Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Kamis, 14 Januari 2016

AKHWAT TANGGUH

Share
Sumber: Kawanimut-akhwat tangguh.



Memang istilah akhwat itu sering beredar di kalangan kampus atau suatu organisasi Islam. Bahwa panggilan seorang wanita lebih biasa dipanggil akhwat atau anti. Ada juga yang mengunakan istilah ukhti untuk sesama jenis mereka dikalangan perempuan. Walaupun demikian, kalangan yang sering mengunakan hijab yang begitu lebar dan hampir menutup sebagian tubuhnya. Itulah icon mereka yang lebih mengutamakan menutup aurat ketimbang yang lain.
Namun orang-orang seperti ini dianggap asal muasalnya kajian teroris oleh sebagian orang. Karena mereka menganggap bahwa hanya orang-orang yang seperti itulah dalang dari setiap kegiatan teroris. Namun asal kita tahu semua, bahwa orang-orang yang mengalah gunakan dan mengatasnamakan Islam di atas kegiatan mereka. Serta mengalah pahami tentang istilah jihad dan sesuka hati melakukan jihad dengan pemahaman mereka sendiri.
Namun bukan itu yang akan kita bahas sekarang ini, sebuah keistimewahan dari sebuah hijab yang menarik mata hatiku untuk tidak henti-hentinya memandang. Suatu keindahan dan suatu kecantikan yang memancarkan cahaya dari dalam diri mereka. Seorang mahasiswi yang baru menginjakan kakinya di kampus ternama. Walaupun bukan asli dari daerah tersebut namun dia sedikit memahami tentang daerah itu walaupun tidak secara keseluruhan.
Suatu ketika saat Nita mau mendaftarkan ulang di kampus itu, ada sebuah sosok yang datang dari belakangnya dan berkata kepadanya.
“Maaf, Dek. Ada yang bisa Kakak bantu ?” sahut wanita itu.
“Oo...mau mencari tempat mendaftar ulang Kak, namun tidak tahu dimana temapatnya Kak ?” dengan suara kaget.
“Mari Kakak, antarkan Adek untuk mendaftar ulang,” sambil menarik tangannya.
“Makasih Kak,” sambil mengikuti wanita itu.
Dalam perjalanan ke tempat mendaftar ulang itu Nita terus saja bertanya dalam hati, “Siapa wanita ini ? Baik sekali dia ? Dia juga terlihat lebih cantik dengan jilbab dalamnya.” Tanpa banyak berdebat lagi dengan hatinya Nita mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada wanita itu.
“Kalau boleh tahu Kakak siapa ?” tanya Nita.
“Kakak Yuni, kalau Adek sendiri siapanya ?”
“Saya Nita Kak.”
“O...ya tinggal dimana Dek ?”
“Sata tinggal di Sungai Tarab Kak.”
“Kos di sini atau berulang dari rumah setiap hari Dek ?”
“Rencana kos Kak, namun sampai hari ini belum dapat tempat kos Kak.”
“Jangan kwatir Dek, mau tinggal di wisma nggak Dek ?”
“Boleh juga Kak, Kakak juga tinggal disana kan ?” tanya Nita.
“Iya Kakak juga tinggal disana,” dengan senyuman kecil.
Setelah sampai di tempat mendaftar ulang itu Nita yang ditemani Kak Yuni siang itu. Hanya beberapa menit selesai dan Kak Yuni mengajak Nita untuk berkunjung ke wisma barunya yang tidak jauh dari Sekolah Kebidanan atau Stikes. Kak Yuni yang memcoba memberikan perhatian lebih dan sudah menganggap Nita sabagai Adik kandung sendiri.
***
Sejak pertemuan mereka waktu itu dan menjadi sebuah kedekatan yang terpisahkan. Bagaikan saudara kandung dan saling membantu antara sesama. Sampai Kak Yuni lah yang memperkenalkan Nita kepada hijab dalam dan mengikuti kajian-kajian Islam setiap minggunya.
Namun beberapa tahun kemudian Kak Yuni tidak tinggal di wisma lagi dan lebih memilih untuk berulang dari rumah setiap hari. Karena pada semester ini Kak Yuni hanya melakukan bimbingan dan tidak ada mata kuliah lagi yang diambil. Hati Nita terasa sangat sedih dengan kejadian itu, kerena Kak Yuni sudah dianggap Kakaknya sendiri dan Kak Yuni sebagai tempat mengadu serta yang selalu mengajari banyak hal kepadanya.
