Gambar: Pasukan Bersayap. |
Sebuah gumpalan kecil bergantungan di
atas pintu rumahku dengan puluhan pasukan yang hinggap diatas benda tersebut.
Beberapa hari ini aku mencoba berpikir dan mensiasati cara yang ampuh untuk
melawan mereka yang banyak tersebut. Setelah lama berpikir dan berdialog dengan
seorang Kakakku. Dia memberikan masukan bahwa,
“Semakin hari pasukan bersayap itu
semakin berkuasa di rumah ini, bagaimana jika nanti malam kita mengunakan api
untuk membakarnya ?” dengan nada semangat.
“Sepertinya kalau kita mengunakan api
akan membuat triplek diatasmnya akan terbakar Kak,” mencoba menyakinkannya.
“Iya juga ya, MNnnnnnnn. . . .” dia
sedang berpikir keras.
Tiba-tiba dengan suara yang membuatku
kaget dan berpikirku buyar dibuatnya.
“Kakak ada ide Dek, mungkin dengan
mengunakan api tidak memungkinkan. Bagaimana jika saat tengah malam kita ambil
plastik yang berukuran besar dan kita tutup dengan plastik itu.”
“Apakah Kakak bisa memastikan kalau
malam itu mereka telah berada didalam sarangnya,” dengan nada penasaran.
“Belum pernah Dek, akan tetapi
biasanya pasukan bersayap itu kalau malam matanya kabur.”
“Itu masalahnya Kak, nampaknya itu
terlalu berbahaya kalau strategi itu kita gunakan untuk menyerang mereka. Emang
benar Kak pasukan bersayap itu matanya kabur saat malam, akan tetapi kita juga
belum tahu apakah benar mereka kalau malam masuk ke sarangnya.”
Setelah lama mencari siasat dan
strategi yang tepat untuk menyerang pasukan bersayap itu. Agar tidak terjadi
korban juga dalam penyerangan tersebut. Aku terus berpikir keras untuk bisa
menyerang pasukan yang banyak tersebut. Beberapa hari berlalu pasukan bersayap
itu terus memandang sinis ke arah kami yang melewati sarangnya. Dengan tatapan
sinis dan sekan-akan ingin menyerang siapa saja yang lewat di dekat sarang
mereka. Dalam hatiku berpikir dan terus berpikir padahal hatiku memberontak
atas segala yang telah ambilnya dari sebagian hakku di rumah ini.
“Mereka sesuka hati saja tinggal dan
menetap di rumah ini. Aku bayar pajak atas bangunan rumah ini padahal mereka
sudahlah menetap tanpa izin dan berlaku sombong seperti penguasa di rumahku
ini. Mereka saat membuat sarangnya juga tidak pernah mintak izin kepadaku dan
sekarang setelah mereka banyak seoalah-olah ingin menguasai rumahku ini. Mereka
seperti penjajah yang ingin mengambil paksa hak orang lain saja, padahal mereka
tidak mengadari bahwa mereka tinggal gratis di sini. Jangan mentang-mentang
mereka punya senjata mematikan bisa bertindak semena-mena terhadap orang-orang
di rumah ini.”
Dalam hati rasa ingin menyerang
pasukan bersayap itu semakin menggebu-gebu. Akan tetapi aku belum mendapatkan
ide dan cara meyerangnya lebih dahulu. Setelah beberapa hari terus berpikir dan
berpikir. Akhirnya aku mendapatkan ide dan cara ampuh menyerangnya tanpa harus
ada korban. Dengan strategi dan cara yang jitu ku ambil sebuah balok kayu yang
ada disebelah rumahku.
Tiba-tiba kuhantamkan balok kayu
tersebut ke sarang pasukan bersayap tersebut. Bagaikan sebuah bom atom
menghantam istana mereka. Tiada hujan tiada angin semua berhamburan
berterbangan dan ada juga yang tergeletak tidak berdaya lagi bergerak. Aku
tutup pintu rumahku rapat-rapat dan aku berlari ke dalam rumah. Di luar sana
sudah berantakan balok sudah terlempar di depan pintu dan sarang pasukan
bersayap itu sudah hancur sebagiannya. Para pasukan bersayap itu terbang hilir
mudik mencari pelaku yang telah menghancurkan istana mejahnya itu kian kemari.
Dibalik kaca jendelaku hanya
memperhatikan hal tersebut. Para pasukan itu masih sibuk mencari pelakunya, ada
yang menyelamatkan bayinya yang ikut jatuh ke bawah. Ada beberapa pasukan
bersayap tergeletak tidak berdaya di bawahnya. Beberapa menit berlalu para
pasukan bersayap itu masih berterbangan satu dua diantara sarang mereka. Dalam
hati hatiku merasa senang dan tertawa.
