Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Selasa, 22 November 2016

BINGKAI KOSONG

Share



Gambar : Bingkai kosng = hati kosong.
Mataku tertuju pada sebuah ruangan kecil yang tertutupi oleh tirai berwarna merah jambu. Sebuah kamar kecil dengan lampu yang tidak terlalu terang, namun ada sebuah foto yang mengingatkan pada seseorang. Walaupun sudah ditutup dengan tirai, ada sedikit cela yang terbuka. Hingga terlihatlah samar-samar wajah perempuan berjilbab itu.
“Rasanya aku mengenal foto itu Yud, tidak asing lagi wajahnya dari jauh. Ngomong-ngomong itu foto siapa ?” sambil menepuk pahanya.
“O...terlihat juga foto itu ya. Itu adalah foto teman kita Ati.”
“Sejak kapan foto itu diberikannya padamu Yud ? Sudah lama jadiannya ?” tanyaku.
“Sudah lama juga Van, belum sih. Baru PDKT saja.”

“Semoga suksesnya Yud,” sambil menepuk pundaknya.
Hanya senyuman malu-malu yang mengisyaratkan ‘iya’ walaupun aku sudah tahu kedekatannya dengan Ati sudah begitu lama namun aku baru tahu ternyata dibalik itu semua ada rasa yang tersimpan dalam.


***

Sebuah foto dengan bingkai sederhana di kamar temannya Yudi selalu mengingatkan aku dengan bingkai foto yang ada dalam lemariku. Bingkai foto itu kubeli pada saat aku baru menapakan kakiku di kampus. Hanya berjalan beberapa bulan saja bingkai foto itu sudah ada ditanganku. Aku masih ingat waktu itu adalah kedekatanku dengan seorang gadis yang baru aku kenal. Namun aku memiliki rasa dengan gadis Pitalah itu, memang awal kedekatan kami begitu akrab melebihi kedekatanku dengan teman-teman lainnya.
Sebelum diadakan kegiatan HMPS Ekonomi Syariah dalam rangka meningkatkan silahturrahmi antara mahasiswa baru dengan senior mereka. Acara tersebut akan diadakan di Malibo Anai, Padangpanjang. Semua perlengkan dan yang lainnya sudah diberitahukan terlebih dahulu. Ada sebuah persyaratan yang harus dibawa oleh peserta khususnya mahasiswa baru yaitu membawa kado dengan balutan kertas koran.
“Apa bagusnya kado kita nantinya Arimy ?”tanyaku pada temanku.
“Rim ngak tahu juga Van, bagusnya apa ya ?” sambil berpikir.
“Kadonya itu ditukar sesama kita saja kan Rim ?”
“Mungkin saja.”
“Bagaimana kalau kado itu kita berdua saja yang tukaran dan kita beli saja sebuah bingkai foto serta kita isi foto kita disana.”
“Boleh juga Van, tapi fotonya Van untuk Rim dan fotonya Rim untuk Van. Gimana ?”
“Boleh juga Rim.”
Setelah selesai kuliah siang itu aku pergi mengatarkan Arimy untuk mencuci foto dan membeli bingkainya. Irvan yang juga belum membeli bingkai foto juga membeli bingkai foto di Jaya Fhoto. Namun waktu itu kami hanya membeli bingkainya saja dulu dan belum mencuci fotonya.
Terdengar kabar dari panitia kegiatan bahwa kado yang akan ada itu harganya dibawa Rp. 5.000,- an dan harus yang berharga isinya. Selain itu kado yang akan dibawa dikumpulkan dulu kepada panitia dan baru panitia yang akan memberikan kado itu kembali kepada para peserta.
“Lalu gimana Rim ? Ternyata kado itu diacak oleh panitia lagi.”
“Ya sudahlah Van, kita ganti saja kado kita dengan yang lain. Tidak jadi kita isi dengan bingkai foto, nanti bukan kita yang dapatnya kalau kita isi dengan itu.”
“Iya juga Rim, ya sudah Van pulang dulu Rim,” sambil berjalan ke depan.
“Hati-hati di jalan Van.”
“Ya Rim.”
Sore itu kami berpisah di depan kos Arimy, namun rasa kecewa dengan kado yang sudah kami rencanakan berantakan sudah. Akhirnya aku berniat mengganti isi kado itu dengan yang lain dan bingkai foto itu tetap kosong tiada isi. Bingkai foto itu aku simpan di dalam lemari bagian belakang.



