Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 08 Januari 2016

PASUKAN BERSAYAP

Share




Gambar: Pasukan Bersayap.
Sebuah gumpalan kecil bergantungan di atas pintu rumahku dengan puluhan pasukan yang hinggap diatas benda tersebut. Beberapa hari ini aku mencoba berpikir dan mensiasati cara yang ampuh untuk melawan mereka yang banyak tersebut. Setelah lama berpikir dan berdialog dengan seorang Kakakku. Dia memberikan masukan bahwa,
“Semakin hari pasukan bersayap itu semakin berkuasa di rumah ini, bagaimana jika nanti malam kita mengunakan api untuk membakarnya ?” dengan nada semangat.
“Sepertinya kalau kita mengunakan api akan membuat triplek diatasmnya akan terbakar Kak,” mencoba menyakinkannya.
“Iya juga ya, MNnnnnnnn. . . .” dia sedang berpikir keras.
Tiba-tiba dengan suara yang membuatku kaget dan berpikirku buyar dibuatnya.
“Kakak ada ide Dek, mungkin dengan mengunakan api tidak memungkinkan. Bagaimana jika saat tengah malam kita ambil plastik yang berukuran besar dan kita tutup dengan plastik itu.”
“Apakah Kakak bisa memastikan kalau malam itu mereka telah berada didalam sarangnya,” dengan nada penasaran.
“Belum pernah Dek, akan tetapi biasanya pasukan bersayap itu kalau malam matanya kabur.”
“Itu masalahnya Kak, nampaknya itu terlalu berbahaya kalau strategi itu kita gunakan untuk menyerang mereka. Emang benar Kak pasukan bersayap itu matanya kabur saat malam, akan tetapi kita juga belum tahu apakah benar mereka kalau malam masuk ke sarangnya.”
Setelah lama mencari siasat dan strategi yang tepat untuk menyerang pasukan bersayap itu. Agar tidak terjadi korban juga dalam penyerangan tersebut. Aku terus berpikir keras untuk bisa menyerang pasukan yang banyak tersebut. Beberapa hari berlalu pasukan bersayap itu terus memandang sinis ke arah kami yang melewati sarangnya. Dengan tatapan sinis dan sekan-akan ingin menyerang siapa saja yang lewat di dekat sarang mereka. Dalam hatiku berpikir dan terus berpikir padahal hatiku memberontak atas segala yang telah ambilnya dari sebagian hakku di rumah ini.
“Mereka sesuka hati saja tinggal dan menetap di rumah ini. Aku bayar pajak atas bangunan rumah ini padahal mereka sudahlah menetap tanpa izin dan berlaku sombong seperti penguasa di rumahku ini. Mereka saat membuat sarangnya juga tidak pernah mintak izin kepadaku dan sekarang setelah mereka banyak seoalah-olah ingin menguasai rumahku ini. Mereka seperti penjajah yang ingin mengambil paksa hak orang lain saja, padahal mereka tidak mengadari bahwa mereka tinggal gratis di sini. Jangan mentang-mentang mereka punya senjata mematikan bisa bertindak semena-mena terhadap orang-orang di rumah ini.”
Dalam hati rasa ingin menyerang pasukan bersayap itu semakin menggebu-gebu. Akan tetapi aku belum mendapatkan ide dan cara meyerangnya lebih dahulu. Setelah beberapa hari terus berpikir dan berpikir. Akhirnya aku mendapatkan ide dan cara ampuh menyerangnya tanpa harus ada korban. Dengan strategi dan cara yang jitu ku ambil sebuah balok kayu yang ada disebelah rumahku.
Tiba-tiba kuhantamkan balok kayu tersebut ke sarang pasukan bersayap tersebut. Bagaikan sebuah bom atom menghantam istana mereka. Tiada hujan tiada angin semua berhamburan berterbangan dan ada juga yang tergeletak tidak berdaya lagi bergerak. Aku tutup pintu rumahku rapat-rapat dan aku berlari ke dalam rumah. Di luar sana sudah berantakan balok sudah terlempar di depan pintu dan sarang pasukan bersayap itu sudah hancur sebagiannya. Para pasukan bersayap itu terbang hilir mudik mencari pelaku yang telah menghancurkan istana mejahnya itu kian kemari.
Dibalik kaca jendelaku hanya memperhatikan hal tersebut. Para pasukan itu masih sibuk mencari pelakunya, ada yang menyelamatkan bayinya yang ikut jatuh ke bawah. Ada beberapa pasukan bersayap tergeletak tidak berdaya di bawahnya. Beberapa menit berlalu para pasukan bersayap itu masih berterbangan satu dua diantara sarang mereka. Dalam hati hatiku merasa senang dan tertawa.