“Rasakan serangan pertamaku pasukan
bersayap. Itu adalah bom atom yang pertamaku. Masih ada bom atom yang berikut
dan berikutnya hingga semua istanamu musna tidak tersisa. Bahkan semua pasukanmu
akan mati begeletak tidak tersisa. Hahahahahaha... .” pikirku dalam hati.
Setelah semua aman dan para pasukan
bersayap telah hinggap di sarang mereka. Aku keluar rumah dan mengambil senjata
andalanku. Lagi-lagi kuhantamkan ke istana pasukan bersayap itu akan tetapi
kali ini setelah kuhantamkan aku buat istana kecil itu tumbang dan jatuh ke
bawah. Saat semua pasukan bersayap itu berhamburan dan kaget dengan
serangan kedua yang kulancarkan dengan bom atom pemusna hingga lagi-lagi ku
masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat.
Ternyata seranganku yang kedua ini membuat
pihak musuh kalang kabut dan berterbangan kian kemari. Mereka kali ini sangat
marah dan berterbangan berserakan seperti ingin membunuh siapa saja yang mereka
temui disana. Lagi-lagi terlihat dari pihak musuh berserakan dibawah ada yang
tidak bergerak dan ada yang tidak sanggup mngepaskan sayap indahnya hingga
mereka berjalan mencari tempat berlindung. Ada sebagian pasukan itu masih
berterbangan di atas istana mereka yang telah tumbang ke bawah. Mereka mencoba
menyelamatkan bayi-bayi mereka ke tempat yang aman. Aku memperhatikan gerak
gerik pasukan itu dari balik kaca jendela.
Saat semua terasa aman dan aku buka
pintu rumah. Para pasukan yang masih hidup itu ku buat mereka tidak bisa
bergerak lagi dan mereka yang masih hinggap di dinding. Tanpa sepetahuannya aku
telah berada di belakangnya dan lagi-lagi kukasih kado perpisahan terindah
kepada mereka yang masih berada disana. Hingga beberapa dari mereka tergeletak
tidak berdaya di lantai. Aku ambil istana mereka dan aku sembunyikan biar
mereka tidak bisa lagi menyelamatkan bayi-bayi mereka.
Sekitar lima menit hantaman bom atom
kedua itu meluluh lantakan istana pasukan bersayap itu. Mereka sibuk mencari
tahu keberadaan istana megah mereka yang tiba-tiba tidak mereka temukan lagi.
Baik itu di tempat pertama dan setelah istana itu jatuh tidak terlihat lagi.
Yang mereka lihat hanya beberapa dari pasukan mereka tergeletak tidak bergerak
lagi dilantai. Terlihat kawanan pasukan hitam mulai memangsa makanan mereka
siang itu.
Setiap pasukan yang tergeletak dilantai
telah dikelilingi oleh puluhan tentara hitam yang siap menerkam mereka tiada
ampun lagi. Terlihat beberapa pasukan bersayap meratapi kematian teman-teman
mereka dari bekas istananya tadi. Seorang panglima muda bersayap berkata ke
salah seorang pasukannya;
“Ku benar-benar tidak menduga serangan
demi serangan yang dilancarkan musuh itu membuat kita kalang kabut tidak
menentu. Hingga sampai hari ini tidak tahu keberadaan istana kita, sungguh hal
menyedihkan.”
“Benar Tuan, saat ini kita hanya bisa
menangisi semua hal yang telah terjadi. Tampa bisa bertindak lebih saat ini,” celoteh
bawahannya.
“Lihatlah beberapa dari pasukan kita
telah tergeletah tidak berdaya. Bahkan bom atom musuh tadi telah meluluh
lantakan istana kita hingga datar seperti ini,” terlihat wajah kesedihannya.
Tidak puas dengan senjata pemusta itu
aku gunakan, aku ambil sebuah senjata baru. Saat semua pasukan bersayap itu sedang
asyik berdiskusi kecil dibekas istananya. Terlihat beberapa pasukan itu sedang
menyusun strategi balasan dan juga merencanakan istana baru yang akan mereka
bangun kembali.
“Barrrrrrrr....”
Sebuah serangan mendadak lagi-lagi
datang hingga beberapa pasukan bersayap segera mungkin menyelamatkan dirinya.
