Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Kamis, 10 November 2016

PERJALANAN MALAM KOTA PADANG

Share




 
Gambar : Kota Padang- Kota Tercinta.
Liburanku kali ini sangat berbeda dengan liburanku dengan sebelum-sebelumnya. Di akhir minggu aku terus berpergian ke tempat yang kuinginkan. Kebetulan aku ada pertemuan hari minggu di Padang, maka kugunakan kesempatan ini untuk liburan sekalian disana.
Sebetulnya aku juga akan ke Padang memberikan proposal beasiswaku ke Kantor Gubenur karena proposal temanku belum kunjung siap aku menunggu untuk bisa pergi bersama-sama dengannya ke sana. Lagipula aku juga tidak pernah ke Padang naik motor sendirian. Tanggal 19 Januari adalah waktu rapat workshop Kepenulisan perdanaku di homebasic dengan panitia yang lain. Akan tetapi sahabatku tidak bisa berangkat ke sana karena ada urusan yang lebih penting dari itu yang harus dia lakukan.

Akhirnya sekitar pukul enam kuberangkat ke Padang sendirian dengan motorku. Walaupun perjalanan perdanaku dengan motor ke sana tidak menjadi penghalang bagiku. Dengan bermodalkan keberanian kumelangakah menuju Kota Padang tanpa ragu-ragu. Menyusuri cahaya malam yang mulai terlihat gelap hanya beberapa buah mobil dan motor yang masih terlihat lalu lalang di jalanan jalan.
Sekitar pukul sepuluh kurang aku telah berada di Padang dan istirahat sambil sholat isya di sebuah SPBU terdekat. Aku telah berjanji dengan temanku menjemputku di PA alias Plaza Andalas. Setelah selesai sholat memberitahukan semua family dan teman-teman terdekatku kalau aku telah di Padang sekarang baru semua terasa lega. Kuberjalan menyusuri jalanan Kota Padang yang ramai dengan ribuan motor dan mobil. Lebih kurang satu jam mutar-mutar mencari temanku baru bertemu di depan PA. Dia mengajak ku untuk berkeliling menikmati suasana malam Kota Padang yang kebetulan malam ini malam minggu.
Kami berputar-putar dengan dua motor aku mengikutinya dari belakang. Kami berencana untuk melihat keindahan pantai pada malam hari terlebih dahulu. Tidak beberapa menit kami sampai dipinggiran pantai atau yang disebut temanku dengan Taplau. Sepanjang tepian laut telah dipenuhi dengan deretan motor-motor yang mengisi semua sudut. Ada ribuan pemuda dan pemudi yang lalu lalang dihadapanku entah kemana. Temanku sangat tahu tempat berhenti yang tidak beberapa di sana. Kumemarkir motor dan duduk mengaksikan keindahan udara laut malam.
Beberapa orang juga ada disekitar kami yang sedang asyik duduk-duduk berpasangan menghadap ke pinggiran pantai. Suara musik DJ yang terdengar keras di pinggiran kota membuat semua pemuda ikut bergoyang kesana kemari. Mereka sengaja berhenti hanya untuk bergoyang diatas motornya, bahkan ada yang lebih antusias masuk ke pekarangan dan ikut bergoyang dengan artisnya diatas pentas. Aku yang menyaksikan suasana ini dengan temanku hanya mengeleng-geleng kepala dengan tingkah laku orang kota ini.
“Tidak ada yang beda kurasakan dengan suasana ini Van,” teman ku membuka perbincangan.
“Iya biasa saja walaupun semua orang menikmati keindahan malam di pinggiran laut dengan musik DJ bagiku tidak ada yang membuatku betah di sini,” dengan wajah cetus.
“Cari tempat yang lain yuk, nggak enak disini,” sambil berjalan memindahkan motornya.
“Ok,” mengikutinya dari belakang.
Jalanan yang padat dengan pemuda dan pemudi yang masih lalu lalang itu. Membuat kami harus berhenti tiap sebentar, kumelihat beberapa cewek masih terlihat berpasangan-pasangan malam ini padahal hari sudah menunjukan hampir pukul 12 malam. Aku tidak banyak memikirkan tentang itu aku terus membawa motorku disela-sela keramaian yang sedang bergoyang menikmati suasana malam. Lagi-lagi wanita yang berada diatas panggung itu membuatku gelih, karena aku berpikir sejenak. “Apakah dia tidak merasakan dinginnya udara malam ?” Terliahat dengan baju seksi dan celana yang super seksi beberapa orang artis tersebut diatas panggung.
Aku tidak terlalu memperhatikan itu, aku terus mengikuti temanku yang telah jauh didepan aku. Akhirnya kami berhenti di sebuah jembatan yang terkenal di Padang yaitu Jembatan Siti Nurbaya. Dia juga menunjuk sebuah bukit tempat Siti Nurbaya itu di makamkan yaitu di Gunung Padang di pinggiran pantai. Kuteringat saat aku pernah membaca buku karangan Marah Rusli tentang Siti Nurbaya dahulu dan termasuk kisah menyedihkan Beliau.
Kelap-kelip lampu kota membuat suasana terlihat sangat indah di atas Jembatan Siti Nurbaya. Beberapa pedangan masih terlihat berjualan malam ini di sepanjang jembatan dengan berbagai makanan. Mulai dari Jagung bakar, Bakso, Kopi dan masih banyak lagi. Akan tetapi aku tidak nafsu untuk membeli semua itu karena tidak terbiasa saja minum ditempat yang kurasa baru. Walaupun perutku ini dingin dan merasa haus sejak tadi tapi masih bisa kutahan sampai di kos teman nantinya.
Kami puas dengan keindahan alam Kota Padang, selanjutkan temanku mengajakku melihat Drive dipinggiran pantai. Aku hanya mengikuti dari belakang karena masih kurang hafal jalannya. Setelah memarkir motor dipinggiran sebuah toko kamipun berjalan tengah keramaian malam.
Aku melihat bagaimana juga permainan ini bisa berlangsung padahal mobil dan motor tidak putus-putusnya lalu lalang. Setelah temanku menjelaskan kepadaku tentang aturan mainnya.
“Begini Van, walaupun mobil lalu lalang tidak berhenti sama sekali. Di persimpangan empat itu yang telah diletakan sebuah drum disana. Nanti mobil yang ikut akan memberikan kode dengan lampu sen keduanya, maka semua mobil dan motor akan berhenti seketika. Barulah permaian drive ini dilakukan dengan berputar-putar di sekeliling drum tersebut.”
“Oh...gitu,” dengan memperhatikan beberapa motor dan mobil yang lalu lalang.
Ternyata benar, saat moil itu datang dan memberi kode kepada mobil-mobil yang ada disekitarnya semua mobil berhenti dan mengosongkan di tempat tersebut. Maka dimulailah aksi slid mobil tersebut. Dengan ribuan mobil dan motor yang lalu lalang aku hanya menyaksikan dua kali dan terus pulang ke tempat kos temanku karena merasa capek sudah seharian membawa motor sendirian dan butuh istirahat juga. Orang-orang masih terlihat antulias menyaksikan hal tersebut dipinggiran jalan. Aku hanya berlalu dihadapan mereka dan langsung mengikuti temanku yang telah duluan.
Sesampai di tempat kos temanku, kurebahkan badanku atas kasur santainya. Tidak beberapa lama mataku mulai terpejam dan tidak sadaran diri lagi hingga pagi.

