Sebuah pengumuman lowongan pekerjaan
di sebuah koran yang berceceran di sebuah lantai rumah sakit. Walaupun terlihat
usang dan kotor, namun koran itu masih koran terbitan terbaru hari itu. Karena
terinjak-injak dan sidikit awut-awutan saja tidak dipedulikan orang yang lalu
lalang. Hanya seorang laki-laki yang berpakaian sederhana dengan rambut sedikit
tidak beraturan. Diperhatikan koran itu satu demi satu halaman, dari kiri ke
kanan. Matanya tertuju dengan sebuah kolam kecil yang menarik perhatian anak
muda itu. Disana tertuliskan :
“Dicari seorang karyawan untuk sebuah perusahaaan
PT. Sinar Jaya. Akan ditempatkan pada bagian manajer keuangan dengan syarat
blalalalallala.......”
Terlihat mata anak muda itu begitu
senang dengan pengumuman tersebut. Namun dia teringat akan tujuan awalnya
datang ke rumah sakit itu. Dengan cepat dia menyimpan sobekan koran itu dan
dimasukannya ke dalam saku celananya. Dengan cepat dia pergi berlalu menuju
sebuah ruangan rumah sakit.
Baru sampai di depan pintu ruangan,
terlihat sudah ramai yang berkunjung lebih dulu daripadanya. Dengan cepat dia
masuk ke dalam dan orang yang pertama kali dia lihat adalah kekasihnya yang
sedang menginas terisak-isak di dekat ibunya. Dengan hati-hati dia datang
menghampiri kekasihnya itu dan mencoba memegang pundaknya. Dalam hati ia sudah
merasakan kalau Ibunya sudah meninggal beberapa menit yang lalu. Tak bisa
tertahankan lagi air matanya sudah lebih dulu meluncur dengan deras membasahi
kedua pipinya. Wajah seorang Ibu yang terbaring itu mengingatkannya pada sosok
yang baik hati ketika ia datang berkunjung ke rumah kekasihnya itu.
Waktu itu wajah Ibunya terlihat
seperti orang sehat-sehat saja, dan bahkan ceria dengan senyuman yang ramah
saat menyambut kedatanganku sore itu. Namun mengapa Allah memanggilnya lebih
awal dan tanpa diduga-duga, pikirnya dalam hati.
Sesaat wajah Vivy terangkat melihat
siapa yang memengang pundaknya. Ketika taupan matanya bertemu dengan taupan mata Irvan yang sudah
menangis dia dan dengan sentuhan kecil Vy mencoba memengang tangan kekasihnya
itu. Seakan mereka tidak ingin kejadian itu ada, namun apa boleh buat Allah Swt
yang Maha mengetahui dan Maha memiliki segala sesuatu tentunya mempunyai hak
akan ciptaan-Nya.
Beberapa bulan kemudian Irvan yang
waktu itu ditemani oleh Vivy mengikuti tes terakhir dalam wawancara yang
diadakan oleh sebuah PT. Sinar Jaya. Irvan menjadi lebih semangat lagi
mengikuti tes tersebut dan yakin dia akan bisa melewati itu semua dan dapat
bekerja di perusahaan itu. Senyuman indah Vivy dan motivasi yang lebih yang
terus memberikan tiada henti-hentinya kepada Irvan. Bahkan pada saat rumit dan yang
tidak mungkin, Vivy terus memberikan semangat kepadanya. Bukan hanya lewat
omongan dan gerak tubuh akan tetapi dengan media komunikasipun sudah banyak
yang dikirim Vivy. Bahkan Vivy yakin dan percaya kekasihnya itu akan bisa
diterima di sana dan setiap selesai shalat doanya terus saja meminta kepada
yang Kuasa.
Walaupun belum berstatus sebagai
seorang suami isteri, namun kasih sayang dan perhatian mareka tidak pernah
sirna. Vivy yang sekarang lebih memilih bekerja pada sebuah toko kecil sebagai
seorang karyawan bagian keuangan. Namun pekerjaan itu sangat ditekuninya dan
dengan senang. Ribuan rintangan dan kendala yang terus menemati hari-harinya
mencapai impian yang tidak pernah pudar. Walaupun belum mendapatkan pekerjaan
yang pas dan sesuai dengan keinginan, namun Irvan tidak pernah menyeluh dan
setiap kali pulang ke rumah dia tidak pernah membawa permasalahan di kantor ke
rumahnya dan begitu juga sebaliknya tidak pernah membawa permasalahan rumah ke
kantornya. Bahkan setiap kali pulang kantor dia selalu saja berhenti sejenak di
depan sebuah pohon yang tidak terlalu besar.
