Gambar: Coverd Opini Cinta-Irsal H. |
Sebuah
perusahaan besar di Ibukota Jakarta sedang menjalani pemeriksaan laporan
keuangannya untuk bisa berkerja sama dengan perusahaan luar dan mendapatkan
suntikan dana lebih untuk mengembangkan bisnisnya. Perusahaan ini bergerak di
bidang perdagangan dan kantor cabangnya tersebar di seluruh pelosok nusantara
ini. Pihak Direktur ingin laporan keuangannya berkualiatas dan memenuhi standar
internasional atau Internasional Financial Reporting Standards (IFRS)
yang sudah digunakan oleh beberapa negara maju dan berkembang di dunia.
Laporan keuangan
yang yang sudah memenuhi standar internasional akan lebih mudah menjalin kerja
sama dengan pihak luar negeri. Selain itu pihak yang mau bekerja sama pun tidak
merasa curiga dengan laporan keuangan yang telah ada. Untuk itu Pak Husein
sebagai Direktur menjalin kerja sama dengan beberapa Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang terkenal di Indonesia. Selain itu dia juga mengangkat Pak Rudi
sebagai kepala atau sekaligus pimpinan auditor untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Jika menginginkan laporan keuangan yang baik, berkualis, dan
mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), maka dia memilih beberapa
orang staff auditor yang akan membantu proyek besar tersebut.
Seminggu kemudian
diadakan pertemuan seluruh tim auditor untuk membicakan proyek besar itu. Pak
Rudi sebagai pimpinan auditor membahas satu demi satu rencana untuk pelaksanaan
nantinya. Sekitar lima puluh orang staff audit yang terpilih dan kepala staff
setelah melaksanakan proses penyaringan yang ketat.
“Saya memberikan
tugas audit untuk masalah konfirmasi piutang klain kepadamu, Bob,” ucap Pak
Rudi.
“Iya, insyaallah
amanah ini akan saya jalankan dengan baik,” jawab Boby.
“Ini nama anggota
untuk hal itu,” sambil menyerahkan rincian tugas dan nama-nama anggotanya.
“O..iya saya
hampir lupa, kamu bisa meminta bantuain kepada Ibu Witria untuk mengasih tahu
dimana dan siapa-siapa saja mereka.”
“Maaf Pak, kalau
boleh tahu IbuWitria itu siapa ya ? Dan sebagai apa dia disini ?” tanya Boby
penasaran.
“Hari ini dia
tidak bisa datang karena banyak tugas di kantornya, namun kamu bisa menghubungi
dan ini nomor,” sambil menyerahkan sobekan kertas kecil dengan nama dan
nomornya.
“Iya, Pak.
Terimakasih.”
Setelah pertemuan
itu, Pak Boby mencoba menghubungi nomor yang diberikan Pak Rudi tadi. Beberapa
detik kemudian terdengar suara dari ujung telpon.
“Hallo, selamat
sore,” ucap Boby.
“Iya selamat sore
Pak.”
“Ini dengan Buk
Witria ?”
“Iya dengan saya
sendiri, ini siapa ya ?”
“Saya Boby staff-nya
Pak Rudi,” jelas Boby.
“O...Pak Boby yang
dibicakan Pak Rudi kemarin, iya Pak. Ada yang bisa saya bantu ?”
“Begini Buk, saya
sudah diberikan beberapa tugas oleh Pak Rudi untuk pemeriksaan konfirmasi
langsung ke beberapa klain perusahaan Ibu. Kira-kira kapan ya kita bisa bertemu
dan membicakan hal ini ?” Boby mencoba menjelaskan.
“Iya Pak, kalau
lusa bisa Pak ? Soalnya besok saya harus ketemu dengan klain juga tentang kerja
sama kami.”
“Boleh Buk, dimana
dan jam berapa ya Buk ?”
“Nanti saya
kirimkan saja lewat pesan Pak.”
“Ok, terimaskasih
Buk. Selamat sore.”
“Iya Pak, selamat
sore juga.”
