Gambar : Pohon Ceri. |
Dunia yang sudah tua ini umurnya tidak
akan lama lagi, apalagi tanda-tanda ketuaannya sudah banyak terlihat. Baik
secara tidak jelas maupun secara jelas dan begitu terkesan. Namun, hanya
sebagian orang yang mengadari hal-hal tersebut. Mengapa tidak semua
kejadian-kejadian kecil mengenai hari berakhirnya dunia ini sudah semua
terlihat, seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Quran bahkan hadist-hadist
nabi sekalipun. Jika kita cermati hal terasebut satu demi satu sudah berapa lama
dunia ini ada sejak sebelum manusia menjadi penghuni dunia ini. Sudah berapakah
umur bumi yang telah ribuan tahun bahkan ratusan tahun ini yang kita pijaki
setiap hari ini tercipta. Sudah sepantasnya kita untuk merenungi semua itu,
bahkan manusia diberikan kelebihan oleh Allah Swt dari makluk-makluk lain yaitu
akal. Akal sebagai pemikiran untuk memahami dan mencermati setiap
kejadian-kejadian yang telah diperlihat-Nya kepada kita. Mengapa kita berpikir
seperti itu, bahkan kita hanya sibuk memikirkan setiap permasalahan-permasalahan
yang datang secara bertubi-tubi.
Jika tidak ada permasalahan, maka
dunia ini tidak akan ada. Sama halnya Allah menciptakan tempat yang indah yang
disebut dengan sorga dan satu tempat yang buruk yang disebut dengan negara.
Maka, begitu juga kehidupan di dunia ini ada orang yang jahat dan ada juga
orang yang baik. Kehidupan kita ini sudah dalam skenarionya Allah Swt, ibarat
sebuah perfilman yang disana ada tokoh protagonis atau tokoh baik dan juga
tokoh antagonis atau tokoh jahat (penentang tokoh baik). Setiap manusia sudah
ada peran-perannya masing-masing, maka dia hanya menjalankan setiap peran yang
diberikan. Bahkan setiap kejadian-kejadian yang akan terjadi pun Dia sudah
dalam skenarionya. Namun, jangan heran juga terkadang skenario yang dijalankan
itu dapat berganti peran. Sebagaimana Allah telah menyatakan bahwa hanya takdir
yang tidak bisa dirobah, namun nasip seorang hamba atau anak Adam sekalipun
dapat dirobah.
Itu berarti bahwa setiap peran yang
dijalankan akan tergantung dengan kepribadian masing-masing tokohnya. Jika
seorang tokoh berlaku baik dan mampu membenahi dirinya menjadi lebih baik lagi
atau berguna bagi orang banyak. Itu berarti peran yang dia jalankan yaitu
menjadi orang baik. Namun sebaliknya, jika seseorang tidak mampu untuk diatur
oleh orang dan bertindak sesuka hati saja. Maka sudah jelas peran orang itu
sebagai orang jahat di atas dunia ini.
Dalam contoh kecilnya saja dalam
sebuah keluarga, disana ada Ibu dan anak-anaknya beberapa orang, namun Ayahnya
sudah lama meninggal dunia. Suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara
seorang Ibu dan anak-anaknya. Namun, kata si Ibu dia yang benar dan anaknya
yang salah dan tidak tahu balas budi. Namun disisi lain, sang anak benar dan si
Ibu mengikuti suami barunya itu. Padahal baru beberapa bulan dia kenal,
sedangkan sudah puluhan tahun dia hidup dengan anak-anaknya. Disanalah terlihat
peran yang antagonis dan protagonis itu terlihat, apalagi sifat dan tingkah
laku anak-anaknya memiliki kepribadian yang berbeda-beda juga seperti ada yang
kasar dan keras, ada mudah tersinggung, ada juga yang baik, bahkan ada juga
yang tidak mau diatur dan suka dengan apa yang dia inginkan.
Bahkan bukan hanya itu, setiap orang
yang terlahir akan mengalami perkembangan seperti bayi, anak-anak, remaja,
dewasa dan tua. Setelah tua mereka akan kembali kepada sifat kekanak-kanakan
jika hal-hal yang positif tidak bisa dipertahankan dalam dirinya dan hanya
menganggap diri yang sudah lama hidup sudah banyak tahu daripada orang lain.
Bahkan sikap ego dan tidak mau mengalah kepada orang lain itu di kedepankan. Seperti
itulah sifat Ibunya kepada anak-anaknya, padahal sebelumnya anak-anak mereka
setuju Ibu menikah lagi. Namun, ketika peran seorang Ibu tidak dapat
dipertahankan lagi dan hanya menganggap setiap tindakan yang dilakukan suaminya
adalah baik serta anak-anaknya dianggap salah.
