Sumber: Kawanimut-akhwat tangguh. |
Memang istilah akhwat itu sering
beredar di kalangan kampus atau suatu organisasi Islam. Bahwa panggilan seorang
wanita lebih biasa dipanggil akhwat atau anti. Ada juga yang mengunakan
istilah ukhti untuk sesama jenis mereka dikalangan perempuan. Walaupun
demikian, kalangan yang sering mengunakan hijab yang begitu lebar dan hampir
menutup sebagian tubuhnya. Itulah icon mereka yang lebih mengutamakan menutup
aurat ketimbang yang lain.
Namun orang-orang seperti ini dianggap
asal muasalnya kajian teroris oleh sebagian orang. Karena mereka menganggap
bahwa hanya orang-orang yang seperti itulah dalang dari setiap kegiatan
teroris. Namun asal kita tahu semua, bahwa orang-orang yang mengalah
gunakan dan mengatasnamakan Islam di atas kegiatan mereka. Serta mengalah
pahami tentang istilah jihad dan sesuka hati melakukan jihad dengan pemahaman
mereka sendiri.
Namun bukan itu yang akan kita bahas
sekarang ini, sebuah keistimewahan dari sebuah hijab yang menarik mata hatiku
untuk tidak henti-hentinya memandang. Suatu keindahan dan suatu kecantikan yang
memancarkan cahaya dari dalam diri mereka. Seorang mahasiswi yang baru
menginjakan kakinya di kampus ternama. Walaupun bukan asli dari daerah tersebut
namun dia sedikit memahami tentang daerah itu walaupun tidak secara
keseluruhan.
Suatu ketika saat Nita mau
mendaftarkan ulang di kampus itu, ada sebuah sosok yang datang dari belakangnya
dan berkata kepadanya.
“Maaf, Dek. Ada yang bisa Kakak bantu
?” sahut wanita itu.
“Oo...mau mencari tempat mendaftar
ulang Kak, namun tidak tahu dimana temapatnya Kak ?” dengan suara kaget.
“Mari Kakak, antarkan Adek untuk
mendaftar ulang,” sambil menarik tangannya.
“Makasih Kak,” sambil mengikuti wanita
itu.
Dalam perjalanan ke tempat mendaftar
ulang itu Nita terus saja bertanya dalam hati, “Siapa wanita ini ? Baik
sekali dia ? Dia juga terlihat lebih cantik dengan jilbab dalamnya.” Tanpa
banyak berdebat lagi dengan hatinya Nita mencoba memberanikan diri untuk
bertanya kepada wanita itu.
“Kalau boleh tahu Kakak siapa ?” tanya
Nita.
“Kakak Yuni, kalau Adek sendiri
siapanya ?”
“Saya Nita Kak.”
“O...ya tinggal dimana Dek ?”
“Sata tinggal di Sungai Tarab Kak.”
“Kos di sini atau berulang dari rumah
setiap hari Dek ?”
“Rencana kos Kak, namun sampai hari
ini belum dapat tempat kos Kak.”
“Jangan kwatir Dek, mau tinggal di
wisma nggak Dek ?”
“Boleh juga Kak, Kakak juga tinggal
disana kan ?” tanya Nita.
“Iya Kakak juga tinggal disana,”
dengan senyuman kecil.
Setelah sampai di tempat mendaftar
ulang itu Nita yang ditemani Kak Yuni siang itu. Hanya beberapa menit selesai
dan Kak Yuni mengajak Nita untuk berkunjung ke wisma barunya yang tidak jauh
dari Sekolah Kebidanan atau Stikes. Kak Yuni yang memcoba memberikan perhatian
lebih dan sudah menganggap Nita sabagai Adik kandung sendiri.
***
Sejak pertemuan mereka waktu itu dan
menjadi sebuah kedekatan yang terpisahkan. Bagaikan saudara kandung dan saling
membantu antara sesama. Sampai Kak Yuni lah yang memperkenalkan Nita kepada
hijab dalam dan mengikuti kajian-kajian Islam setiap minggunya.
Namun beberapa tahun kemudian Kak Yuni
tidak tinggal di wisma lagi dan lebih memilih untuk berulang dari rumah setiap
hari. Karena pada semester ini Kak Yuni hanya melakukan bimbingan dan tidak ada
mata kuliah lagi yang diambil. Hati Nita terasa sangat sedih dengan kejadian
itu, kerena Kak Yuni sudah dianggap Kakaknya sendiri dan Kak Yuni sebagai
tempat mengadu serta yang selalu mengajari banyak hal kepadanya.