***
Siang itu Boby dan
timnya sudah berada dikantornya Witria yang akan membantu proses kegiatan
mereka. Buk Witria sengaja melakukan pertemuan siang itu di ruang rapat yang
biasa dia gunakan. Selama satu jam lebih perbincangan mereka siang itu dan
semua rencana untuk dapat melakukan sampel kepada klain yang memiliki piutang
yang besar-besar saja. Mereka berencana akan melakukan kunjungan langsung
besoknya dan Buk Witria sudah mendapatkan perintah dari atasannya untuk
membantu Boby selama proyek ini berlangsung.
“Selamat pagi Buk
Witria, saya sudah di ruang tamu kantornya,” ucap Boby lewat sambungan telpon.
“Tunggu bentar ya
Pak, saya sebentar lagi sampai,” jawab Buk Witria.
Beberapa lama menunggu,
akhirnya Buk Witria muncul dari balik pintu dan bersalaman dengan Boby.
“Ayo kita
berangkat,” ajak Buk Witria.
“Iya Buk,” jawab
Boby dengan sopan.
Hari ini mereka
akan melakukan mencek konfirmasi piutang ke Semarang kebetulan disana banyak
kliannya Buk Witria. Ada beberapa klain yang akan mereka kunjungi dengan timnya
Boby untuk memeriksa langsung piutangnya. Selama melakukan perjalanan dan
pemeriksaan tidak ada yang ganjil dan mencurikan hari ini. Seiring berjalannya
waktu, matahari mulai kembali ke peraduannya dan menyisahkan sinar keemasan
diujung sana.
“Kita makan malam
dulu gimana Buk Witria ?” saran Boby.
“Ide yang bagus,”
sambil tersenyum kecil.
Menikmati hidangan
makan malam dengan angin malam yang dingin menambah nikmatnya makan bersama.
Apalagi seharian tadi mereka disibukkan dengan pemeriksaan yang membutuhkan
konsentrasi yang lebih. Setelah selesai makan malam bersama, satu demi satu
anggota tim mulai pulang dan sedikit demi sedikit butiran hujan mulai
berjatuhan. Malam itu yang belum pulang hanya Witria yang masih menunggu
jemputan Ayahnya. Boby yang tidak tega meninggalkan seorang wanita sendirian di
malam hari, terpaksa menemati Buk Witria di halte bus. Namun beberapa menit menunggu
Ayah Witria tidak kunjung sampai. Tidak lama ada pesan masuk ke nomor Witria
dan isinya Ayahnya tidak bisa menjemput karena ban mobilnya sedang bocor dan
butuh waktu yang lama. Selain itu Witria dan Boby juga saling bercerita satu
sama lain untuk menghilangkan kesuntukkan serta mencoba menjalin silaturrahmi
yang baik dengan rekan kerjanya.
“O...iya Pak, Ayahku
tidak bisa menjemput karena ban mobilnya bocor dan butuh waktu lama. Bus juga
sudah tidak ada yang lewat juga, gimana dong ?” ucap Witria.
“Jangan panggil
Pak kalau diluar jam kerja, panggil nama saja Witria. Biar saja antarkan saja
Witria ke rumah, kalau tidak keberatan juga ?” jawab Boby.
“Iya deh Bob, tidak
keberatan kok Bob. Mungkin kamu yang keberatan kali ?” sambil tersenyum kecil.
“Gitu dong, tidak
juga kok. Siapa yang tega meninggalkan seorang wanita malam-malam begini coba,”
sambil membalas senyumannya.
Setelah hujan
mulai reda Boby mengantarkan Witria ke rumahnya kebetulan arah jalannya juga
sama. Sejak saat itu Boby dan Witria sudah mulai akrab, walaupun tidak menjalin
hubungan spesial diantara mereka. Satu sama lain saling memberikan kenyamanan
dan saling menjaga hubungan mereka agar tidak retak. Selain itu ternyata Witria
yang sedang dilanda kepahitan cinta dengan sang kekasih begitu juga dengan Boby
yang juga mengalami hal yang sama. Mereka saling berbagi cerita dan mencurahkan
segala pengalaman pahit yang melanda mereka disela-sela istirahat kerjanya.
