka berencana akan melangsungkan pesta pernikahan mereka satu minggu lagi dan semua surat undangan sudah disebarkan kepada teman-teman kerja dan teman-teman lama mereka. Bahkan sanak family mereka tidak ketinggalan pula, baik yang dekat maupun yang jauh. Sebelum acara pernikahan mereka dilaksanakan, baik di rumah Irvan dan rumah Vivy sudah dipersiapkan segala sesuatu nantinya. Bahkan gaun pengantinpun sudah dipesan dan tenda-tendanya sudah mulai dipasang.
Tepat pada tanggal 10 Oktober 2018, diadakan resepsi pernikan mereka. Gaun merah yang pakai kedua mempelai sesuai sekali dengan kedua mempalai hingga pujian dimana-dimana terlantun dari mulut setiap pengunjun yang datang. Bahkan senyuman demi senyuman kecil yang terlihat dari kedua mempelai menambah mesrah dan indahnya hari itu disertai ucapan selamat dari para pengunjung yang datang silih berganti. Walaupun Ibu Vivy tidak bisa menyaksikan anak pujaan hatinya duduk di pelaminan, namun kata-kata Mertuanya itu masih teringat terus dipikiran Irvan :
“Nak Irvan, tolong jaga Vivy di Batusangkar, karena kami jauh dari sana dan kami sangat berharap kepada Nak Irvan,” dengan suara sedih.

Sejak saat itu Irvan bertekat akan menjaga Vivy sekuat dan semampunya, dan akan mengorbankan dirinya demi kebahagiaan isterinya.
Waktu terus berjalan dan bulan berganti tahun serta tahun berganti tahun. Maka sudah senang yang dijalani Irvan dan Vivy terus saja dilewati tanpa ada kata menyerah. Bahkan terkadang rasa cemburu dan tantangan terberat yang dihadapi Irvan kian membesar serta permasalahan perusahaan yang dijalaninya semakin merosot. Bahkan banyak mitra perusahaan membatalkan kontrak bisnis dengannya. Permasalahan demi permasalahan yang dihadapi membuatnya semakin terus mendekatkan diri kepada yang pembuat masalah, yaitu Allah Swt.
Bahkan setiap pergi ke kantor masalah rumah tangganya di titipkan pada pohon yang sudah mulai besar di halaman depan rumahnya. Sorenya masalah itu kembali di ambil dan di simpan masalah kantornya di dalam pohon itu. Begitulah setiap hari, akhirnya demi kegigihan dan kerja keras, bahkan doanya membuat semakin hari semakin terbuka kembali peluang untuk maju dan semakin banyak perusahaan-peruhaan luar negeri dan dalam negeri yang percaya dengan kemampuan perusaannya. Bahkan rasa cemburu yang dulu menghantui isterinya sekarang sudah menaruh rasa percaya akan kesetiaan suaminya yang semakin hari semakin sayang dan memberikan perhatian lebih kepadanya. Bahkan kasih sayangnya pun tercurahkan dengan kehadiran sang buah hati yang bernama Syahira. Syahira tumbuh menjadi wanita yang lincah dan shalehah sama seperti Ibunya. Dengan didikan dan kasih sayang kedua orang tuanya Syahira berhasil mengukir beberapa prestasi baik di sekolah dan di tempatnya mengaji. Bahkan nama Syahira menjadi sanjungan dan buah bibir setiap orang dengan kebaikkan dan penolangnya sama dengan arti namanya yaitu terkenal dan termasyur dengan keelokan tingkah laku dan budi pekertinya.

0 komentar:

Posting Komentar