***

Sekitar pukul sepuluh kuberangkat ke Home Basic untuk melakukan rapat workshop latihan kepenulisan sendirian. Setelah berpamitan dengan temanku dan menuju ke Marapalang dekat jembatan Upi yang kami lintasi dengan temanku semalam. Berkat bantuan temanku juga aku tidak salah jalan menuju ke sana. Akan tetapi setelah rapat selesai dan aku ke tempat temanku di Lubuak Lintah. Lagi-lagi aku nyasar, setelah bertanya kian kemari menanyakan kepada setiap orang di perempatan jalan akhirnya aku sampai juga dipersimpangan kos temanku.
Udara Kota Padang yang panas membuatku terasa letih. Kumelihat temanku sibuk mempersiapkan ujiannya untuk besok dengan buku di tangannya.
“Sudah pulang Van,” sambil melihat ke arahku.
“Sudah, semangat teman,”sambil berbaring di dekatnya.
“So pasti,” sambil melanjutkan bacaannya.
Sore harinya aku minta melihat kampusnya di IAIN Iman Bonjol yang tidak begitu jauh dari tempat kosnya. Beberapa menit berjalan dengan satu motor akhirnya kami memasuki gerbang kempusnya yang begitu luas dan beberapa jurusan yang diperkenalkan kepada. Terlihat beberapa orang mahasiswa yang sedang berolah raga main Futsal, main Volly di sana bahkan ada yang sedang jalan-jalan di sekitar kampus.
Aku memandang lama sekali ke kampus megah itu, setelah terpukau melihat luasnya kampus UNP dan UPI di pinggiran jalan. Sekitar sepuluh menit disana akhirnya kami pergi ke tempat kakakku di pinggiran jalan sebelah. Setelah lama mencari tempat kosnya akhirnya bertemu juga dengannya. Kubersalamam termasuk temanku didepan kosnya. Beberapa menit bercerita tentang perjalanan ke Padang dan berputar-putar hingga nyasar kepadanya.
Akhirnya kami memutuskan untuk melihat sunset ke pinggiran taplau. Akan tetapi sayang aku telat dan cuaca tidak mendukung sore ini. Akhirnya kami pun kembali ke kos setelah membeli sambal untuk makan kami di kos. Dua orang temannya sudah duluan berada di kos dengan kami. Setelah makan malam aku hanya berbaring-baring di depan notebook-ku sambil nonton-nonton dan buka yang lain.
Aku juga kasihan melihat temanku yang harus ujian besok, makanya aku biarkan dia belajar terlebih dahulu. Walaupun dia mengajakku untuk jalan-jalan ke Bandara melihat keindahan Bandara Minangkabau yang baru. Malam ini kuhabiskan di kos temanku.
Sebelum berangkat ke Batusangkar kembali temanku sengaja menyuruhku untuk agak siang pulang karena hari ini dia hanya ujian sampai siang. Setelah menunggu lama akhirnya dia muncul dibalik pintu dan istirahat sebentar bersama yang lainnya didalam kamar. Sekitar pukul sebelas dia mengantarkan aku ke Kantor Gubenur untuk mengantarkan proposal kesana. Walaupun sudah telat akan tetapi aku dapat informasi yang lebih dari sini. Ku menemukan orang dari daerahku yang bekerja disana dan sewaktu-waktu bisa aku dapatkan informasi beasiswa darinya.
Kuberangkat ke Batusangkar dengan beberapa panitia workshop Tubuh Jendela yang dari Padang yang kebetulan juga akan ke Batusangkar. Akan tetapi dua orang tidak jadi ikut karena motor Vespanya rusak ringan dan tidak kuat berjalan jauh ke Batusangkar.
Akhirnya kami berempat berjalan melewati berbagai daerah dan sempat mampir dulu di sebuah warung makan untuk makan siang. Bang Alfa yang mentraktir kami makan hari ini, sekitar pukul tiga perjalanan di lanjutkan kembali.



0 komentar:

Posting Komentar