Tanggal 23 nanti aku akan pergi Kuliah
Kerja Nyata (KKN) ke Pesisir selatan di Nagari Kampung Baru, Kec. Terusan,
Kabupaten Pesisir Selatan. Itu adalah hal yang paling aku sukai dan aku
inginkan sebelum penguman tersebut keluar. Karena aku merasa bosan berada terus
di Tanah Datar dan tidak pernah keluar dari Luhak Nan Tua ini. Ternyata Allah
mengabulkan doaku dan aku ditempatkan di luar Tanah Datar. Alhamdulillah
juga aku mendapatkan teman-teman yang baik dan mengangkatku menjadi ketua
kelompok 6.
Entah kenapa aku dari dulu tidak
pernah menolak setiap amanah yang diberikan kepadaku, akan tetapi aku tidak
pernah meminta amanah itu kepada orang lain. Karena aku yang dipercaya selaku
pemengang amanah itu, insyaallah amanah itu akan aku jaga. Sebetulnya
ada yang lebih layak menjadi ketua daripadaku akan tetapi mereka percayakan itu
semua kepadaku. Aku hanya berpesan kepada mereka.
“Kalau memang teman-teman semua memilih
aku sebagai ketua kelompok, maka aku tidak akan bisa melakukan semua tanpa ada
bentuan dan kerja sama dari kita semua,” ucapku kepada anggotaku.
Setelah pertemuan kami dengan
pembimbing DPL di gedung L dengan Pak Zihnil Afif, M. Kom. Beliau dipanggil
dengan sebutan Pak “Izi.” Beliau sangat baik dan sangat cocok menjadi dosen DPL
kami. Kami mendapatkan tiga kelompok di Kecamatan Terusan tersebut yaitu
kelompok 5, 6, dan 7. Semuanya berjumlah 30 orang dan setiap kelompok ada tiga
orang laki-laki. Dari kelompok 5 Hendri Gunawan menjadi ketuanya, sedangkan
dari kelompok 6 adalah aku sendiri, serta kelompok 7 Boywan Habibi Syarif.
Setiap kelompok akan mengutus dua
orang perwakilan untuk survei langsung ke tempat. Hari kamis pagi kami akan
berangkat ke Pesisir Selatan bersama-sama. Malam rabu aku tidak bisa tidur
hingga pukul tiga ditemani oleh adikku dari asrama. Entah kenapa aku paginya
telat bangun karena bergadang semalam itu. Aku mengisi waktu malam itu dengan
mengajarkan adikku belajar menge-edit foto. Alhamdulillah hanya sebentar aku
ajarkan dia sudah bisa sendiri.
Akhirnya aku kesiangan bangunnya, padahal
aku telah ditelpon Pak Izi untuk dapat berkumpul jam tujuh dan setengah tujuh
telah berada di kampus. Akhirnya aku melakukan persiapan ke pesisir selatan
pagi itu dengan cepat. Bahkan membawa motor ke kampus dengan kecepatan penuh.
Tempat pukul tujuh aku sampai di kampus dengan selamat dan aku langsung ke
tempat teman-temanku yang lebih awal datang. Merek telah lengkap disana hanya
tinggal ak saja yang belum datang. Setelah lama menunggu Pak Izi, dari pinggir
jalan berhenti sebuah mobil silver dan ternyata benar Pak Izi dan Bang Alex
disana. Kami berangkat sekitar pukul setengah delapan menuju ke Pesisir selatan
melalui jalan solok.
Ternyata dalam mobil kami harus rela
berdesakan, karena ada dari kelompok 5 dan 7 mengutus tiga orang per kelompok.
Alhasil kami jadi harus menerima tempat yang lebih sempit jadinya. Keadaan yang
serba membuat kami merasa tidak nyaman tersebut kami jalani dengan hati yang
lapang dan ikhlas. Aku yang kurang tidur semalam menghabiskan waktuku dengan
dengan tidur saja selama dalam perjalanan. Tanpa terasa waktu berlalu ternyata
aku baru sadar bahwa kami terada di Sumani, Solok. Disana kami berhenti untuk
istirahat sejenak dan setelah itu perjalan kami lanjutkan kembali. Sepanjang
perjalanan Pak Izi memberikan berbagai ilmu yang lebih kepada kami dan tidak
henti-henti aku bersyukur bertemu dengan dosen yang luar biasa.
Setelah lama menempuh perjalanan kami
istirahat kembali sejanak di Panorama Paninjauan. Disana semuanya terlihat
jelas pemandangan indah dan terbuka ke tepian lautan Padang. Aku merasakan hal
yang sangat luar biasa dari mataku dengan keindahan yang alami. Hanya lima
menit kami disana dan menutup istirahat kami dengan foto bersama. Kamipun
melanjutkan perjalanan kami ke Pesisir Selatan.
Kami berhenti dipersimpangan Pelabuhan
Bungus untuk membeli nasi. Semuanya ada sepuluh orang termasuk Pak Izi dan dan
Bang Alex. Aku berjalan dengan Widuri bendahara dadakan dan sekaligus
sekretarisku di kelompok 6. Kami memesan sepuluh bungkus nasi bungkus dengan
berbagai macam sambalnya diantara: dendeng, ikan gulai, ikan bakar, dan yang
lainnya.
