Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 05 Agustus 2016

KOTA SIBUK Part 1

Share

Foto : Team Futsal Limbago FC, Payakumbuh.


Aku dan Kak Mursal berencana akan ke Payakumbuh untuk bermain-main, karena kami sudah lama tidak ke tempat Kak Irwan. Aku masih ingat terakhir kali aku kesana waktu acara pernikahan Kak Irwan sekitar lima bulan yang masih tahun 2013. Sekarang sudah tahun 2014 belum ada aku ke tempat Kak Irwan di Labua Silang, Payakumbuh Barat. Rencana Kak Mursal sambil berkunjung juga bermain futsal disana, sambil cari pengalaman baru juga sambil cari teman-teman baru.

Kami berencana akan pergi pukul tujuh setelah sholat magrib, sebelum itu aku meyempatkan diri untuk bermain futsal di Lapangan Bungo Setangkai, Sungayang. Kebetulan aku juga cepat pulang kuliah hari ini, aku langsung saja pergi ke lapangan. Ternyata benar dugaanku disana telah benyak yang datang. Walaupun aku sempat dibuat ragu untuk datang kesana karena langit terlihat hitam seakan-akan akan turun. Ternyata itu hanyalah sebuah ancaman agar aku tidak datang ke lapangan sore ini.
Aku tidak peduli dengan hujan atau apa, yang penting aku akan bermain futsal sore ini. Kebiasaanku ini tidak pernah hilang setiap kali melihat bola seperti tidak bisa ditahan lagi untuk tidak bermain bola. Setiap kali melihat bola kakiku terasa gatal untuk berlari dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Walaupun aku tahu aku akan bermain juga nanti malam di tempat Kakakku.
***
Sekitar pukul tujuh aku dan Kak Mursal berangkat dengan motor ke Payakumbuh. Setelah berpamitan dengan Kak Yeni kami menelusuri kegelapan malam dan dinginnya udara malam. Walaupun terasa dingin akan tetapi semangat Kak Mursal tidak terlihat dingin malahan berapi-api. Aku yang duduk dari tadi dibelakangnya seperti merasakan panasnya suhu badannya. Kak Mursal selalu saja begitu, setiap apapun yang berhubungan dengan bola dia selalu ingin ikut tanpa terkecuali.
Dengan sedikit bercerita dengan Kak Mursal diatas motor jadi perjalanan kami tidak terasa sudah sampai satu jam telah berada di Kota Payakumbuh. Dari informasi yang aku dengar bahwa kota ini diberi julukan dengan Kota Biru karena memiliki wisata yang banyak dan alamnya yang indah. Akan tetapi ada juga orang menyebutnya Kota Budaya dan Kota Wisata,  mencakup keduanya. Aku juga tidak terlalu tahu detil tentang kota yang sibuknya ini atau kota yang hidup ini.
Setiap mobil lalu lalang dan sulit untuk menerobos jalanan yang sedikit macat. Sepertinya kota ini tidak pernah tidur walaupun telah larut malam masih banyak saja mobil yang lalu lalang disepanjang jalan. Mereka datang dari berbagai kota dan melintasi kota ini, disamping itu terlihat bedanya dengan kotaku di Batusangkar. Dari tahun ke tahun tidak pernah berubah dan yang aku lihat hanya itu, itu saja. Lain dengan kota ini, selain jalanan yang penuh dengan mobil-mobil besar dan padat. Disepanjang jalanan terlihat ruko yang berjajaran dengan bermacam-macam yang dijual disini seperti : baju, rumah makan, cafe, dan masih banyak yang lain lagi.
Walaupun sudah tengah malam masih saja buka, hanya beberapa saja yang tertutup. Kami berhenti disalah satu toko baju disana menjual bermacam-macam baju bola dan aksesoris yang berhubungan dengan bola juga ada disini. Kak Mursal membelikan satu pasang baju MU untuk anaknya Nesta dengan nama dipunggungnya Van Persi nomor 20. Tidak beberapa lama kami disana, tiba-tiba saja Kak Irwan datang dan aku langsung bersalaman dengannya. Karena jam belum pukul sembilan jadi kami masih santai-santai dahulu ditempat ini.
Berselang beberapa menit melihat-lihat busana bola disini kami pergi ke lapangan futsal di Koto Nan Ampek. Setelah Kak Mursal memarkir motornya, kami berjalan ke dalam lapangan. Sungguh sangat berbeda dengan lapangan futsal di Batusangkar tempat aku biasa bermain di STIE Pagaruyung Duo. Lapangan disini ada dua gus langsung lapangan bersebelahan dengan dilengkapi cafe diatasnya disertai TV. Sungguh mewah lapangan ini dan terlihat banyak pemain yang akan menunggunakan lapangan ini. Selain laki-laki yang akan bermain futsal disini juga ada kalangan perempuan yang datang sambil menikmati minuman di cafe ini juga lihat permainan futsal.