Beberapa bulan
kemudian proyek kerja mereka hampir final dan itu artinya hubungan kerja
sama antara Pak Rudi dan Pak Husein akan segera berakhir. Tentunya setelah
opini auditor itu keluar dan dinyatakan wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) bukan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) atau
tidak wajar (adverse opinion). Walaupun ada beberapa opini audit lagi
yang tersisa, namun WTP (wajar tanpa pengecualian) itulah yang paling bagus dan
menjadi keinginan Pak Husein untuk laporan keuangannya.
Telah pergi ke
berbagai tempat Boby dan timnya berkunjung yang juga ditemani oleh Witria
selaku partner kerjanya. Selain berkunjung ke berbagai tempat klain,
namun setelah jam kerja selesai Boby dan Witria sering terlihat bersama. Witria
merasakan kebaikan hati Boby dan juga memberikan kenyamanan kepada dirinya,
bahkan dia sering meminta Boby untuk menemaninya ke berbagai tempat dan tempat
yang disukainya. Bukan hanya itu jalan bersama menghabiskan malam minggu
bersama, walaupun mereka hanya ngobrol biasa dan tidak ada hubungan spesial
diantara mereka. Namun rasa jenuh dan beban pikiran di kantor yang terlalu
berat membuat setiap orang akan melakukan refresing untuk kembali menyengarkan
pikirannnya. Itulah salah satu alasan Witria mengajak Boby untuk jalan-jalan.
Tibalah waktunya
untuk memutuskan hubungan kerja sama setelah proyek selesai dan berjalan dengan
baik beberapa bulan ini. Namun Boby kembali ke kantor lamanya dan bekerja
seperti biasa dengan teman-teman lamanya. Namun hati tidak bisa dipungkiri
ketika rasa cinta dan sayang itu mulai tumbuh kepada Witria. Rasa nyaman yang
diberikan Witria membuat Boby merasakan kehilangan ketika tidak lagi melakukan
jalan bersama, bercerita satu sama lain, menghabiskan malam minggu bersama dan
sebagainya. Ada rasa yang hilang dari dalam dirinya dan rasa itu semakin lama
semakin besar.
Hingga di suatu
malam Boby kembali menelusuri jalanan yang biasa dia kunjungi saat-saat bersama
dengan Witria. Semua kenangan tentang Witria dan keelokkan budinya terlintas
dalam benak Boby seketika. Tiada satu kenangan yang luput dari pikirannya dan
membuat dirinya merasakan kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam
hidupnya.
“Apakah ini
cinta sungguhan ? Ataukah hanya cinta sesaat ya Allah ?” ucap Boby dalam hati.
Entah kenapa rasa
yang dulunya biasa-biasa saja sekarang telah berubah menjadi luar biasa. Rasa
cinta sedikit demi sedikit mulai tumbuh dari pertemuan yang tidak pernah
direncanakan dan berlanjut dengan kebersamaan disela-sela pekerjaan mereka.
Mungkin itulah yang dinamakan jodoh, terkadang apa yang kita rencanakan dengan
matang jika tidak diputuskan oleh Allah juga tidak akan berhasil. Namun
sebaliknya apa yang tidak pernah kita rencanakan terkadang Allah memberikan
jalan yang lain untuk umatnya. Itu artinya Allah memberikan apa yang kita
butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
Disela-sela shalat
panjangnya dan meminta pada yang Maha Pemilik Hati untuk memberikan jalan
keluar dari masalah yang dihadapinya. Selain terus memohon kepadaNya setelah
shalat wajib dan juga melakukan shalat sunnah.
“Ya Allah...ya
Tuhanku, jika memang dia jodohku, maka jadikan aku pengisi hatinya dan dia
menjadi pengisi hatiku,,,” Boby berdoa dengan khusuknya kepada Sang Khalik.
Seminggu setelah
itu Boby mendapatkan pangilan dari Pak Rudi selaku pimpinan auditornya dulu
untuk bertemu sore itu di kafe.
“Selamat sore
Pak,” sapa Boby sambil bersalaman.
“Selamat sore
Boby, bagaimana kabarnya ?” jawab Pak Rudi.