Sejak saat itu Nita tidak seperti
biasanya semangatnya menjadi sedikit berkurang dan kurang bergairah dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Suatu ketika Nita terus saja berpikir, jika
terus-terusan seperti ini dia akan kehilangan dirinya dan mimpi-mimpinya. Sejak
saat itu, walaupun Kak Yuni jarang ke wisma dia tetap semangat dan ceria dalam
menjalani kehidupan setiap harinya. Selain itu Nita mendapatkan amanah sebagai
pengurus di organisasi dan juga mengikuti latihan karate untuk menjaga dirinya.
Walaupun sibuk dengan kegiatan kuliah
dan tugas-tugas setiap harinya, kegiatan organisasi dan latihan karate setiap
minggunya tidak pernah dia tinggalkan. Dengan penampilannya yang sekarang sudah
mulai terlihat seperti Kak Yuni, hijab yang dikenakannya terasa sesuai dengan
dirinya dan memberikan cahaya yang begitu indah. Setiap hari dia harus berjalan
kaki untuk mencapai kampusnya, walaupun sedikit berjauhan dari kampus. Namun
semangatnya untuk terus menuntut ilmu dan keahlian-keahliannya setiap hari
tidak pernah pudar dan terus terjaga.
Apalagi dalam mengikurapat organisasi
yang setiap minggunya, bahkan rapat sering diadakan setiap selesai kuliah
sorenya. Karena hanya waktu sorelah yang ada waktu buat orang-orang untuk
mengikutinya. Walaupun tubuh Nita terasa lelah dan letih setelah kuliah dari
pagi. Namun semangatnya untuk terus mengikuti dan aktif dalam rapat tersebut
tidak berpengaruh dengan kelelahannya. Bahkan ada sebagian teman-temannya atau
panitia yang lain tidak ada yang datang dengan seribu satu alasan.
Bahkan sebagian patinia walaupun
sebagian yang hadir namun ada juga dari mereka yang belum menjani tugas-tugas
mereka selaku panitia kegiatan.
“Afwan, ana belum sempat meninjau
lokasi kegiatan karena tidak ada motor,” suara akhwat lain.
“Syukron atas laporannya, devisi
kestari, apakah proposal sudah diselesaikan untuk disebarkan ?” tanya ketua kegiatan.
“Afwan, karena lokasi kegiatan belum
pasti jadi proposal masih belum bisa dibuat,” jawab akhwat lain.
“Syukron atas laporannya, diharapkan
kepada kepada devisi humas untuk secepatnya mencari dan menentukan lokasi
kegiatan.”
“Izin bicara ketua,” tanya Nita.
“Iya silahkan,” jawab ketua kegiatan.
“Syukron atas waktu yang diberikan
ketua, jika setiap kali rapat diadakan kebanyakan dari panitia tidak ada yang
dilaporkan dan lebih banyak afwan-afwannya. Maka manajemen afwan inilah yang
akan membuat kegiatan kita akan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Maka dari itu sebelum rapat diadakan diharapkan masing-masing kita harus
mengiapkan laporan-laporan yang akan disampaikan ketika rapatnya,” tegas Nita.
“Syukron atas masukan dari akhwat
tadi, semoga ke depannya rapat kita tidak seperti ini lagi dan diharapkan agar
setiap bidang-bidang menyiapkan laporan-laporannya seperti yang di sampaikan
akhwat tdi,” mencoba menegaskan kembali,
Akhirnya rapat sore itu berakhir dan
seperti biasa Nita kembali ke wisma dengan akhwat-akhwat lainnya. Sampai
kegiatan akan diadakanpun Nita berusaha membantu apa yang bisa dikerjakannya,
mulai dari membawakan alat-alat yang akan digunakan di lokasi nantinya, serta
membantu memasakan sambal dan gorengan-gorengan lainnya. Walaupun seharian
bekerja dan sampai tengah malampun dia tidak pernah memperlihatkan kepada yang
lain keletihan dan kelelahannya. Sampai kegiatan itu berakhir dia terus saja
membantu dan semangat dalam setiap kegiatan yang dia lakukan.
0 komentar:
Posting Komentar