Kami makan bersama dipinggir jalan
sebelum sampai di kantor wali. Sebelumnya Pak Izi sudah menelpon Pak Wali dan
juga Pak Jorong sebelum kesana. Walaupun kami sempat dihadang oleh polisi dua kali
dalam razia. Alhamdulillah berkat Pak Izi kami lolos dan perjalanan kami
berjalan lancar sampai tujuan.
Sekitar pukul satu kami telah berada
di kantor wali, semua jajaran wali dan jorong telah ada disana. Semua menyambut
kami dengan sangat hangat disana dan respon yang positif. Sekitar satu jam
lebih kami diarahkan dan mendapatkan informasi dari Pak Wakil Wali dan Pak
Jorong. Sekitar jam satu lewat kami telah selesai diskusi membahas tujuan,
tempat tinggal nantinya, berapa harinya, serta situasi daerah disana sepintas
lalu. Sebelum kami sempat singgah terlebih dahulu di tempat salah satu warung
yang terdekat dari kantor wali.
Kami semuanya berkunjug dan
bertanya-tanya kepada salah seorang pemuda dan salah satu perempuan penjaga
warung. Kami bertanya tentang situasi dan kondisi daerah disana. Interaksi yang
terbatas dan waktu yang juga terbatas, akhirnya kami selesaikan mendengar
teriakkan dari Pak Izi dari depan kantor wali.
“Anak-anak Bapak pulang dulu,
lanjutkan observasinya,” sambil tersenyum melihat kami.
“Iya Pak, hati-hati ya Pak,” sambil
membalas senyumana dan lelucon tersebut.
Akhirnya kami berpamitan dengan semua
tamu yang hadir di kantor wali dan penduduk yang kami kunjungi tersebut.
“O..iya Pak, sebelum jam enam bisa
sampai ke Batusangkar nggak Pak,” sambil berjalan mendekati Pak Izi.
“Emangnya ada apa Van.”
“Begini Pak, setelah ini ada keperluan
dengan kakak ke Payakumbuh Pak.”
“Ok, Bapak usahankan ya Van.”
“Iya Pak, terima kasih Pak.”
Kami yang awalnya berniat akan bermain
dulu ke tempat-tempat wisata jadi tidak jadi karena Pak Izi harus mengejer
waktu dan kami berjalan menuju Batusangkar kembali. Aku sangat setuju dengan
pmikiran Pak Izi tersebut, bahwa sesaui dengan pemikiran Rasulullah Saw yaitu
“Cepat sifatnya Nabi, sedangkan buru-buru sifatnya setan.”
Alhamdulillah berkat keahlian dan ketepatan waktu yang yang
dicapai Pak Izi, kami sampai di Batusangkar pukul 6.20. Walaupun sedikit telat
dari perkiraan yang disetujui yaitu pukul enam dan aku masih sempat ke Payakumbuh.
Setelah berpamitan dengan Pak Izi dan yang lainnya untuk berpamitan pulang.
Akhirnya aku mencoba mengejar waktu yang sedang berlalu ke Sungayang yang
sedang ditunggu Kak Mursal.
Motor aku parkir motor di kantor PLN
Sungayang, tanpa istirahat kamipun meluncur melintasi gelapnya malam. Kak Mursal
yang paham benar dengan situasi dan kondisi yang aku yang belum makan dari
siang tadi. Makanya Kak Mursal menyuruhku untuk membeli gorengan di Tabek
Patah. Akhirnya kami sampai di Payakumbuh sekitar jam 7.30 di Payakumbuh dan
kami langsung ke pencetakan sablon kostum Kak Mursal dan nomor yang dipesannya
sudah ada dan langsung dipesannya yaitu nomor punggung 13. Nomor punggung
kesukaannya sejak dulu dan juga dia entah kenapa suka dengan nomor tersebut
sejak dulu. Walaupun orang lain lain menganggat itu adalah nomor sial, akan
tetapi tidak berlaku pada Kak Mursal. Akan tetapi sebaliknya yang terjadi pada
dia, sejak kami bermain futrsal bersama Kak Mursal menjadi momok yang
menakutkan bagi lawan-lawannya. Dia sering menyulitkan lawan dalam mencari
kemenangan dan juga dia selalu on fire dalam bermain.
Goal yang kami ciptakan sering berawal dari tendangan
dari kakinya yang mematikan dan juga menbobol gawang lawan. Entah kenapa saat
aku bermain futsal malam ini. Aku sudah tidak konsentrasi terhadap permainanku
yang lama, entah karena aku belum lapar dan juga keletihan dalam perjalanan
jauh. Aku juga tidak tahu mengenai itu semua yang pasti permainanku malam ini
sangat tidak memuaskan. Aku sering mendapatkan serangan dingin dari lawan.
Beberapa kali dada dan perutku terkena siku lawan. Apakah itu disengaja atau
tidak aku juga tidak tahu.
Rasa emosiku naik ingin membalas itu
semua, termasuk dengan Kak Mursal yang juga mendapatkan hal yang sama denganku
kali ini. Permainan keras terjadi dilapangan itu dengan emosi tingkat tinggi.
Walaupun aku juga sudah pernah melakukan permaianan yang beremosional tinggi di
Batusangkar. Permainan berakhir dengan seri dan kami meminta izin kepada semua
dan Kak Irwan untuk kembali ke Batusangkar.
0 komentar:
Posting Komentar