Gambar : Si Kaki Jentik. |
Disebuah keluarga kecil yang hidup
sederhana dan jauh dari berkecukupan. Akan tetapi mereka tidak pernah mereasa
kekurangan dan merasa kelaparan sama sekali. Mereka yakin dan percaya bahwa
jika mereka berusaha maka mereka akan mendapatkan rezeki mereka. Walaupun
seorang Ibu harus mencari ke daerah manapun dan tempat manapun. Seorang Ibu
tidak pernah menyerah dan berhenti begitu saja untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya. Pada suatu malam sang Ibu mencari makanan dan apa yang bisa dimakan.
“Nak, Ibu pergi keluar sebentar ya ?”
sambil berjalan keluar.
“Ya Bu, hati-hati Bu,” jawab anaknya
sambil bermain dengan saudara.
Ibunya sengaja tidak memberitahukan
kepada anak-anak mereka kalau mereka akan mencari makanan keluar. Dia takut
nanti anak-anak mereka juga ikut dan merasa cemas akan terjadi sesuatu yang
berbahaya akan mereka. Maka dari itu dia memutuskan pergi seorang diri dan
tidak tahu arahnya.
Dalam kegelapan malam berjalan seorang
diri tanpa rasa takut dan kwatir dengan musuh-musuhnya. Menembus kegelapan
malam dan rasa dingin yang merasuki tulang.
Demi kedua anak-anaknya dia rela menghadapi semua itu dan hanya berpikir
bahwa dia akan membawa makanan nantinya untuk anak-anak mereka.
Suatu keganjilan dan rasa cemas yang
tinggi pun datang dan ada juga rasa penasaran yang mendalam. Didepan sebuah
bangunan yang megah maka dia berdiri dan merasa didalam bangunan tersebut akan
mendapatkan apa yang dia cari. Dia pun terus berpikir dan mencari cara untuk
masuk ke dalam bengunan tersebut.
“Aku yakin bahwa didalam sana ada
makanan dan pasti ada pintu masuk ke dalam bangunan besar ini,” pikir dia.
Setelah lama mencari jalan masuk
mencari kesana kemari, akhirnya dia menemukan jalan masuk lewat ventilasi
bangunan tersebut. Melihat sekeliling dari isi bangunan tersebut, dia terpesona
dengan keindahan cahaya lampu yang indah. Padahal dia tidak melihat makanan
didalam sana, akan tetapi keindahan dan rasa kagum dengan matahari yang indah
itu.
Maka masuklah dia kedalam bangunan
besar tersebut. Setelah lama menikmati keindahan cahaya tersebut. Baru dia
ingat akan tujuannya datang ke sini dan dengan buru-buru dia mencoba mencari
jalan keluar. Akan tetapi sayang, dia merasa kelelahan karena belum makan
apa-apa dari siang tadi. Bahkan dia tidak sanggup mengipaskan kedua sayapnya
dan mengayunkan kedua kaki panjangnya itu. Rasa penyesalan yang dia renungi
saat sekarang ini dan mereka dia putus asa. Karena tidak berdaya dan tidak
menemukan makanan untuk kedua anaknya.
“Ya. . .Allah, hamba saat ini tidak
berdaya dan tidak mampu memberikan makanan kepada kedua anak saya. Jagalah
mereka dan biarkan aku hidup dan bisa mencari jalan keluar dari sini ya Allah,”
doa sang Ibu.
Seekor cecak yang sedang berdiri dan
memperhatikannya dari tadi merasa kasihan. Lantas dia pun bertanya kepada Si
kaki Jentik tersebut;
“Apa yang kau tangisi hay..Si Kaki
Jentik ?” tanya sang Cecak.
“O...kau Cecak, begini saya tadi tidak
sengaja masuk ke dalam bangunan ini dan sekarang terperangkap tidak berdaya,”
jawab Si Kaki Jentik.
“Aku sangat kasihan melihat kau dalam
keadaan lemas tidak berdaya saat ini. Kuharap kau bisa keluar dari tempat ini
dalam keadaan selamat,” sambil melihat Si Kaki Jentik tidak berdaya didepannya.
“Terima kasih atas perhatianmu padaku,
kuharap demikian. Aku harus memulihkan tenagaku untuk besok agar bisa berjalan
kembali dan terbang seperti biasa,” sambil berbaring di ujung sebuah benda
panjang.
“Ya sama-sama Si Kaki Jentik. Aku juga
haru mencari makan malamku.”
“Semoga beruntung saja,” jawabnya
singkat.
Setelah dialog mereka selesai dan sang
Cecak pun pergi meninggalkan Si Kali Jentik untuk mencari tempat yang ada
makanan. Sedangkan karena kelelahan Si Kaki Jentik istirahat dan tidak lama
setelah itu dia pun tertidur pulas. Di rumah kedua anak-anak mereka kwatir
Ibunya tidak kembali dan merasa kalau telah terjadi sesuatu yang mengerikan
dengan Ibu mereka.
“Hay Saudaraku, kenapa Ibu belum
pulang juga ya ?” tanya anak tertua.
“Iya ya padahal hari sudah larut
malam.”
“Apakah Ibu dalam bahaya atau . . . .
.”
“Jangan bicara yang tidak-tidak
tentang Ibu, lebih baik kita berdoa kalau Ibu sehat-sehat saja dan selamat,”
selanya sambil memotong pembicaraan kakaknya.
“Maaf tapi usulanmu hebat juga,”
jawabnya.
“Mari kita berdoa bersama,” pimpim
sang Adik.
Setelah mereka berdoa panjang lebar
dan tanpa mereka sadari hingga mereka selesai dan tetesan air mata mereka telah
keluar dan tidak terbendung lagi. Mereka berdua hanya berharap dan berdoa demi
keselamatan Ibu mereka. Mereka akhirnya tertidur karena telah berat mata mereka
menunggu Ibunya. Kedua anak-anak Si Kaki Jentik inipun tidak sadarkan diri dan
telah tergeletak diatas kasur.
***
Suatu pagi yang indah Si Kaki Jentik
terbangun dan mendengar ada seorang pemilik bangunan tersebut sedang
membersihkan bangunan tersebut. Dia berusaha menghindar dan lari akan tetapi
badannya masih kurang kuat dan masih lemah. Dia berusaha sekuat tenaga akan
tetapi sang pemilik rumah berusaha mencarikan jalan keluar kepada Si Kaki
Jentik. Sang pemilik rumahpun membiarkan Si Kaki Jentik pergi dan bisa pulang
kembali.
Dalam hati Si kaki Jentik berterima
kasih kepada sang pemilik rumah dan berjalan menelusuri jalanan pagi. Dia pun
melihat beberapa ekor Burung Merpati sedang bertengger santai di atas Pohon
Kelapa. Dengan semangat yang ada dia pun mencoba seperti burung tersebut.
Alhasil dia pun berhasil mengepakan kedua sayapnya dan langsung menemui kedua
anaknya di rumahnya.
“Ibu pulang,” teriak kedua anak
mereka.
“Bagaimana kabar kalian anak-anakku ?”
jawab sang Ibu.
“Alhamdulillah baik Buk,”
sambil brepelukan.
“Syukurlah Nak.”
“Ibu kemana saja, kok dari semalam
tidak pulang ?”
“Ibu tersesat di jalan dan baru
paginya menemukan jalan pulang.”
Mereka pun merasa bahagia kembali dan
tidak terjadi apa-apa dengan mereka hingga ahkirnya mereka mencari makanan
bersama.
0 komentar:
Posting Komentar