Kebiasaan hidup dikampung dengan bebas
kemana saja dan melakukan apa saja terhadap kendaraan kita tidak ada yang akan
marah. Khairul selalu menghabiskan waktu dengan motornya dan pergi entah
kemana. Ibunya sering mengingatkannya agar tidak jauh-jauh pergi, karena
motornya itu semua surat-suratnya sudah mati dan sudah beberapa tahun ini tidak
pernah diperpanjang lagi.
Khairul tidak pernah mempedulikan
semua itu, dia berpikir bahwa dikampungnya tidak pernah polisi mentilang dan
menraziai semua sepeda motor. Namanya kampung mana ada polisi yang berani
melakukan itu semau hatinya. Jika Khairul sepulang sekolah pergi keluyuran dan
membawa motor ugal-ugalan, “yang penting happy,” katanya.
Darah mudahnya saat ini sangat
bersemangat dan mencapai semangat berapi-api tingkat tinggi. Jangankan orang
tuanya orang lain saja tidak pernah bisa menasehatinya. Begitulah pekerjaannya
setiap hari yang selalu membuat Ibunya cemas jika terjadi kenapa-napa dengan
anaknya. Akan tetapi tidak dengan Khairul, dia tidak pernah menyayangi dirinya
seperti halnya orang tuanya.
Setelah dia capek dan lelah membawa
motor seharian dan tidak pernah mengulangi pelajaran di rumah. Dia hanya bisa
mintak uang sama orang tuanya dan jika habis dia mintak lagi. Begitulah seterusnya
hingga orang tuanya sering celoteh dan menasehatinya. Akan tetapi ‘masuk
telinga kanan keluar telinga kanan,’ begitulah pepatah orang Minang setelah
kemajuan zaman. Syukur- syukur jika masuk telinga kanan keluar telinga kira
masih bisa disaring walaupun hanya satu dua. Akan tetapi tidak pernah didengar
dan seperti tidak pernah mendapatkan nasehat dari oran tuanya. Pesan yang dia
dengar tidak pernah dia lakukan dan dengarkan seperti memantul saja
ditelinganya.
Dia pergi berkeliuran dengan salah
seorang teman sekolahnya. Walaupun bukan seorang wanita akan tetapi tujuan mereka
adalah mencari dan menggoda setiap wanita yang bisa menjadi incarannya dan jika
telah masuk dalam perangkapnya, maka wanita tersebut sudah dipastikan dia
dapatkan dengan mudah. Itu hanyalah semata-mata untuk kesenangan sesaat saja
tidak untuk hubungan serius. Telah berkali dan tidak bisa dihitung jari dia
memutuskan dan menganti dengan yang baru. Dia hanya berpikir jika tidak bisa
diputuskan secara baik-baik dia hanya mengambil jalan kasar tanpa mempedulikan
perasaan si wanita itu.
Beberapa kali dia pergi dan merasa
aman dalam perjalan, tidak pernah menemukan polisi yang razia dan menangkapnya.
Suatu hari dia mencoba berpergian dengan salah seorang temannya ke kota dan
ingin melihat gadis kota. Akan tetapi sayang sebelum tiba di kota, dia melewati
sebuah lampu merah yang sedang dijaga oleh seorang polisi. Dia kira tidak ada
polisi akan tetapi disebuah warung kecil polisi keluar dan meniup peluitnya.
Melihat Khairul yang melanggar lampu merah tanpa berhenti membuat polisi
mengambil keputusan.
“Ke tepi dan berhenti,” kata seorang
polisi.
“Iya Pak,” jawab Khairul yang menuruti
kemauan si polisi.
“Coba lihat STNK dan SIM,” sambil
berjalan ke arah Khairul.
“Maaf Pak, ketinggalan di rumah Pak,”
mencoba mencari alasan.
“Kalau begitu mana kunci motormu ?”
polisi tersebut mulai galak.
“Memangnya apa yang salah Pak ?”
jawabnya santai.
“Kamu tahu itu lampu merah dan kamu
telah melewati lampu merah tanpa menunggu lampu hijau dulu,” polisi mencoba
memberikan keterangan.
“Alah Pak, dikampung saya tidak pernah
ada lampu merah dan mengapa saya harus berhenti. Lagipula Pak polisi tidak
pernah mengajarkan kami tata tertip tentang lampu merah bahkan
mensosialisasikan tata tertip lampu merah tidak pernah apalagi di kampung. Ia
kan Pak ?” dengan wajah tak berdosa.
“Itu memang benar akan tetapi ....”
polisi mulai kebingungan.
“Kalau begini saja bagaimana Pak,
karena Bapak tidak pernah memberitahukan kami tentang itu serta
mensosialisakannya. Jika dirobah saja tentang lampu merah harus berhenti dan
diganti dengan jalan terus. Sedangkan lampu hijau berhenti dan lampu kuning
tetap hati-hati Pak. Bagaimana ?” mencoba menantang polisi.
“MNmmmm.....?....???????.....????...”
polisi merasa pusing tujuh keliling dan tidak sepatahkatapun keluar dari
bibirnya.
Sedang asyiknya polisi dipermainkan
Khairul, di sebuah lampu merah yang sedang berangsung ada sebuah sepeda yang
berhenti dengan motor lainnya.
“Hai anak kecil, apa kau lihat sepeda
yang dibawa anak kecil itu,” sambil menunjuk ke arah sepeda tersebut.
“Lihat, memang kanapa Pak,” dengan
celotehnya.
“Sepeda yang tidak bermesin saja
menaati peraturan dan kenapa motormu yang mempunyai mesin tidak menaati
peraturan lali lintas.”
“Kan sudah saya bilang tadi Pak,”
jawabnya singkat.
“Sekarang karena kamu baru tahulah
dari sini dan Bapak, bahwa lampu merah itu untuk memperlambat kamu dalam
berjalan akan tetapi patuhilah rambu-rambu lalu lintas untuk menjaga
keselamatan dalam mengendarai dan selamat juga sampai ditujuan,” mencoba
membuat paham Khairul.
“OK Pak, lain kali saya akan sperti
anak kecil tersebut,” jawabnya.
Tidak beberapa Khairul pergi dan
mendapatkan polisi yang baik hati dengan mengajarkannya materi tentang
rambu-rambu lalu lintas dan pulang kembali ke rumahnya. Dia tidak jadi mencari
dan melihat wanita cantik di kota.
0 komentar:
Posting Komentar