Foto: Seorang anak kecil sedekah dengan ikhlas. |
Siapa yang tidak senang memiliki buah hati di tengah-tengah sebuah
keluarga, walaupun termasuk keluarga kecil sekalipun. Namun kehadiran buah hati
yang selalu ditunggu-tunggu itulah yang akan membangkitkan semangat dan daya
tarik tersendiri di tengah-tengah keluarga. Bahkan kehadiran si buah hati
menjadi sering bertemu dengan sanak famili dan bahkan menjalin siraturrahmi
yang semakin erat dan harmonis.
Pada saat itulah pasangan laki-laki itu menjadi seorang Bapak dan
wanita menjadi seorang Ibu. Dengan kehadiran buah hati mereka maka panggilanpun
berubah drastis dengan cepat dan Ibu dari anak tersebut dimanjakan dengan
kehadiran Nenek dan Eyang yang selalu datang menjenguk Sikecil. Padahal Sikecil
tidak menangis namun, tetap saja digendong. Bahkan Nenek dan Eyang juga sering
menyuruh Ibunya untuk sering-sering ke tempatnya agar selalu bertemu dengan Sikecil
yang sangat beliau idam-idamkan dan membuatnya terus merasa kangen serta rindu
dengan tangisan Sikecil.
Jika Sikecil jauh maka beliau merasa sangat rindu, walaupun jauh
sekalipun mereka akan datang untuk melihat Si buah hati tersebut. Bahkan mereka
tidak sungkan-sungkan untuk membawa jika memang diizinkan. Akan tetapi tetap
saja Ibu dari anak itu tidak akan mengizinkan Nenek atau Eyang mereka untuk
membawa mereka pulang. Begitulah besarnya rasa sayang seorang Ibu kepada
anaknya dan ibarat sebuah pepatah minang menyebutkan ”Sayang mande sepanjang jalan, sayang
anak sepanjang panggolan.”[1]
Namun itulah realitanya saat ini, dimana anak seorang Ibu tidak terlepas
dari cinta kasihnya kepada seorang anak, walaupun anak tersebut tidak lagi
mempedulikannya seperti Legenda Batu Malin Kundang.
Saat Sikecil sudah mulai bertambah kepandaiannya dan semakin
lincah, maka pada masa-masa itulah membuat rasa kesabaran seorang Ibu
benar-benar diuji dan membuatnya lelah. Namun, jika tidak benar-benar dijaga
dan dipelihara dengan baik. Maka akan membahayakan anaknya sendiri, akan tetapi
jika anaknya dapat dijaga dan diajarkan dengan bimbingan kasih sayang seorang
Ibu, maka akan menghasilkan serta membentuk kharakter seorang anak. Baik
ataupun buruknya prilaku seorang anak tidak terlepas dari madrasah pertama
mereka yaitu Ibunya sendiri serta keluarganya di rumah.
Jika seorang anak dibesarkan dengan manja, maka sampai besarpun
akan menjadi pribadi yang manja dan segala permintaannya harus dikabulkan. Jika
tidak terkabulkan, segala cara akan dilakukan untuk mendapatkannya, seperti
mencuri. Akan tetapi, jika seorang anak dibesarkan dan dididik dengan penuh
kasih sayang dan aturan-aturan yang harus dijalankan seorang anak, maka dia
akan menjadi kharakter yang mandiri dan suka bekerja keras. Sebut saja seorang
anak yang bernama Nayla dari sepasang suami isteri yaitu Arimi dan Irvan.
Seorang anak yang sudah lincah dan membuat repot kedua orang tuanya, namun
semua itu mereka jalani dengan sabar dan penuh kasih sayang. Walaupun anak
seusia itu, memang waktunya menemukan dimana jati dirinya dan apa yang dia
minati. Maka pada saat itu sudah mulai terlihat, namun jika tidak mampu
mengambil kesimpulan dari tingkah laku sikecil tidak akan pernah kita tahu.
Hanya Ibu dan Bapak dari anak itu yang mempunyai respon dan tanggapan yang
tepatlah yang akan mampu mengetahui semua itu.
***
Suatu siang, sedang asyik bermain dengan Sikecil di tengah ruangan.
Sikecil asyik dengan mainan baru yang dibelikan Ayahnya kemarin, sampai dia
makan dan tidur mainan itu tidak pernah dia lepaskan dan tidak pernah jauh dari
tangannya. Memang mainan itu sebuah boneka Berbie yang sangat cantik dan
indah. Ayahnya sendiri harus menempuh perjalanan jauh untuk dapat mendapatkan
mainan itu, yaitu di luar negeri tepatnya di Inggris. Itu karena dia sedang ada
kegiatan dan kebetulan dia melihat boneka Berbie yang cantik dan indah,
serta sesuai sekali dengan anaknya yang sedang lincah di rumah.
Ayahnya harus mengeluarkan uang yang sedikit banyak untuk sebuah
boneka Berbie buatan Inggris tersebut. Namun, karena sayang dan cintanya
akan buah hatinya di rela mengeluarkan uang yang sedikit banyak tersebut.
“Apalah artinya kekayaan yang dimiliki jika tidak dimanfaatkan
untuk kebahagiaan sang buah hati yang menunggu di rumah. Memang dia bekerja
juga untuk anak dan isterinya di rumah,” pikirnya dalam hati.
Karena itulah anak kesayangannya tidak pernah meninggalkan
sedikitpun mainan kesayangannya. Walaupun demikian Ibu tetap saja memperhatikan
buah hatinya bermain agar tidak terjadi apa-apa dengannya. Begitupula Ayahnya
yang sering bermain dengan buah hatinya jika pulang dari kantor.