***
           

setelah kegiatan silahturrahmi itu berjalan lancar dan asyik. Kagiatan ditutup dengan mandi bersama, akan tetapi setiap laki-laki yang tidak mau mandi dipaksa mandi. Dengan cara mengeburkannya ke dalam kolam. Akhirnya semua laki-laki mandi pada saat itu, dan hanya beberapa orang perempuan yang tidak mandi dikala itu.
Beberapa tahun menjalani perkuliahan bingkai yang dulu pernah aku beli tidak kunjung ada isinya dan masih tersimpan rapi di tempat awalnya. Memang tiga tahun ini Irvan tidak begitu menjalani hubungan khusus dengan wanita manapun. Namun hanya menjalin ikatan persahabatan yang terus dibina. Bahkan dengan juniornya di Akuntansi Syariah juga banyak kenalannya, namun tidak pernah ada yang menarik hatinya. Bahkan hubungannya dengan Arimy berjalan bagaikan sebuah sahabat bukan sepasang kekasih.
Suatu ketika Arimy ternyata sudah lebih dulu dimiliki orang lain dan waktu itu juga hati Irvan terasa hampa dan tidak ingin tenggelam dengan rasa yang kecewa tersebut. Waktu demi waktu berjalan tidak sedikitpun bingkai foto itu terlihat dan tetap rapi di dalam kotaknya. Walaupun sempat dikabarkan isu yang tidak jelas dengan kedekatan Irvan dengan Arimy dan teman-temannya lainnya. Namun sesungguhnya semua itu hanyalah ingin membuat dia tetap tersenyum, walaupun di dalam hatinya terasa ngilu yang begitu perih.
Terakhir kali Irvan menjalan hubungan dengan seorang wanita yang baik dan manis. Namun akhir masa Aliyah hubunga itu berakhir dengan berakhirnya masa putih abu-abu itu. Sampai akhir-akhir penyusunan skripsi pun bingkai itu tidak pernah lagi dia lihat dan itu berarti hatinya yang dulu sempat berbunga-bunga dengan adanya kekasih hati yang terus memberikan warna tersendiri dalam hidupnya. Namun sekarang hati itu benar-benar kosong dan kehilangan rasa terhadap wanita-wanita. Rasa itu seperti sudah lama mati dan tidak pernah tumbuh kembali, walaupun ada getaran demi getaran yang terus mengoyahkannya. Namun terasa sudah berakar kuat dan sulit untuk ditimbulkannya kembali.
“Masa-masa diawal kuliah dulu yang sempat terasa indah sekarang sudah tidak lagi,” pikir Irvan sambil memperhatikan bingkai foto yang kosong itu.
“Sampai kapan bingkai itu akan kosong ? Dan hanya diisi dengan orang yang betul-betul mampu menuntunku nantinya dan bukan orang yang akan menghancurkan hati ini lagi,” pikir Irvan dalam hatinya.
Walaupun sudah lama dia tidak memperhatikan bingkai foto itu. Akhirnya pada saat dia merapikan lembaran demi lembaran baju dalam lemarinya. Maka pada waktu itu kenangan demi kenangan indah dulu mulai berdatangan kembali. Sebuah kisah yang begitu indah dan penuh  dengan warna. Namun sekarang semua itu tidak akan terjadi lagi dan sudah jauh berdeda.
“Ketika rasa itu datang kembali pada waktu yang tepat, wanita yang tepat, situasi yang tepat, tempat yang tepat, maka sambutlah dengan rasa bahagia dan senyuman bahagia.”

0 komentar:

Posting Komentar