Gambar : Muslimah Jilbaber. |
“Pesona jilbabmu anggun diwajahmu,
menghiasi senyummu sepanjang hari. Karena jilbabmu aku terpaku....”
Suara nyanyian tipe terdengar di
mushalla dekat rumahnya. Minggu pagi itu seperti biasa anak-anak di mushalla
itu mengadakan gotong royong dalam rangka menyambut khatam Al-Quran yang akan
digelar seminggu lagi. Namun minggu ini mereka sudah mempersiapkan segala
sesuatu untuk satu minggu ke depan. Bahkan ada juga yang menghiasi ruangan
mushalla dengan kertas-kertas berwarna hingga begitu indah. Bahkan Bapak-Bapak
dan pemuda setempat turut membantu dalam mempersiapkan gobah-gobah dari bambu
dengan tulisan selamat datang di atasnya. Selain itu bendera merah putih juga
dipasang sebagai simbol jiwa nasionalisme bangsa.
“Begitu indah dan bagusnya lagu itu,”
pikir Vinda dalam hati sambil memperhatikan dirinya.
Nyanyian indah dan bagus itu sampai
terus teringat-ingat oleh Vinda setiap saat. Bahkan lirik lagu nasyid yang
sederhada itu dengan mudah sudah hafal di dalam kepalanya tanpa disadari. Beberapa
bulan belakangan ini Vinda memang jarang sekali mengunakan Jilbab itu. Bahkan
hanya dipakai ketika akan pergi ke sekolah dekat rumahnya. Memang dia baru
menginjak sekolah menengah pertama dengan ciri khas putih biru. Namun
keinginannya untuk selalu memakai jilbab di luar rumah belum begitu melekat
dalam dirinya.
Dengan didengarkannya nyanyian nasyid
itu, semakin lama semakin dia hayati dan mulai tertanam dalam dirinya untuk
selalu memakai jilbab di luar rumah. Hari demi hari tingkahnya tidak seperti
biasa dan dia mulai sering mengunakan kain yang hanya menutupi kepalanya itu.
Suatu ketika ada kegiatan rohis di
sekolahnya, dia yang baru tahu istilah rohis itu hanya menganggap biasa saja
dengan kegiatan tersebut. Vinda ini anak yang tergolong mudah bergaul dan cepat
akrab dengan teman-temannya. Bahkan teman satu kelasnya dengan waktu yang
singkat sudah hafal nama-namanya dan begitu juga sudah akrab dengan mereka.
Selain itu dia juga banyak memiliki teman-teman di luar kelasnya seperti lokal
lain, bahkan senior-senior mereka.
“Mau kemana Dek,” sapa seniornya.
“Mau lihat-lihat teman sekolah saja
Kak,” jawab Vinda polos.
“Besok ada kegiatan rohis dan
pematerinya dari luar lagi, selain itu acara seru habis dan dapat ilmu juga
Dek. Mau ikut sama Kakak ngak Dek,” ajak seniornya itu.
“Ingin ikut sih Kak, tapi tidak ada
teman yang nemanim pergi Kak.”
“Ya udah, besok barengan sama Kakak
saja ya Dek,” sambil tersenyum kecil.
Saat Vinda dan Kakak seniornya
berpisah di depan lokalnya. Ternyata ada beberapa orang temannya yang
mendengarkan pembicaraan mereka. Walaupun Vinda kenal dan tahu orang yang
mengupil pembicaan mereka itu. Temannya itu kurang berminat dengan hal-hal yang
namanya rohis atau yang berkaitan dengan dengan agama.
“Sejak kapan kamu dekat dengan Kakak
itu Vin ?” tiba-tiba temannya keluar dari kelas.
“Sudah lama juga Ra, memang kenapa ?”
“Kamu yakin akan ikut kegiatan rohis
gituan Vin ?”
“Iya, aku penasaran ana kegiatan itu
seperti apa ?”
“Jangan ajak-ajak kami ya, kami agak
sedikit suka mendekarnya kata rohis itu apalagi mengikutinya,” sambil pergi.
Ternyata teman-teman Vinda tidak suka
dengan kegiatan rohis itu dan menganggap kegiatan itu hanya membuang-buang
waktu saja. Bahkan tidak ada faedahnya dan hanya menambah beban menurut
pandangan teman-temannya itu. Namun Vinda tidak ambil pusing dengan tingkah
mereka yang tidak suka dengan hal-hal tersebut yang penting dia ingin
mengetahui apa kegiatan rohis itu sebenarnya dan kenapa sampai teman-temannya
tidak suka.
“Sudah lama menunggu Dek,” sapa seniornya
pagi itu.
“Belum juga Kak. Waaaww sungguh cantik
Kakak dengan jilbab itu,” puji Vinda.
“Biasa saja Dek, ayo kita berangkat
nanti telat.”