“Rasakan serangan pertamaku pasukan bersayap. Itu adalah bom atom yang pertamaku. Masih ada bom atom yang berikut dan berikutnya hingga semua istanamu musna tidak tersisa. Bahkan semua pasukanmu akan mati begeletak tidak tersisa. Hahahahahaha... .” pikirku dalam hati.
Setelah semua aman dan para pasukan bersayap telah hinggap di sarang mereka. Aku keluar rumah dan mengambil senjata andalanku. Lagi-lagi kuhantamkan ke istana pasukan bersayap itu akan tetapi kali ini setelah kuhantamkan aku buat istana kecil itu tumbang dan jatuh ke bawah. Saat semua pasukan bersayap itu berhamburan dan kaget dengan serangan kedua yang kulancarkan dengan bom atom pemusna hingga lagi-lagi ku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat.
Ternyata seranganku yang kedua ini membuat pihak musuh kalang kabut dan berterbangan kian kemari. Mereka kali ini sangat marah dan berterbangan berserakan seperti ingin membunuh siapa saja yang mereka temui disana. Lagi-lagi terlihat dari pihak musuh berserakan dibawah ada yang tidak bergerak dan ada yang tidak sanggup mngepaskan sayap indahnya hingga mereka berjalan mencari tempat berlindung. Ada sebagian pasukan itu masih berterbangan di atas istana mereka yang telah tumbang ke bawah. Mereka mencoba menyelamatkan bayi-bayi mereka ke tempat yang aman. Aku memperhatikan gerak gerik pasukan itu dari balik kaca jendela.
Saat semua terasa aman dan aku buka pintu rumah. Para pasukan yang masih hidup itu ku buat mereka tidak bisa bergerak lagi dan mereka yang masih hinggap di dinding. Tanpa sepetahuannya aku telah berada di belakangnya dan lagi-lagi kukasih kado perpisahan terindah kepada mereka yang masih berada disana. Hingga beberapa dari mereka tergeletak tidak berdaya di lantai. Aku ambil istana mereka dan aku sembunyikan biar mereka tidak bisa lagi menyelamatkan bayi-bayi mereka.
Sekitar lima menit hantaman bom atom kedua itu meluluh lantakan istana pasukan bersayap itu. Mereka sibuk mencari tahu keberadaan istana megah mereka yang tiba-tiba tidak mereka temukan lagi. Baik itu di tempat pertama dan setelah istana itu jatuh tidak terlihat lagi. Yang mereka lihat hanya beberapa dari pasukan mereka tergeletak tidak bergerak lagi dilantai. Terlihat kawanan pasukan hitam mulai memangsa makanan mereka siang itu.
Setiap pasukan yang tergeletak dilantai telah dikelilingi oleh puluhan tentara hitam yang siap menerkam mereka tiada ampun lagi. Terlihat beberapa pasukan bersayap meratapi kematian teman-teman mereka dari bekas istananya tadi. Seorang panglima muda bersayap berkata ke salah seorang pasukannya;
“Ku benar-benar tidak menduga serangan demi serangan yang dilancarkan musuh itu membuat kita kalang kabut tidak menentu. Hingga sampai hari ini tidak tahu keberadaan istana kita, sungguh hal menyedihkan.”
“Benar Tuan, saat ini kita hanya bisa menangisi semua hal yang telah terjadi. Tampa bisa bertindak lebih saat ini,” celoteh bawahannya.
“Lihatlah beberapa dari pasukan kita telah tergeletah tidak berdaya. Bahkan bom atom musuh tadi telah meluluh lantakan istana kita hingga datar seperti ini,” terlihat wajah kesedihannya.
Tidak puas dengan senjata pemusta itu aku gunakan, aku ambil sebuah senjata baru. Saat semua pasukan bersayap itu sedang asyik berdiskusi kecil dibekas istananya. Terlihat beberapa pasukan itu sedang menyusun strategi balasan dan juga merencanakan istana baru yang akan mereka bangun kembali.
“Barrrrrrrr....”
