Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 01 Januari 2016

BUAH SEDEKAH

Share
Foto: Seorang anak kecil sedekah dengan ikhlas.
                                         
Siapa yang tidak senang memiliki buah hati di tengah-tengah sebuah keluarga, walaupun termasuk keluarga kecil sekalipun. Namun kehadiran buah hati yang selalu ditunggu-tunggu itulah yang akan membangkitkan semangat dan daya tarik tersendiri di tengah-tengah keluarga. Bahkan kehadiran si buah hati menjadi sering bertemu dengan sanak famili dan bahkan menjalin siraturrahmi yang semakin erat dan harmonis.

Pada saat itulah pasangan laki-laki itu menjadi seorang Bapak dan wanita menjadi seorang Ibu. Dengan kehadiran buah hati mereka maka panggilanpun berubah drastis dengan cepat dan Ibu dari anak tersebut dimanjakan dengan kehadiran Nenek dan Eyang yang selalu datang menjenguk Sikecil. Padahal Sikecil tidak menangis namun, tetap saja digendong. Bahkan Nenek dan Eyang juga sering menyuruh Ibunya untuk sering-sering ke tempatnya agar selalu bertemu dengan Sikecil yang sangat beliau idam-idamkan dan membuatnya terus merasa kangen serta rindu dengan tangisan Sikecil.
Jika Sikecil jauh maka beliau merasa sangat rindu, walaupun jauh sekalipun mereka akan datang untuk melihat Si buah hati tersebut. Bahkan mereka tidak sungkan-sungkan untuk membawa jika memang diizinkan. Akan tetapi tetap saja Ibu dari anak itu tidak akan mengizinkan Nenek atau Eyang mereka untuk membawa mereka pulang. Begitulah besarnya rasa sayang seorang Ibu kepada anaknya dan ibarat sebuah pepatah minang menyebutkan      Sayang mande sepanjang jalan, sayang anak sepanjang panggolan.”[1] Namun itulah realitanya saat ini, dimana anak seorang Ibu tidak terlepas dari cinta kasihnya kepada seorang anak, walaupun anak tersebut tidak lagi mempedulikannya seperti Legenda Batu Malin Kundang.
Saat Sikecil sudah mulai bertambah kepandaiannya dan semakin lincah, maka pada masa-masa itulah membuat rasa kesabaran seorang Ibu benar-benar diuji dan membuatnya lelah. Namun, jika tidak benar-benar dijaga dan dipelihara dengan baik. Maka akan membahayakan anaknya sendiri, akan tetapi jika anaknya dapat dijaga dan diajarkan dengan bimbingan kasih sayang seorang Ibu, maka akan menghasilkan serta membentuk kharakter seorang anak. Baik ataupun buruknya prilaku seorang anak tidak terlepas dari madrasah pertama mereka yaitu Ibunya sendiri serta keluarganya di rumah.
Jika seorang anak dibesarkan dengan manja, maka sampai besarpun akan menjadi pribadi yang manja dan segala permintaannya harus dikabulkan. Jika tidak terkabulkan, segala cara akan dilakukan untuk mendapatkannya, seperti mencuri. Akan tetapi, jika seorang anak dibesarkan dan dididik dengan penuh kasih sayang dan aturan-aturan yang harus dijalankan seorang anak, maka dia akan menjadi kharakter yang mandiri dan suka bekerja keras. Sebut saja seorang anak yang bernama Nayla dari sepasang suami isteri yaitu Arimi dan Irvan. Seorang anak yang sudah lincah dan membuat repot kedua orang tuanya, namun semua itu mereka jalani dengan sabar dan penuh kasih sayang. Walaupun anak seusia itu, memang waktunya menemukan dimana jati dirinya dan apa yang dia minati. Maka pada saat itu sudah mulai terlihat, namun jika tidak mampu mengambil kesimpulan dari tingkah laku sikecil tidak akan pernah kita tahu. Hanya Ibu dan Bapak dari anak itu yang mempunyai respon dan tanggapan yang tepatlah yang akan mampu mengetahui semua itu.
***
Suatu siang, sedang asyik bermain dengan Sikecil di tengah ruangan. Sikecil asyik dengan mainan baru yang dibelikan Ayahnya kemarin, sampai dia makan dan tidur mainan itu tidak pernah dia lepaskan dan tidak pernah jauh dari tangannya. Memang mainan itu sebuah boneka Berbie yang sangat cantik dan indah. Ayahnya sendiri harus menempuh perjalanan jauh untuk dapat mendapatkan mainan itu, yaitu di luar negeri tepatnya di Inggris. Itu karena dia sedang ada kegiatan dan kebetulan dia melihat boneka Berbie yang cantik dan indah, serta sesuai sekali dengan anaknya yang sedang lincah di rumah.  
Ayahnya harus mengeluarkan uang yang sedikit banyak untuk sebuah boneka Berbie buatan Inggris tersebut. Namun, karena sayang dan cintanya akan buah hatinya di rela mengeluarkan uang yang sedikit banyak tersebut.
“Apalah artinya kekayaan yang dimiliki jika tidak dimanfaatkan untuk kebahagiaan sang buah hati yang menunggu di rumah. Memang dia bekerja juga untuk anak dan isterinya di rumah,” pikirnya dalam hati.