Sejak saat itu Nita tidak seperti biasanya semangatnya menjadi sedikit berkurang dan kurang bergairah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Suatu ketika Nita terus saja berpikir, jika terus-terusan seperti ini dia akan kehilangan dirinya dan mimpi-mimpinya. Sejak saat itu, walaupun Kak Yuni jarang ke wisma dia tetap semangat dan ceria dalam menjalani kehidupan setiap harinya. Selain itu Nita mendapatkan amanah sebagai pengurus di organisasi dan juga mengikuti latihan karate untuk menjaga dirinya.
Walaupun sibuk dengan kegiatan kuliah dan tugas-tugas setiap harinya, kegiatan organisasi dan latihan karate setiap minggunya tidak pernah dia tinggalkan. Dengan penampilannya yang sekarang sudah mulai terlihat seperti Kak Yuni, hijab yang dikenakannya terasa sesuai dengan dirinya dan memberikan cahaya yang begitu indah. Setiap hari dia harus berjalan kaki untuk mencapai kampusnya, walaupun sedikit berjauhan dari kampus. Namun semangatnya untuk terus menuntut ilmu dan keahlian-keahliannya setiap hari tidak pernah pudar dan terus terjaga.
Apalagi dalam mengikurapat organisasi yang setiap minggunya, bahkan rapat sering diadakan setiap selesai kuliah sorenya. Karena hanya waktu sorelah yang ada waktu buat orang-orang untuk mengikutinya. Walaupun tubuh Nita terasa lelah dan letih setelah kuliah dari pagi. Namun semangatnya untuk terus mengikuti dan aktif dalam rapat tersebut tidak berpengaruh dengan kelelahannya. Bahkan ada sebagian teman-temannya atau panitia yang lain tidak ada yang datang dengan seribu satu alasan.
Bahkan sebagian patinia walaupun sebagian yang hadir namun ada juga dari mereka yang belum menjani tugas-tugas mereka selaku panitia kegiatan.
“Afwan, ana belum sempat meninjau lokasi kegiatan karena tidak ada motor,” suara akhwat lain.
“Syukron atas laporannya, devisi kestari, apakah proposal sudah diselesaikan untuk disebarkan ?” tanya ketua kegiatan.
“Afwan, karena lokasi kegiatan belum pasti jadi proposal masih belum bisa dibuat,” jawab akhwat lain.
“Syukron atas laporannya, diharapkan kepada kepada devisi humas untuk secepatnya mencari dan menentukan lokasi kegiatan.”
“Izin bicara ketua,” tanya Nita.
“Iya silahkan,” jawab ketua kegiatan.
“Syukron atas waktu yang diberikan ketua, jika setiap kali rapat diadakan kebanyakan dari panitia tidak ada yang dilaporkan dan lebih banyak afwan-afwannya. Maka manajemen afwan inilah yang akan membuat kegiatan kita akan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu sebelum rapat diadakan diharapkan masing-masing kita harus mengiapkan laporan-laporan yang akan disampaikan ketika rapatnya,” tegas Nita.
“Syukron atas masukan dari akhwat tadi, semoga ke depannya rapat kita tidak seperti ini lagi dan diharapkan agar setiap bidang-bidang menyiapkan laporan-laporannya seperti yang di sampaikan akhwat tdi,” mencoba menegaskan kembali,
Akhirnya rapat sore itu berakhir dan seperti biasa Nita kembali ke wisma dengan akhwat-akhwat lainnya. Sampai kegiatan akan diadakanpun Nita berusaha membantu apa yang bisa dikerjakannya, mulai dari membawakan alat-alat yang akan digunakan di lokasi nantinya, serta membantu memasakan sambal dan gorengan-gorengan lainnya. Walaupun seharian bekerja dan sampai tengah malampun dia tidak pernah memperlihatkan kepada yang lain keletihan dan kelelahannya. Sampai kegiatan itu berakhir dia terus saja membantu dan semangat dalam setiap kegiatan yang dia lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar