Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Senin, 28 November 2016

PERJALANAN HUMAS ‘IV’

Share

Gambar : Perkemahan di pinggiran hutan.

Tidak kusangkah akan menerima tawaran sebagai panitia workshop pelatihan kepenulisan dari sahabatku. Awalnya aku memang menolak ajakan baiknya akan tetapi setelah berpikir-berpikir dan tidak ingin dia kelihatan sibuk dengan kegiatan itu. Akhirnya aku menerima tawaran sebagai panitia di organisasi tubuh jendela setelah beberapa hari memikirkannya. Aku sebagai sahabatnya tidak tega melihat seorang wanita terlalu sibuk kesana-kemari mengunjungi tempat-tempat yang sangat jauh. Apalagi kegiatan ini lingkup sekolah SMP dan SMA se-kabupaten Tanah Datar. Bukan hanya pekerjaan ringan dan mudah apalagi untuk seorang wanita.

Setelah menerima tawaran itu, tidak beberapa hari datanglah panitia dari Padang yang sengaja ke Batusangkar mengantarkan surat-surat yang dibutuhkan untuk acara tersebut. Setelah acara itu batal diadakan di Lintau Buo, tepatnya Lapangan Petinggi Nagari Tigo Jangko. Maka dipindahkan ke daerahku di Sungayang, di Lapangan Bola Kaki Badinah Murni, Nagari Minangkabau. Tempat kegiatan itu dipindahkan karena beberapa halangan yang akan terjadi nantinya dan tempat yang baru ini untuk tempat, air bersih, dan tempat sholat yang cukup memadai disini.
Panitia yang datang dari Padang itu ada tiga orang. Mereka datang dari malam dan sudah keliling Sungayang-Lintau beberapa kali hingga harus berhenti di Lintau karena kehabisan bensin dan menginap di salah satu Mesjid disana. Aku sebenarnya sangat kasihan melihatnya sudah kehabisan besin dan kedinginan bahkan itu sangat jauh lagi. Akan tetapi mereka datang tetap dengan wajah yang semangat dan tersenyum saat menemuiku di Minangkabau.
Mereka diantaranya; Bang Riyon, Khairul sebagai ketua kegiatan, dan Roni sebagai humas di Padang. Setelah surat-surat tersebut kuterima mereka pergi ke Payakumbuh ke tempat Khairul terlebih dahulu. Hari ini sahabatku Vinda datang siang dan kami bertemu di Simpang Kantor Camat Sungayang. Beberapa menit dia menunggu akhirnya aku datang. Dia mengenakan pakaian batik cokelat dan celana hitam dan senyuman kas yang selalu manis di wajahnya.
Disebuah Pos Ronda kami harus berhenti karena hujan deras yang menyambut kedatangan sahabatku siang ini. Disana kami membagi-bagi undangan yang akan disebarkan dan lengkap dengan brosurnya di dalam amplot tersebut. Vinda membagi daerah Batusangkar, Sungayang, Lintau, Sungai Tarab, Padang panjang dan X Koto, Tanjung barulak, Salimpaung dan Malalo.
Beberapa gumpalan gunung amplot terlihat menumpuk. Sahabatku hanya membagikan sekitar daerahnya Tigo Jangko, Lintau dan semua yang tinggal adalah bagianku. Hujan yang semakin deras tidak menghalangi langkah kami untuk terus berjalan ke sekolah-sekolah di sekitar Sungayang membagikan undangan ini.
Aku sengaja membeli sebuah mantel khusus untuk sahabatku agar dia tidak basah kehujanan. Aku sengaja mengambil sekolah yang paling ujung terlebih dahulu dan itu juga sekolahku dulu yaitu MTsN Sungayang. Setelah sampai dan memarkir kan motorku di gerbang sekolah kami masuk ke dalam ruangan Tata Usaha.
“Assalamu alaikum, Buk,” ucap temanku Vinda mendekati salah seorang guru dan aku mengikuti dari belakang.
“Wassalamu alaikum Nak, silahkan masuk. Ada gerangan apa kesini ya Nak ?” yang masih penasaran dengan kedatangan kami.
Aku sengaja memberikan kesempatan bicara kepada Vinda dahulu agar kutahu dan belajar kepadanya cara melobi serta menginformasikan kegiatan ini kepada orang lain.
“Maaf sebelumnya Buk, kami dari Organisasi Tubuh Jendela akan mengadakan Workshop pelatihan kepenulisan di Lapangan Petinggi Nagari Tigo Jangko, Lintau. Acaranya selama tiga hari mulai dari tanggal 31-2 Februari nanti,” sambil menyerahkan amplot undangan peserta.
“O...ya Buk, untuk tempatnya. Berkemungkinan akan dialihkan ke lapangan Badinah Murni, Sungayang. Nanti kami informasikan melalui nomor yang telah Ibuk kontak nantinya. Dan tanggal pendaftaran terakhir tanggal 26 Januari.”
“Mn...Mn,” dengan anggukan kecil.
“Organisasi ini berpusat dimana,” desakan guru tersebut.
“Organisasi ini berpusat di Marapalam, Padang Buk.”
Sekali lagi Ibuk itu hanya mengangguk kecil bukti kalau dia mengerti. Sebelum kami beranjak dari sekolah itu.
“Terimakasih sebelumnya Buk, kami tunggu komfirmasinya secepatnya.”
“Iya nanti kami informasikan ke nomor yang ada disini.”
Setelah berpamitan dengan guru-guru yang ada kami berangkat meninggalkan sekolah tersebut dan melangkah kembali ditengah hujan yang masih turun. Perjalanan selanjutnya ke Pondok Pesantren M. Thaib Umar. Lagi-lagi aku biarkan Vinda yang berbicara dengan seorang guru kenalannya di Pondoknya dulu. Dengan proses yang sama dia mengatakan semua informasi yang ada hingga membuat lawan bicaranya merasa jelas dan paham. Selanjutnya kami melangkah menuju MAN 1 Batusangkar, SMPN 1 Sungayang dengan cara dan proses yang sama. Tanpa terasa waktu zuhur pun masuk dan kami sholat di salah satu mesjid di Al-Huda, Taratak Indah, Sungayang. Langit siang mulai tersenyum dan kelihatan cerah setelah beberapa menit sholat dan berdoa. Kamipun melanjutkan perjalanan kami ke SMPN 3 Sungayang dan dua sekolah di Batusangkar.
Hari semakin siang dan kamipun belum makan dari pagi. Kami akhirnya melangkah ke salah satu warung bakso di pasar Batusangkar sambil istirahat disana. Kami membahas perjalan tadi disana dan beberapa hal yang lain hingga pesanan datang. Beberapa menit berlalu makan siangpun berakhir tubuhku terasa senang dan bersemangat lagi. Akan tetapi waktu siang sekolah sudah mulai berakhir dan para guru-gurupun kembali ke rumah masing-masing.
AKu antarkan Vinda ke sebuah mobil yang akan mengantarkannya pulang ke Lintau sore ini. Baru aku kembali ke rumahku setelah berpamitan dengannya. Aku melaju ke dengan motorku menuju Sungayang untuk istirahat menyimpan tenaga untuk dua hari lagi karena besok semua sekolah libur tanggal merah.
Pagi-pagi sekali aku telah bangun dan bersiap-siap mengantarkan surat undangan yang akan dibagikan ke sekolah-sekolah. Hari ini aku membagikan sekolah disekitar daerah Batusangkar hingga semua sekolah yang tertera dapat aku selesaikan sebelum guru-guru pulang. Walaupun ditengah hujan yang terus menguyur akan tetapi tidak mematahkan semangatku dan mengingat waktu sekolah yang begitu pendek hari setengah hari saja.
Hari selanjutkan saya berangkat ke daerah Sungai Tarab. Astagfirullah jarak sekolah dengan sekolah sangat jauh dan jalanan yang berbahaya hingga membuatku merasa kelelahan. Akan tetapi aku tidak mau menyerah dengan rintangan tersebut dan terus melangkah walaupun ada tanggapan yang tidak enak kuterima diantara para guru-guru yang menerima surat undangan itu.
Hari selanjutkan aku ke Salimpaung dan menyelesaikan bagian tersebut hingga sekolah-sekolah jauh sekali pun. Akan tetapi ada sebagian guru yang merespon baik dan ada sebagian guru yang merespon tidak baik. Belum lagi aku jelaskan tentang acara tersebut guru itu langsung memberikan jawaban bahwa “Sekolahnya tidak akan mengikuti acara tersebut karena mengingat dana sekolah dan siswa kami ada acara lain di hari itu.”
Aku rasa itu hanya alasan guru tersebut menjawab sesuka hatinya saja. Aku hanya mengelus dada menerima ucapan guru-guru tersebut. Harusnya dia menjawab dengan jawaban yang menyenangkan hatiku biarkan perjuanganku ke sekolah ini bisa terobati. Karena aku datang jauh-jauh membutuhkan pengorbanan dan memakan banyak waktu ku untuk kegiatan ini. Tapi semua jawaban itu kuanggap angin lalu karena aku tidak ingin membuat sahabatku kecewa dengan semua yang telah aku lakukan.