Karena itulah anak kesayangannya tidak pernah meninggalkan sedikitpun mainan kesayangannya. Walaupun demikian Ibu tetap saja memperhatikan buah hatinya bermain agar tidak terjadi apa-apa dengannya. Begitupula Ayahnya yang sering bermain dengan buah hatinya jika pulang dari kantor.
Kebetulan hari itu adalah hari libur dan Irvan tidak ke kantor, maka dia bisa sepuasnya bermain dengan sang buah hati di ruang keluarga. Terdengar suara orang mengetuk pintu dari luar.
Tok...tok...tok...
Assalamu ‘alaikum,” suara Bapak itu.
Wassalamu ‘alaikum,” jabawan Irvan sambil membukakan pintu.
“Sebentar ya Pak,” sambil berjalan ke kamar untuk mengambil uang.
Namun Arimi yang juga ikut berjalan ke depan mengikuti langkah buah hatinya, ternyata anaknya secara mengejutkan berjalan ke arah Bapak tersebut dan memberikan boneka Berbie kesayangannya. Arimi merasa terharu dengan adegan buah hatinya yang baru berumur satu setengah tahun itu. Mengapa tidak, boneka Berbie kesayangannya itu tidak pernah lepas dan jauh dari tangannya sejak Ayahnya memberikan mainan itu kepadanya. Dengan senyuman kecil dan tatapan lembut buah hatinya memberikan mainan kesayangannya itu tanpa ada rasa takut dan beban sama sekali.
“Sungguh luar biasa jiwa buah hatinya, kemarin baru lahir saja sudah mengerti tentang sedekah,” pikir Arimi di dalam hati.
Tidak lama setelah itu berjalan juga Irvan ke depan pintu, disana dia sudah menyaksikan buah hatinya dan Bapak itu memengang boneka Berbie kesayangan anaknya. Belum sempat berkata apa-apa dia merasa terkejut dengan kejadian ini, mengapa boneka itu bisa ada pada si Bapak dan mengapa tidak ada tangisan dari buah hatinya mainan kesayangannya itu ada pada orang lain dan juga baru pertama kali dia lihat.
Dengan wajah berseri-seri sang Bapak mengembalikan mainan itu kepada si anak, namun dia tetap menolak dan memdorong mainan dari uluran tangan si Bapak. Akhirnya sang Bapak memberikan mainan itu kepada Ayahnya yang masih sedang berdiri disamping anak itu. Irvan memberikan uang yang diambilnya dari kamar dan menyerahkan kepada si Bapak.
“Terima kasih Pak,” sambil berjalan meninggalkan rumah tersebut.
Namun, tiba-tiba saja Nayla, sang buah hati menangis sekeras-kerasnya dan tidak mau didiamkan baik Ayaknya maupun Ibunya. Walaupun sudah beberapa kali digendong oleh Ibu dan Ayahnya. Namun, sambil menangis perhatiaan buah hatinya tidak lepas dari boneka Berbie yang masih terletak di meja tamu. Maka disuruhlah suaminya untuk memanggil kembali Si Bapak tadi. Kebetulan Bapak tadi juga tidak terlalu jauh dari rumah mereka. sesampai di rumah sang Ibu menjelaskan tentang kejadian yang baru mereka alami dan mungkin sumbangan yang diberikan buah hatinya benar-banar tulus dari hatinya yang paling dalam. Ibu menyambil boneka kesayangannya dan memberikan kepada buah hatinya, maka dengan mudah tangisan buah hatinya tidak terdengar lagi dan mengambil mainan kesayangannya serta menyerahkan kepada Bapak peminta tadi.
“Terima kasih Nak, semoga kelak kamu menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan menjadi seindah-indah perhiasan dunia yang dapat memberikan nuansa baru kepada seluruh alam,” sambil tersenyum.
“Amien,” kedua suami isteri itu serentak menjawab.
“Ambillah, semoga bermanfaat untuk Bapak dan dapat membahagiakan anak dan cucu Bapak dengan mainan tersebut,” sambung isterinya.
“Terima kasih banyak Buk, Pak, Nak,” sambil berdoa sejenak dan pergi meninggalkan keluarga kecil itu.
Akhirnya tanpa ada mainan kesayangan buah hatinya Nayla tetap merasa bahagia dan masih ada mainannya yang lain. Maka, dari kejadian itu memberikan bukti yang nyata kepada kedua pasangan suami isteri tersebut untuk tidak setengah-tengah dalam memberikan ataupun menyumbangkan harta yang kita miliki walaupun benda atau harta itu adalah kesayangan kita sendiri. Maka ingatlah Allah akan memberikan gantinya kepada hambanya yang betul-betul ikhlas memberikan itu semua.
***
Keesokan harinya, Irvan langsung mendapatkan kejutan yang tidak terduga-duga dari seorang teman bisnisnya mengajak untuk bekerjasama untuk membangun sebuah perpustakaan negara terkenal dan memberikan uang muka sebagai ucapan terima kasih mau bekerjasama dengan pihak mereka sebesar Rp. 50.000.000,-  padahal itu hanyalah uang terima kasih saja yang didapatkannya. Bahkan mainan yang dibelikannya untuk buah hatinya sekian persen dari total keseluruhan hadiah dari rekan bisnisnya. Sungguh indah buah dari suatu sedekah atau sumbangan yang sepenuh hati juga dibalas oleh Allah dengan berlipat ganda kepada hambanya.





[1] Pepatah-petitih Minangkabau : Sayang mande sepanjang jalan, sayang anak sepanjang panggolan(artinya; Sayang Ibu tidak pernah putus sedangkan sayang anak hanyalah sedikit.

0 komentar:

Posting Komentar