Hanya gara-gara sang Ayah tiri yang
tidak banyak bicara dan lebih banyak diam. Itulah awal dari permasalahan
tersebut, sang Ibu tidak merasa dihargai di rumahnya sendiri dan merasa
pemberiannya itu tidak ada. Namun, setiap hari ketika sampai di rumah dan terus
saja itu yang dikatakannya pada dirinya sendiri. Padahal si Ibu tahu kalau dia
yang sedang berbicara sendiri itu dapat langsung didengar oleh anaknya. Sang
anak yang terus menerus diperlakukan seperti itu merasa bahwa kesabarannya
sudah memuncak dan sudah meluap-luap, karena sudah setiap hari itu yang
dibicarakannya. Bahkan orang-orang yang lewat tahu akan kejadian tersebut dan
bahwa si anak lah yang salah. Sang anak yang merasa diperlakukan tidak sesuai
dengan yang sebenarnya merasa marah bahkan anak laki-lakinya ikut memarahi sang
Ibu karena tingkahnya tersebut.
Setiap hari berganti minggu, itu-itu
saja yang menjadi topik permasalahan yang disampaikan sang Ibu. Anak
laki-lakinya itu sampai memukul dinding triplek hingga retak. Bahkan sang Ibu
menuding bahwa semua anak-anaknya merasa sudah tidak menghargainya dan sampai
kamarnya yang biasa di kunci, terlihat sudah rusak entah kenapa. Bahkan sang Ibu
menuduh bahwa semua yang dilakukannya tidak dihargai bahkan di rumahnya
sendiri. Maka pada suatu ketika anak sulungnya mendengarkan setiap permasalahan
dari masing-masing pihak. Awalnya dari pihak saudara perempuannya mengatakan
setiap permasalahan dari awal hingga menjadi memanas seperti itu dan
keikutsertaannya kakak laki-lakinya. Karena anak sulungnya itu memang jarang di
rumah dan tinggal jauh dari rumah bahkan di daerah orang lain. Setelah
mendapatkan informasi dari sang kakak, maka datanglah sang anak sulung kepada
pihak Ibu menanyakan kejadian dari awal hingga akhir.
Maka dari itu diambil kesimpulan dari
kedua belah pihak bersitegang mempertahankan egonya masing-masing dan
mengannggap merekalah yang benar. Maka sang anak sulung mencoba mempertemukan
kedua belah pihak, namun ego masing-masing pihak masih terlihat dan tidak ingin
akur atau berdamai. Maka di ambillah tiga buah anak pohon cery yang sudah
dipotkan oleh sang anak sulung. Ketiga anak pohon cery itu kira-kira tingginya
sudah lima CM. Sang anak mencoba memberikan pohon itu kepada sang Ibu dan agar
anak pohon cery itu ditajam di mushallanya dan begitu juga dengan sang kakak
perempuan untuk ditanami didepan rumah. Dan satunya ditajam di tempat tinggal
si anak sulung, sebenarnya ketiga anak pohon cery itu adalah sebagai pohon
kesejahteraan yang akan tumbuh seperti ketiga anak pohon cery itu besar dan
memberikan kesejukkan dan rasa nyaman dibawahnya. Bahkan buahnya dapat
memberikan kelegahan dari rasa haus.
Hari berganti minggu, dan minggu
berganti bulan, bahkan tahun. Namun hanya satu pohon kesejahteraan itu yang
mampu hidup sampai sekarang yaitu anak pohon cery yang ditanam sang kakak
perempuan didepan rumah. Namun dua anak pohon sesejahteraan itu mati entah
kanapa, namun seiring berkembangnya sang anak pohon cery hingga besar dan juga
bergantinya waktu. Ternyata benar satu pohon kesejahteraan telah berhasil
mendamaikan keluarga kecil itu hingga menjadi saling membutuhkan dan saling
membantu satu sama lain.
Rasa kasih sayang itu tumbuh dan seiring
dengan semakin besarnya pohon kesejahteraan itu. Semoga pohon kesejahteraan itu
akan semakin tumbuh besar sampai beranak pinak disana. Dan juga kesejahteraan
keluarga kecil ini akan tetap utuh hingga dunia yang tua ini benar-benar tidak
mampu lagi bertahan dan Allah Swt mempertemukan kita di tempat yang
sebaik-baiknya nanti di akhirat kelak tanpa terkecuali seorangpun.
0 komentar:
Posting Komentar