Sebuah serangan mendadak lagi-lagi datang hingga beberapa pasukan bersayap segera mungkin menyelamatkan dirinya. Satu, dua pasukan bersayap jatuh dan tidak bergerak lagi. Ada seekor pasukan terjatuh akan tetapi masih hidup dan membuat dia jatuh ke lantai. Dengan sigap sebuah senjata menembus pertahanannya hingga membuat dia tidak berdaya. Belum sempat mereka menyusun strategi pembalasan mereka telah kalah telak dengan kecepatan musuh yang lebih antusias dan mengunakan peralatan pemusna yang canggih dan mematikan.
Hingga akhirnya mereka mati satu per satu. Beribu bahkan puluhan peluru berterbangan menembus pertahan pasukan bersayap hingga mereka benar-benar harus mengungsi dari kediaman mereka. Kakakku yang melewati istana pasukan bersayap itu telah hilang bak ditelan bumi. Terseyum manis dan merasa senang dengan kepergian pasukan bersayap itu.
Berselang beberapa menit, di tempat lain pasukan itu lagi-lagi mencoba menyusun strategi pembalasan. Dengan pasukan yang masih tersisa mereka berdialog di ujung atap.
“Lihatlah pasukan kita tinggal sedikit, apakah ada yang berani memberikan ide tentang ke depannya,” celoteh seorang panglima pasukan bersayap.
Disudut ujung rapat terdengar salah seorang bawahan memberikan pendapat.
“Begini Tuan, bagaimana jika kita membuat istana baru di sebelah pertahanan yang lama. Kita gunakan sebagai membangun kekuatan kembali dengan melahirkan pasukan-pasukan yang tangguh nantinya.”
“Ide yang bagus,” jawab seorang panglima pasukan bersayap.
Mulai hari itu dibangunlah sebuah istana baru yang akan melahirkan pasukan-pasukan yang tangguh dan banyak. Semua pasukan yang ada mengerahkan semua kekuatannya untuk menyusun trategi baru dan serangan balasan. Maka beberapa hari berselang istana baru pun telah berdiri megah di tempat baru.
Terlihat beberapa pasukan baru sedang menjaga pertahanan barunya itu. Sedangakan di tempat rapat sebelumnya terlihat ada lima pasukan telah berdiskusi dan menyusun strategi baru. Bagaimana mereka bisa membalas semua yang telah diperlakukan semena-mena terhadap mereka. Rapat kecil itu terlihat sangat antusias dan beberapa lama rapat berjalan. Tanpa mereka sadari bahwa sebuah camera pengintai telah mengatahui hal tersebut dan telah melacak keberadaan mereka disana. Tiba-tiba datanglah sebuah rudal kendali menghantam ruang rapat tersebut.
“Baaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr. . . . .Baaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrr.......”
Semua pasukan berhamburan berterbangan menyelamatkan diri. Beberapa pasukan terlihat antusias dan menyerang balik perlawanan itu, akan tetapi sayang lagi-lagi rudal kendali itu melesat cepat menghantam pasukan bersayap itu hingga jatuh ke tanah. Seakan dia ingin terbang menyelamatkan diri, lesatan peluru pemusna telah mengenai tubuhnya hingga tidak bisa bergerak lagi. Melihat perlawanan itu seekor pasukan mencoba menyerang dan menyelamatkan temannya. Tapi sayang rudal kendali melesat dengan cepat menampar tubuhnya hingga jatuh ke tanah. Dan peluru pemusna mengakhiri perlawanan mereka hingga tewas.
Belum puas dengan serangan itu. Sebuah rudal kendali pun menyerang pertahanan baru mereka beberapa kali. Hingga akhirnya istana yang baru dibangun ambruk tak tersisa. Panglima perang yang mereka agung-agungkan pun telah tewas terbunuh dan tidak ada lagi panglima yang akan memimpin perlawanan pasukan bersayap tersebut. Akhirnya mereka yang tersisa meninggalkan tempat itu tidak tahu entah kemana mereka pergi dan mencari tempat yang paling aman. Hingga tidak ada lagi serangan musuh yang akan menghantam dan meluluh lantakan istananya.
Perang berhasil di menangkan oleh pemilik rumah sebagai pemilik yang berhak atas rumah tersebut. Tanpa harus ada tatapan sinis dan mematikan dari pihak pasukan bersayap lagi. Sekarang yang terlihat hanya bekas istana pasukan bersayap yang menghitam dan hangus akibat puluhan senjata mengahantam istana tersebut hingga hancur berkeping-keping tidak tersisa lagi.


0 komentar:

Posting Komentar