Satu, dua pasukan bersayap jatuh dan tidak bergerak lagi. Ada seekor pasukan
terjatuh akan tetapi masih hidup dan membuat dia jatuh ke lantai. Dengan sigap
sebuah senjata menembus pertahanannya hingga membuat dia tidak berdaya. Belum
sempat mereka menyusun strategi pembalasan mereka telah kalah telak dengan
kecepatan musuh yang lebih antusias dan mengunakan peralatan pemusna yang
canggih dan mematikan.
Hingga akhirnya mereka mati satu per satu.
Beribu bahkan puluhan peluru berterbangan menembus pertahan pasukan bersayap
hingga mereka benar-benar harus mengungsi dari kediaman mereka. Kakakku yang
melewati istana pasukan bersayap itu telah hilang bak ditelan bumi. Terseyum
manis dan merasa senang dengan kepergian pasukan bersayap itu.
Berselang beberapa menit, di tempat
lain pasukan itu lagi-lagi mencoba menyusun strategi pembalasan. Dengan pasukan
yang masih tersisa mereka berdialog di ujung atap.
“Lihatlah pasukan kita tinggal
sedikit, apakah ada yang berani memberikan ide tentang ke depannya,” celoteh
seorang panglima pasukan bersayap.
Disudut ujung rapat terdengar salah
seorang bawahan memberikan pendapat.
“Begini Tuan, bagaimana jika kita
membuat istana baru di sebelah pertahanan yang lama. Kita gunakan sebagai
membangun kekuatan kembali dengan melahirkan pasukan-pasukan yang tangguh
nantinya.”
“Ide yang bagus,” jawab seorang panglima
pasukan bersayap.
Mulai hari itu dibangunlah sebuah
istana baru yang akan melahirkan pasukan-pasukan yang tangguh dan banyak. Semua
pasukan yang ada mengerahkan semua kekuatannya untuk menyusun trategi baru dan
serangan balasan. Maka beberapa hari berselang istana baru pun telah berdiri
megah di tempat baru.
Terlihat beberapa pasukan baru sedang
menjaga pertahanan barunya itu. Sedangakan di tempat rapat sebelumnya terlihat
ada lima pasukan telah berdiskusi dan menyusun strategi baru. Bagaimana mereka
bisa membalas semua yang telah diperlakukan semena-mena terhadap mereka. Rapat
kecil itu terlihat sangat antusias dan beberapa lama rapat berjalan. Tanpa
mereka sadari bahwa sebuah camera pengintai telah mengatahui hal tersebut dan
telah melacak keberadaan mereka disana. Tiba-tiba datanglah sebuah rudal
kendali menghantam ruang rapat tersebut.
“Baaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrr. . . .
.Baaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrr.......”
Semua pasukan berhamburan berterbangan
menyelamatkan diri. Beberapa pasukan terlihat antusias dan menyerang balik
perlawanan itu, akan tetapi sayang lagi-lagi rudal kendali itu melesat cepat
menghantam pasukan bersayap itu hingga jatuh ke tanah. Seakan dia ingin terbang
menyelamatkan diri, lesatan peluru pemusna telah mengenai tubuhnya hingga tidak
bisa bergerak lagi. Melihat perlawanan itu seekor pasukan mencoba menyerang dan
menyelamatkan temannya. Tapi sayang rudal kendali melesat dengan cepat menampar
tubuhnya hingga jatuh ke tanah. Dan peluru pemusna mengakhiri perlawanan mereka
hingga tewas.
Belum puas dengan serangan itu. Sebuah
rudal kendali pun menyerang pertahanan baru mereka beberapa kali. Hingga
akhirnya istana yang baru dibangun ambruk tak tersisa. Panglima perang yang
mereka agung-agungkan pun telah tewas terbunuh dan tidak ada lagi panglima yang
akan memimpin perlawanan pasukan bersayap tersebut. Akhirnya mereka yang
tersisa meninggalkan tempat itu tidak tahu entah kemana mereka pergi dan
mencari tempat yang paling aman. Hingga tidak ada lagi serangan musuh yang akan
menghantam dan meluluh lantakan istananya.
Perang berhasil di menangkan oleh
pemilik rumah sebagai pemilik yang berhak atas rumah tersebut. Tanpa harus ada
tatapan sinis dan mematikan dari pihak pasukan bersayap lagi. Sekarang yang
terlihat hanya bekas istana pasukan bersayap yang menghitam dan hangus akibat
puluhan senjata mengahantam istana tersebut hingga hancur berkeping-keping
tidak tersisa lagi.
0 komentar:
Posting Komentar