Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 19 Februari 2017

PETA HIDUP “KOTA WISATA”

Share

Gambar : Perpustakaan Bung Hatta.

Setiap orang disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari, sebelum matahari terbit pun mereka telah melakukan berbagai aktivitas mereka masing-masing. Ada yang mulai dari pagi yang belum banyak orang yang sanggup bangun karena dinginnya suasana pagi dan berakhir pada sore hari begitulah setiap hari yang mereka lakukan. Mereka rela melakukan itu semua tidak lain karena ingin mendapatkan sesuap nasi dan tetap bertahan hidup di dunia ini. Terkadang semua itu sering terlintas dalam pikiranku kalau aku seperti mereka yang bekerja dari pagi buta hingga terbenam matahari setiap hari maka aku akan diserang oleh virus stress. Aku sadar belakangan ini aku memang disibukkan dengan berbagai tugas kuliah dan ujian UAS (Ujian Akhir Semester) di semester V di tempat kuliahku.

Andaikan aku belajar dari pagi hingga malam datang setiap hari tanpa harus refresing itu akan membuat otakku semakin pusing dan stress. Aku melepaskan rasa capek, rasa lelah, dan rasa bosan dengan semua tugas dan ujian, aku berangkat ke Bukit Tinggi untuk jalan-jalan dan aku meminta sahabatku Vinda untuk menemaniku hari Jumat setelah selesai sholat Jumat. Akan tetapi Vinda hari ini ujian UAS tentang psikologi komunikasi pukul 10.00 WIB.
Dia hanya bisa menemaniku setelah sholat Jumat dan aku setelah bersiap-siap untuk berangkat ke Bukit Tinggi siang itu. Aku sholat Jumat di salah satu mesjid di Kubu Kerambiah yang baru pertama kali aku sholat Jumat disana. Berpindah-pindah dalam melakukan sholat yang belum pernah aku sholat disana adalah sebuah kegemaranku dari dulu hingga sekarang walaupun itu hanya kebetulan lewat dan aku tidak ingin terlewatkan sholat Jumatku hari ini.
Dalam perjalananku ke Bukit Tinggi aku harus berjuang keras melawan serangan hujan yang datang secara tiba-tiba dan turun dengan derasnya ke bumi. Aku tidak pernah lupa mempersiapkan semua hal dalam perjalanan termasuk soal hujan ini. Maka aku pasang mantelku yang telah aku persiapkan selalu di jok motorku.
Akhirnya sekirar pukul dua lewat aku telah berada di Kota Bukit Tinggi yang juga ditemani oleh seorang sabahatku Vinda setelah aku memenelponnya. Tapi, sayang hari ini Vinda kedatangan tamu dari seluruh Indonesia yaitu Ikatan Psikolog Seluruh Indonesia di kampusnya UNP Cabang Bukit Tinggi. Dia hanya bisa menemani sebentar saja. Sebelum kami memulai perjalanan Vinda memberikan dua pilihan yang harus aku pilih satu yang agar waktunya tidak lama diluar kampusnya. Dan dia juga termasuk ke dalam panitia pelaksana kegiatan itu dan sulit untuk keluar lama. Apalagi dibagian Humas yang perlu keterangan-keterangan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan  tersebut dan Dialah salah satunya didalam bagian tersebut.
Walaupun aku tidak begitu tahu kegiatan tersebut akan tetapi aku sudah maklumi hal tersebut karena aku juga pernah melakukan hal yang sama dengan Vinda walaupun berbeda kegiatan serta kesibukkan dan keletihan dalam mengangkat acara tersebut tidak bisa aku bayangkan itu semua. Jadi aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Perpustaan Proklamator Bung Hatta di Gulai Bancah, Bukit Tinggi. Karena aku berpikir jika tidak ke sana dulu kapan lagi aku akan bisa melihat berbagai buku-buku disana dan sekalian mengenal suasana baru. Walaupun aku tidak tahu dan baru pertama ke sana akan tetapi aku tidak pernah ragu untuk berjalan-jalan tempat baru tersebut. Karena aku memiliki peta hidup yang selalu memberikan pengarahan dan memberikan petunjuk jalan selama berjalan di Bukit Tinggi, kota ini sering juga dikenal sebagai Kota Wisata.
Waktu yang singkat dan perjalanan yang sedikit jauh maka setelah Vinda memberikan petunjuk tempat kepadaku walaupun aku melihat Dia sedikit sensitif  hari ini. Mungkin dia memiliki berbagai permasahalan yang tidak mau menceritakan serta tidak ingin kubantu. Aku yakin dan percaya dengan Vinda kalau Dia bisa mengatasinya sendiri, aku kenal dia bukan sehari ini saja, akan tetapi aku sudah kenal Dia sejak tiga tahun yang lalu. Banyak sedikitnya aku tahu sifat, tingkah laku, dan kharakternya walaupun tidak secara keseluruhan. Aku mengantarkan Vinda kembali ke kampusnya setelah dia memberitahukan tempat perpustakaan itu berada.