Aku melihat  sekeliling ruangan dipenuhi dengan poster bola para bintang lapangan hijau, seperti : Cristian Ronaldo, Lionel Messi, Steven Gerrard, dan lain-lain. Poster ini dipasang besar-besar disepanjang dinding atas ruangan. Saat kami berjalan ke dalam dan duduk di cafe tersebut, aku sengaja duduk di dekat lapangan agar bisa melihat beberapa pertandingan yang sedang berjalan. Ternyata dua orang teman Kak irwan sudah berada disana, aku dan Kak Mursal berkenalan satu per satu dengannya.
Setengah jam menunggu baru beberapa orang dari teman-teman Kak Irwan berdantangan. Terlihat ada sekitar sembilan orang pemain yang akan diturunkan malam ini, sedangkan dari kubu lawan sudah ada beberapa orang yang terlihat dipojok kiri ruangan. Ternyata sistem pemberhentian antara satu pemakai lapangan dengan pemakai lapangan lain adalah bunyi peluit dan tidak sistem waktu yang digunakan di Batusangkar. Mungkin karena lapangan disini banyak jadi semua orang berlomba-lomba memberikan fasilitas yang berbeda dan mewah untuk memikat para pengguna lapangan futsal. Selain itu jika bermain disini setelah satu tim main dan tidak ada tim lain yang akan main. Maka peluit itu tidak akan berbunyi-bunyi sampai para pemain itu kelelahan dan capek.
Akhirnya sekitar pukul sepuluh kami memulai pertandingan, aku tidak menjadi pemain utama dengan Kak Mursal. Karena kami hanyalah pemain cateran yang didatangkan dari Batusangkar. Terlihat perlawanan sengit kedua tim di dalam lapangan, Kak Irwan bermain lebih awal sebagai beck. Tim lawan berhasil memasukan dua gol ke gawang kami, terlihat tim kami merasa semakin semangat untuk membalas dua gol tersebut. Akan tetapi Kak Irwan mintak digantikan oleh Kak Mursal, hanya butuh beberapa menit dua gol telah bersarang di gawang lawan. Score menjadi 2-2 dan dari situ menjadi naik terus sampai 4-2 kemenangan dari pihak kami.
Ternyata Kak Mursal tidak salah didatangkan dari Batusangkar dengan segudang prestasi dan berlimpah pengalaman bermain. Kakiku terasa gatal-gatal ingin bermain dan akhirnya tiba giliranku, aku masuk ke lapangan. Aku merasa grogi kerana baru pertama kali bermain disini, grogiku terlihat saat bola pertamaku salah pengertian memberikan bola kepada pihak lawan dan hampir membuahkan hasil ke gawang kami. Setelah itu tanpa terasa waktu berjalan dan telah berganti-banti pemain keluar masuk, akhirnya aku, Kak Mursal, dan Kak Irwan berada dalam lapangan tersebut. Padahal sebelumnya kami tidak pernah satu dalam bermain, maksudnya jika aku bermain Kak Mursal cadangan dan jika aku berhenti Kak Irwan bermain.
Sekarang aku merasa tiga saudara dalam satu tim akan menghasilkan gaya permainan yang lebih baik. Mengingatkan aku saat masa kecil dulu yang bermain di sawah bermain dengan lawan dari berbagai desa. Walaupun aku hanya berumur seumur jangung dalam bermain sepak bola akan tetapi perminan kami terasa kompok dan sempat merasa iri bagi lawan-lawan kami. Aku juga tahu bahwa Kak Irwan dan Kak Mursal dulu paling ditakuti dan disegani oleh pihak musuh.
Kami bermain bola dari kaki ke kaki, tiki taka yang dibilang orang lain disertai one two-one two dalam bermain futsal. Akhirnya tidak lama bermain, baru merasakan indahnya bermain. Terdengar pluit telah dibunyikan dari luar lapangan dan kami meraih kemenangan dengan score 13-3. Itu artinya 10-0 menjadi harga diri kami malam itu juga. Salah satu teman Kak Irwan digelari dengan pemain “kareta api indak balampu” memang sih dia bermain sangat semangat dan baik lawan dan kawan tetap saja ditabrak. Setelah beristrirahat diluar lapangan beberapa menit kami menuju salah satu kafe yang tidak jauh dari sana masih di pinggiran jalan raya.
Kami memesan delapan Copmil Cincau panas dan dingin untuk memeriahkan kemenangan kami ini. Terdengar tawaan dan candaan dari teman-teman Kak Irwan.
“Buat kami pesan air putih di blender saja,” kata salah satu teman Kak Irwan kepada temannya.
“Tambah sedotan dan sendok,” tambah Kak Irwan.
“Tambah lagi alasnya,” tambah salah satu teman Kak Irwan yang lain.
Semua kami sempat tertawa lebar malam itu. Akhirnya acara tersebut berakhir pukul dua belas, setelah berpamitan dengan Kak Irwan. Kami berjalan menuju Batusangkar kembali dan sampai di Batusangkar sudah pukul satu dini hari.

0 komentar:

Posting Komentar