“Alhamdulillah
Baik Pak, Bapak gimana kabarnya ? Udah lama tidak berjumpa Pak.”
“Ya, alhamdulillah
seperti yang kamu lihat Bob. Udah lama juga ya.”
Perbincangan demi
perbincangan pun terjadi dan berbagai topik yang mereka bicakan. Namun
tiba-tiba Pak Rudi mencoba untuk berbicara serius.
“O...iya Bob, aku
mendapatkan pesan dari Pak Husein beberapa hari yang lalu. Apakah kau masih
ingat dia ?” tanya Pak Rudi dengan serius.
“Pesan ? Saya
masih ingat kok Pak. Direktur perusahaan yang pernah kita audit itu kan ?”
jawab Boby.
“Iya pesan. Tepat
sekali Bob...” Menghentikan pembicaraannya sejenak.
“Aku juga tidak
tahu apa urusan Pak Husein ingin menemuimu. Itulah tujuan utamaku untuk bertemu
denganmu sore ini. Besok kau disuruh Pak Husein untuk menemuinya di kantornya,”
Pak Rudi mencoba menjelaskan.
“Iya Pak,
terimakasih,” jawab Boby.
Perasaan Boby
campur aduk setelah pertemuan itu dengan Pak Rudi, ada perasaan bersalah dan
ada perasaan tidak enak. Mungkin Pak Husein menilai kinerjanya tidak baik
selama menjalankan proyek atau barangkali opini auditnya tidak diterima. Deretan
pertanyaan menghantui pikirannya selama dalam perjalanan pulang dan bahkan
tidurnya pun tidak nyenyak dengan pertemuan besoknya.
Pagi-pagi sekali
Boby sudah terbangun dari tidur, setelah pukul delapan dia berangkat menuju
kantor Pak Husein. Tetap saja pikirannya dihantui dengan rasa bersalah yang
tidak bisa dimaafkan dan Pak Husein akan marah besar kepadanya jika nantinya
bertemu. Rasa cemas dan rasa khawatir membuatnya semakin kecil dan tidak
percaya diri untuk berhadapan dengan Pak Husein.
“Selamat pagi Buk,
ada Pak Huseinnya ?” sapa Boby kepada pegawai recepsionis.
“Selamat pagi juga
Pak, dengan Bapak siapa ?” balas pegawai itu dengan sopan.
“Iya Buk, saya
Boby.”
“Silahkan tunggu
sebentar Pak Boby.”
Beberapa detik
kemudian pengawai itu menelpon langsung Pak Husein dan mengatakan ada tamu yang
bernama Boby.
“Silahkan langsung
ke ruangan Beliau Pak, terimakasih,” ucap pegawai itu kepada Boby.
“Sama-sama Buk,”
sambil berjalan ke ruangan Pak Husein.
Langkah kakinya
semakin berat dan detak jantungnya semakin cepat, semakin dekat detaknya
semakin cepat juga. Beberapa saat sebelum memasuki ruangan itu.
“Tok...tok...tok.”
“Silahkan masuk,”
ucap suara dari dalam.
Boby masuk dan
langsung menghadap Pak Husein yang sudah menunggunya disana.
“Selamat pagi
Pak,” sapa Boby sambil bersalaman dengan Pak Husein.
“Selamat pagi juga
Boby, silahkan duduk,” balas Pak Husein.
“Langsung saja ya
Bob, kamu pasti juga penasaran kenapa saya mengundangmu untuk datang ke sini
hari ini,” dengan wajah serius.
“Iya Pak, saya
juga bingung dipanggil hari ini menemui Bapak,” jawab Boby.
“Kau tahu opini
apa yang diberikan Pak Rudi kepada perusahaan saya ini ?” tanya Pak Husein.
“Pak Rudi belum
ada memberitahukan saya Pak dan saya hanya mendapatkan informasi bahwa proyek
kemarin itu berjalan lancar-lancar saja. Itu artiyany opini yang dikeluarkan
Pak Rudi juga bagus tentunya Pak,” jelas Boby.