Kebetulan hari itu adalah hari libur dan Irvan tidak ke kantor,
maka dia bisa sepuasnya bermain dengan sang buah hati di ruang keluarga.
Terdengar suara orang mengetuk pintu dari luar.
Tok...tok...tok...
“Assalamu ‘alaikum,” suara Bapak itu.
“Wassalamu ‘alaikum,” jabawan Irvan sambil membukakan pintu.
“Sebentar ya Pak,” sambil berjalan ke kamar untuk mengambil uang.
Namun Arimi yang juga ikut berjalan ke depan mengikuti langkah buah
hatinya, ternyata anaknya secara mengejutkan berjalan ke arah Bapak tersebut
dan memberikan boneka Berbie kesayangannya. Arimi merasa terharu dengan
adegan buah hatinya yang baru berumur satu setengah tahun itu. Mengapa tidak,
boneka Berbie kesayangannya itu tidak pernah lepas dan jauh dari
tangannya sejak Ayahnya memberikan mainan itu kepadanya. Dengan senyuman kecil
dan tatapan lembut buah hatinya memberikan mainan kesayangannya itu tanpa ada
rasa takut dan beban sama sekali.
“Sungguh luar biasa jiwa buah hatinya, kemarin baru lahir saja
sudah mengerti tentang sedekah,” pikir Arimi di dalam hati.
Tidak lama setelah itu berjalan juga Irvan ke depan pintu, disana
dia sudah menyaksikan buah hatinya dan Bapak itu memengang boneka Berbie
kesayangan anaknya. Belum sempat berkata apa-apa dia merasa terkejut dengan
kejadian ini, mengapa boneka itu bisa ada pada si Bapak dan mengapa tidak ada
tangisan dari buah hatinya mainan kesayangannya itu ada pada orang lain dan
juga baru pertama kali dia lihat.
Dengan wajah berseri-seri sang Bapak mengembalikan mainan itu
kepada si anak, namun dia tetap menolak dan memdorong mainan dari uluran tangan
si Bapak. Akhirnya sang Bapak memberikan mainan itu kepada Ayahnya yang masih
sedang berdiri disamping anak itu. Irvan memberikan uang yang diambilnya dari
kamar dan menyerahkan kepada si Bapak.
“Terima kasih Pak,” sambil berjalan meninggalkan rumah tersebut.
Namun, tiba-tiba saja Nayla, sang buah hati menangis
sekeras-kerasnya dan tidak mau didiamkan baik Ayaknya maupun Ibunya. Walaupun
sudah beberapa kali digendong oleh Ibu dan Ayahnya. Namun, sambil menangis
perhatiaan buah hatinya tidak lepas dari boneka Berbie yang masih
terletak di meja tamu. Maka disuruhlah suaminya untuk memanggil kembali Si Bapak
tadi. Kebetulan Bapak tadi juga tidak terlalu jauh dari rumah mereka. sesampai
di rumah sang Ibu menjelaskan tentang kejadian yang baru mereka alami dan
mungkin sumbangan yang diberikan buah hatinya benar-banar tulus dari hatinya yang
paling dalam. Ibu menyambil boneka kesayangannya dan memberikan kepada buah
hatinya, maka dengan mudah tangisan buah hatinya tidak terdengar lagi dan
mengambil mainan kesayangannya serta menyerahkan kepada Bapak peminta tadi.
“Terima kasih Nak, semoga kelak kamu menjadi anak yang berbakti
kepada kedua orang tua dan menjadi seindah-indah perhiasan dunia yang dapat
memberikan nuansa baru kepada seluruh alam,” sambil tersenyum.
“Amien,” kedua suami isteri itu serentak menjawab.
“Ambillah, semoga bermanfaat untuk Bapak dan dapat membahagiakan anak
dan cucu Bapak dengan mainan tersebut,” sambung isterinya.
“Terima kasih banyak Buk, Pak, Nak,” sambil berdoa sejenak dan
pergi meninggalkan keluarga kecil itu.
Akhirnya tanpa ada mainan kesayangan buah hatinya Nayla tetap
merasa bahagia dan masih ada mainannya yang lain. Maka, dari kejadian itu
memberikan bukti yang nyata kepada kedua pasangan suami isteri tersebut untuk
tidak setengah-tengah dalam memberikan ataupun menyumbangkan harta yang kita
miliki walaupun benda atau harta itu adalah kesayangan kita sendiri. Maka
ingatlah Allah akan memberikan gantinya kepada hambanya yang betul-betul ikhlas
memberikan itu semua.
***
Keesokan harinya, Irvan langsung mendapatkan kejutan yang tidak
terduga-duga dari seorang teman bisnisnya mengajak untuk bekerjasama untuk
membangun sebuah perpustakaan negara terkenal dan memberikan uang muka sebagai
ucapan terima kasih mau bekerjasama dengan pihak mereka sebesar Rp.
50.000.000,- padahal itu hanyalah uang
terima kasih saja yang didapatkannya. Bahkan mainan yang dibelikannya untuk
buah hatinya sekian persen dari total keseluruhan hadiah dari rekan bisnisnya.
Sungguh indah buah dari suatu sedekah atau sumbangan yang sepenuh hati juga dibalas
oleh Allah dengan berlipat ganda kepada hambanya.
[1]
Pepatah-petitih Minangkabau : Sayang mande sepanjang jalan, sayang anak sepanjang panggolan(artinya; Sayang
Ibu tidak pernah putus sedangkan sayang anak hanyalah sedikit.
0 komentar:
Posting Komentar