Hari berikutnya ke Lintau, Malalo, Padang Ganting, Padangpanjang dan X Koto hari terakhirku menjalankan surat udangan. Badanku terasa capek dan lelah setelah selama seminggu ini berjalan jauh ke berbagai sekolah-sekolah yang kutuju di Tanah Datar ini. Melewati panas dan dinginnya cuaca yang mengengat, hingga tanya disini tanya sana untuk mendapatkan informasi dimana sekolah tersebut. Syukur-syukur kalau sekolahnya dipinggiran jalan raya akan tetapi banyak sekolah yang jaraknya beberapa kilometer dari jalan raya. Bahkan ada sekolah yang tidak kebagian undangan yang aku lewati hingga mengharuskan aku menulis ulang sekolah tersebut.
Terkadang memang mendapatkan jawaban yang bisa mengobati keletihan dan buruknya aku mendapatkan komentar pedas dari berbagai guru di sekolah tersebut hingga membuatku merunduk dan mengiyakan semua itu. Akan tetapi batinku didalam berkata dan merontak dengan perlakuan guru-guru tersebut kepadaku. Akan tetapi kucoba untuk mengendalikan hatiku agar tidak melawan semua perkataan guru-guru tersebut. Selama seminggu ini aku telah mengunjungi 85 sekolah se-Kabupaten Tanah Datar mulai dari SMP, SMA dan Podok Pesantren.
Bahkan di sela-sela kesibukan hingga siang dan malamku mengunjungi Bapak Wali Nagari, Bapak Wali Jorong dan menemui pemilik Kedai galon isi ulang untuk meminjam galon dan air bersihnya untuk kegiatan nantinya. Lagi-lagi aku harus kembali kesini-kesana dan mencari tempat yang bisa memberikan pinjaman lampu nantinya. Dan sampai mengurus tenda barak ke berbagai tempat. Pergi ke Pagarung ke Batusangkar kembali ke Pagaruyung. Terkadang orang yang kucari hari ini tidak masuk dan harus ku temui besoknya lagi membuatku merasa letih dan terkadang kehilangan semangat.
Sahabatku Vinda, dan Kak Maira serta panitia lain memberikan semangat kepada tak kunjung padam. Walaupun badan ini terasa letih dan lelah akan tetapi dengan semua semangat tersebut aku merasa badanku kembali sehat dan bersemangat.
AKu juga harus mengurus dan meminta donatur dari setiap Caleg yang ada di sekitar acara kegiatan. Terkadang memang nasipku yang mujur mendapatkan orang yang baik dan mendukung acara ini serta memberikan sumbangan walaupun mereka tidak meminta proposal sama sekali. Alhamdulillah aku bisa mengumpulkan Rp 640.000  dari berbagai donatur yang ada di berbagai tempat. Walaupun harus menunggu lama hingga dana tersebut cair dan bolak balik ke rumahnya pagi dan malam menemuinya akan tetapi rasa capekku hilang karena beberapa uang yang diberikan untuk sumbangang demi kesuksesan acara tersebut.
Aku juga mendapatkan hal yang tidak meyenangkan selama menjalankan proposal. Aku menunggu berjam-jam dan hasilnya nihil dan membuat banyak waktu aku habis hingga membuang proposal ke tempat bangunan megah tanpa memberikan dana sedikitpun kepadaku.
Walaupun ada hal yang kurang senang kudapatkan dari melakukan kegiatan ini dan ada juga hal yang mebuatku senang. Aku bisa mendapatkan teman baru, sabahat dan kenalan baru bahkan tempat baru. Dan akhirnya acara tersebut batal diadakan di Batusangkar karena tidak ada peserta yang mendaftar hingga tanggal ditentukan. Aku kecewa padahal aku telah berjuang mati-matian hingga mengorbankan semua waktuku terbuang selama dua minggu ini mengurus ini itu. Dan hasilnya pun tidak membuahkan hasil yang diharapkan hingga akhirnya tubuh ini merontak dan merasa kelelahan hingga kegiatan itu datang, berjalan dan berakhir. Tubuhku masih kurang fit dan kurang sehat karena terlalu memaksakan diri agar kegiatan ini berjalan lancar dan sukses.
Akan tetapi Allah berkehendak lain dan aku hanya bisa menyimpulkan bahwa;
“Tidak semua yang kita harapkan, yang kita perjuangkan dengan maksimal akan berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.” Walaupun acara itu jadinya di Baso, Lapangan Tangah Garam, Kabupaten Agam. Membuatku harus terbaring selama tiga hari karena keletihan kesana kemari dan hasil yang mengecewakan di penghujung pengorbananku selama ini.

0 komentar:

Posting Komentar