Saat memasuki pekarangan perpuskataan tersebut aku terkagum dengan keindahan alam yang indah serta rasa ingin tahu yang begitu dalam tentang suasana di dalam perpustakaan tersebut. Didepan gedung perpuskataan ini ada sebuah simbol terpasang mengenai perpustakaan ini, simbol itu adalah sebuah patung Pak Bung Hatta yang memberikan bukti tersirat bahwa itu adalah perpustakaan miliknya. Aku masuk dan langsung membuat kartu perpustakaan sebagai anggota disana. Hanya lebih kurang lima menit maka terdengarlah bunyi yang sedikit aneh yang dikeluarkan oleh mesin print tersebut dan memuntahkan sebuah kartu tanda anggota. Itu berarti kau telah resmi menjadi anggota Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukit Tinggi hari ini.
Berjalan ke satu rak ke rak lain membuat pikiranku terasa segar dan kagum dengan banyaknya buku yang di perpustakaan ini. Satu persatu kucoba membaca walaupun hanya membaca satu tema saja setiap buku yang membuat aku ingin tahu. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah tulisan yang tertulis di antara rak –rak buku tersebut yang tertulis, “Aku lebih suka dipenjara dengan berbagai buku-buku yang selalu bersamaku. (Bung Hatta)” kata-kata itu yang hanya ingat oleh ku walaupun kalimatnya bukan itu, dari kata-kata itu seolah-olah memberikan sebuah motivasi, memberikan semangat baru dalam diriku.
Belum puas dengan berbagai buku yang kulihat waktu pun membatasi aku dalam ruang tersebut dan harus ditutup karena sudah sore. Aku baru sadar ternyata jam telah jam 4 sore dan aku sholat di mushalla disana dan melihat-lihat keindahan alam sekitar yang begitu indah dan membuat mataku segar dan membuka cakrawala berpikirku.
Vinda juga telah selesai mengadakan acaranya dan aku memintanya untuk memperkenalkan toko-toko buku yang ada di Kota Wisata ini. Pertama Vinda mengajakku ke Toko Buku Sari Anggrek yang tidak jauh dari Lapangan Kantin. Lagi-lagi suasana dalam toko tersebut membuatku kagum karena ada bayak ribuan buku-buku didalamnya. Vinda mengajakku ke lantai dua yang kebetulan buku yang aku cari ada disana.
Setelah menelusuri berbagai buku-buku yang ada, Vinda menemukan satu buku novel Minang yaitu “Perjuangan Menuju Langit.” Dan juga dia menemukan buku novel karangan Irzen Hawer yaitu “Gerhana di Kota Serambi,” dan kami pun terus melihat-lihat semua buku-buku yang ada akhirnya ku menemukan Vinda melihat novel terbaru Irzen Hawer yaitu “Gadis Berbudi.”  Dia juga tertarik dengan novel tersebut karena novel ini lebih disukai bayak orang. Jadi sekian buku-buku yang terpilih tadi kuambil novel, “Gadis Berbudi” untuk aku bawa pulang.
Tidak tanggung-tanggung akhirnya ‘Sang Peta Hidup Kota Wisata’ pun memperkenalkan dua buah toko buku lagi di Aur Kuning yang satu toko buku Islam dan satu toko buku yang juga sama dengan toko buku yang tadi. Walaupun kami tidak sempat masuk ke dalam karena sudah sore dan toko-toko tersebut sudah tutup terlebih dahulu.
Sebelum berpamitan dan meminta terima kasih pada Vinda yang telah menemaniku dalam setengah hari ini ditengah-tengah kesibukan serta mau menemaniku walaupun hanya sebentar walaupun Dia sendiri kelihatan capek dan lelah dengan kegiatan dan ujian yang dihadapinya tadi. Akan tetapi dia tetap memperlihatkan kalau Dia tidak seperti yang aku bayangkan. Vinda juga meminjamkan beberapa novel kepadaku untuk mengisi waktu liburanku nanti diantaranya: “99 Cahaya di Langit Eropa,” “Fesbuk” dan “Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah.” Lumayan untuk mengisi waktu liburan dengan berbagai buku-buku bacaan dari Vinda.
Matahari pun telah pulang ke pangaduannya dan sedikit-sedikit kelihatan gelap dan aku sekali lagi berpamitan kepada “Sang Peta Hidup Kota Wisata” untuk pulang ke Batusangkar.

0 komentar:

Posting Komentar