Bahkan ketika akan pergi ke kantor
kembali dia berhenti di depan pohon kecil itu kembali dan baru melanjutkannya
ke kantor. Setiap hari seperti itulah yang dilakukan Irvan dan bahkan setiap
akhir minggu dia selalu menyempatkan untuk mengajak Vivy berjalan-jalan.
Walaupun tidak rutin setiap minggu mereka berjalan berdua, namun Vivy sadar
bahwa kekasihnya itu terkadang sibuk dengan urusan kantor yang banyak. Walaupun
begitu dia tidak pernah meminta lebih dan macam-macam kepada Irvan. Jalinan
cinta kasih mereka hanya bisa terlihat dari satu sama lain yang memberikan
kasih sayang dengan cara nyata dan bukan dari perkataan-perkataan yang
menjanjikan.
Setahun kemudian. Irvan diangkat
menjadi direktur karena kinerjanya yang begitu bagus dan mengantikan direktur
lama yang sudah pensiun dari dari jabatannya. Sedangkan Vivy juga sudah mendapatkan
pekerjaan yang pas dan sesuai dengan apa yang dia inginkan yaitu sebagai
karyawan Bank Indonesia. Bahkan mereka berencana akan melangsungkan pesta
pernikahan mereka satu minggu lagi dan semua surat undangan sudah disebarkan
kepada teman-teman kerja dan teman-teman lama mereka. Bahkan sanak family
mereka tidak ketinggalan pula, baik yang dekat maupun yang jauh. Sebelum acara
pernikahan mereka dilaksanakan, baik di rumah Irvan dan rumah Vivy sudah
dipersiapkan segala sesuatu nantinya. Bahkan gaun pengantinpun sudah dipesan
dan tenda-tendanya sudah mulai dipasang.
Tepat pada tanggal 10 Oktober 2018,
diadakan resepsi pernikan mereka. Gaun merah yang pakai kedua mempelai sesuai
sekali dengan kedua mempalai hingga pujian dimana-dimana terlantun dari mulut setiap
pengunjun yang datang. Bahkan senyuman demi senyuman kecil yang terlihat dari
kedua mempelai menambah mesrah dan indahnya hari itu disertai ucapan selamat
dari para pengunjung yang datang silih berganti. Walaupun Ibu Vivy tidak bisa
menyaksikan anak pujaan hatinya duduk di pelaminan, namun kata-kata Mertuanya
itu masih teringat terus dipikiran Irvan :
“Nak Irvan, tolong jaga Vivy di Batusangkar,
karena kami jauh dari sana dan kami sangat berharap kepada Nak Irvan,” dengan
suara sedih.
Sejak saat itu Irvan bertekat akan
menjaga Vivy sekuat dan semampunya, dan akan mengorbankan dirinya demi kebahagiaan
isterinya.
Waktu terus berjalan dan bulan
berganti tahun serta tahun berganti tahun. Maka sudah senang yang dijalani
Irvan dan Vivy terus saja dilewati tanpa ada kata menyerah. Bahkan terkadang
rasa cemburu dan tantangan terberat yang dihadapi Irvan kian membesar serta
permasalahan perusahaan yang dijalaninya semakin merosot. Bahkan banyak mitra
perusahaan membatalkan kontrak bisnis dengannya. Permasalahan demi permasalahan
yang dihadapi membuatnya semakin terus mendekatkan diri kepada yang pembuat
masalah, yaitu Allah Swt.
Bahkan setiap pergi ke kantor masalah
rumah tangganya di titipkan pada pohon yang sudah mulai besar di halaman depan
rumahnya. Sorenya masalah itu kembali di ambil dan di simpan masalah kantornya
di dalam pohon itu. Begitulah setiap hari, akhirnya demi kegigihan dan kerja
keras, bahkan doanya membuat semakin hari semakin terbuka kembali peluang untuk
maju dan semakin banyak perusahaan-peruhaan luar negeri dan dalam negeri yang
percaya dengan kemampuan perusaannya. Bahkan rasa cemburu yang dulu menghantui
isterinya sekarang sudah menaruh rasa percaya akan kesetiaan suaminya yang
semakin hari semakin sayang dan memberikan perhatian lebih kepadanya. Bahkan
kasih sayangnya pun tercurahkan dengan kehadiran sang buah hati yang bernama Syahira.
Syahira tumbuh menjadi wanita yang lincah dan shalehah sama seperti Ibunya.
Dengan didikan dan kasih sayang kedua orang tuanya Syahira berhasil mengukir beberapa
prestasi baik di sekolah dan di tempatnya mengaji. Bahkan nama Syahira menjadi
sanjungan dan buah bibir setiap orang dengan kebaikkan dan penolangnya sama
dengan arti namanya yaitu terkenal dan termasyur dengan keelokan tingkah laku
dan budi pekertinya.
0 komentar:
Posting Komentar