Vinda hanya mengikuti seniornya itu
dari tanpa berbicara apa-apa sedikitpun. Tidak berapa jauh dari saja mereka
sudah sudah sampai di ruangan kegiatan rohis itu. Mereka mengisi daftar hadir
peserta dan mengambil makanan kecil serta air minumnya. Setelah itu mereka
mengisi kursi bagian tengah ruangan dengan peserta lain. Tidak beberapa lama
duduk ruangan itu mulai penuh dan semua kursi sudah diisi. Ternyata pagi itu
ada pembicara atau pemateri dari Padang dengan tema yang akan disampaikan
adalah jilbab bukan hanya sebagai simbol agama.
Selama mendengarkan kegiatan itu Vinda
baru tahu dan sadar betapa pentingnya memakai jilbab itu. Dan betapa indah dan
mudahnya Islam itu dalam menjaga kesucian diri. Bahkan dia juga tahu dari
pembicaraan itu bahwa sangat penting menutup aurat ketimbang menjaga
kebersihan. Walaupun sama-sama penting namun jika sanggup menuntut aurat dan
menjaga kebersihan diri baik di luar maupun di dalam juga penting. Sejak
mengikuti kegiatan rohis itu semakin hari semakin berubah penampilan Vinda dan
tingkahnya sudah mulai menjauhi kontak langsung dengan laki-laki. Walaupun
teman-temannya yang biasa bergaul dan berbincang-bincang di kelas tidak suka
dengan penampilan Vinda itu. Namun dia tidak pernah mengambil pusing dan dia
bertekat di dalam dirinya untuk menjadi lebih baik lagi dan dapat membuktikan
kepada teman-temannya betapa pentingnya kegiatan rohis itu.
Kak Aura yang memperkenalkannya pada
kegiatan rohis selalu memberikan nasehat dan mengajarkan Vinda banyak hal. Hingga
hubungan mereka semakin hari semakin dekat dan seperti saudara saja. Dengan
bantuan Kak Aura yang tidak bosan mengajarkan dan membimbing Vinda dengan
berbagai macam ilmu dan yang lainnya. Bahkan sekarang Vinda sudah mulai akrab
dengan yang namanya jilbab dalam dan penampilannya begitu indah dan serasi
dengan jilbab itu. Sama halnya dengan Kak Aura yang terampil dalam mengunakan dan
mnghiasi jilbab itu.
Bahkan jilbab itu tidak pernah lepas
dari kepala Vinda kecuali ketika mandi dan tidur. Bahkan keluar rumah di depan
saja selalu mengunakan jilbab dan di dalam rumah sekalipun. Mengunakan jilbab
sudah menjadi kebutuhan sehari-harinya dan begitu juga menjaga kebersoihan
dirinya juga terawat. Bahkan teman-temannya yang dulu tidak suka dengan
kedekatan Vinda dengan Kak Aura, bahkan kegiatan rohis sekarang mereka
berduyung-duyung untuk mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan setiap kegiatan rohis
setiap minggunya selalu melimpah ruah ke luar. Ada juga yang rela duduk di luar
demi dapat mengikuti kegiatan itu dan ada juga yang rela tidak kebagian makanan
dan minuman demi mendapatkan ilmu dari kegiatan tersebut. Begitu besarnya
kemaupun mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal itu juga berkat kegigihan
Vinda yang menemukan cara yang lebih mudah untuk menarik setiap siswa agar
dapat mengikuti kegiatan tersebut.
“Terima kasih Vin,” ucap temanya.
“Tidak usah berterima kasih Ra,
sesungguhnya berterima kasihlah kepada Allah yang telah memberi petunjuk
kepadea kita,” dengan senyuman kecil yang menghiasi pipinya.
“Sebenarnya aku iri dengan jilbabmu
itu Vin, karena dengan jilbab itu kau kelihatan lebih semangat, bercahaya,
bahkan terlihat lebih cantik daripada kami,” ungkap Ira sahabatnya.
“Sebernarnya itu bagaimana kita
berkreasi dengan jilbab kita saja dan dulu aku sering diajarkan Kak Aura
bagaimana mengunakan serta menghiasi jilbab kita agar dipandang indah oleh
orang lain,” tutur Vinda.
Vinda bukan hanya terkanal dikalangan
sekolah saja, akan tetapi dia juga sering mengisi kegiatan ke sekolah-sekolah
lain. Itu tidak lain karena bimbingan Kak Aura yang selalu memberikan nasehat
kepadanya. Bahkan Vinda berhasil memenangkan lomba jilbab kreasi sendiri
se-Tanah Datar dan akan mengikuti lomba untuk tingkat propinsi nantinya.
Namanya menjadi dikenal oleh siapa saja dan juga berbagai koran meliput gadis
remaja itu dengan penampilannya yang menawan dan indah dengan jilbab kreasinya
itu. Hal yang tidak pernah disangka-sangka Vinda sebelumnya dan begitu besarnya
nikmat yang diberikan Allah kepadanya, hingga membuat namanya menjadi melambung
tinggi.
"Sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah."
0 komentar:
Posting Komentar