“Itu kan hanya
menurut pendapatmu saja, saya tidak menyangka Pak Rudi mengeluarkan opini yang
tidak sewajarnya saya terima. Laporan keuangan saya ok, pemeriksaan yang
dilakukan tidak ada yang salah dan sesuai dengan laporan yang kami buatkan.
Namun saya mendapatkan informasi bahwa salah satu penyebab opini yang
dikeluarkan Pak Rudi tidak wajar adalah adanya piutang yang tidak sesuai dengan
kenyataan di klain dan dalam laporan keuangan yang kami buat. Apakah itu
tugasmu ?” ucap Pak Husein.
“Maaf Pak setahu
saya pemeriksaan yang dilakukan oleh anggota saya berjalan dengan baik. Apa
yang sudah ada dalam rincian piutang usaha di laporan keuangan perusahaan Bapak
sama dengan yang ada dilapangan, itupun saya juga ditemani Buk Witria untuk proses
pemeriksaannya Pak,” Boby mencoba menjelaskan.
“Witria kesini,”
ucap Pak Husein.
Beberapa detik
kemudian muncullah Witria dari balik pintu ruangannya yang bersebelahan dengan
ruangan Pak Husein.
“Iya Ayah, ada apa
?” ucap Witria.
Tiba-tiba saja
detak jantung Boby seakan terhenti dan matanya spontan melihat kepada wanita
yang dipanggil Witria itu. Beberapa detik Boby merasakan hal yang hilang itu
seakan berdatangan kembali. Bahka dia juga tidak tahu bahwa Witria adalah anak
dari Direktur perusahaan itu yaitu Pak Husein.
“Apakah benar ada
yang salah dari laporan yang dibuat Boby dan timnya kemarin ? Hingga opini
audit tidak wajar diberikan Pak Rudi.
“MMNnnnn...”
Witria hanya terdiam dan tidak bisa memberikan jawabanya.
Ternyata Witria
sudah tahu apa yang akan dilakukan Ayahnya dan senagaja pura-pura tidak tahu
menahu tentang itu. Namun dia mencoba menyembunyikan itu dari Boby hingga
memang Boby terjebak pada jebakan yang dibuat Ayahnya sendiri. Namun tiba-tiba
saja wajah Pak Husein yang terlihat serius langsung berubah.
“Opini audit yang
dikeluarkan Pak Rudi kemarin itu bukan tidak wajar akan tetapi WTP,” ucap Pak
Husein.
“Wajar Tanpa
Pengecualian kan Pak ?” ucap Boby.
“Bukan itu maksud
saya tapi WITRIAPUSPA (WTP),” sambil tersenyum kecil dan terus tertawa lepas.
Namun Boby menjadi
semakin bingung dengan apa yang dibicarakan Pak Husein.
“Maaf Pak saya
tidak mengerti dengan apa yang Bapak bicarakan ?” dengan wajah bingung.
“Memang benar apa
yang kamu berikan kepada Pak Rudi tidak salah kok dan opini auditnya WTP (Wajar
Tanpa Pengecualian). Namun masalahnya sekarang bukan tentang opini audit dan Witria
ingin opini cinta dari kamu ? Dan saya selaku Ayahnya sudah memberikan “WTP”
kepadamu dan sekarang jawaban darimu, gimana ?” ucap Pak Husein.
“Serius Pak ?”
dengan wajah gembira dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
“Apakah saya
terlihat bercanda ?” dengan wajah
serius.
“Saya juga menyukai
Witria dan merasakan kehilangannya saat saya tidak pernah bertemu dia lagi Pak,
terimakasih Pak,” sambil bersalaman dan mencium tangan Pak Husein.
Boby langsung
sujut syukur dengan apa yang dia harapkan selama ini ternyata menjadi kenyataan
yang tidak ternilai harganya. Sedangkan Witria hanya senyum-senyum kecil
mendengarkan jawaban dari Boby dan ternyata ada cinta yang juga tumbuh secara
diam-diam dari dalam hati Witria. Ternyata Witria sudah lebih dulu menceritakan
tentang Boby kepada Ayahnya dan mendapatkan respon yang bagus dari sang Ayah.
Secara diam-diam Witria terus men-debit cinta Boby didalam neraca hatinya dan
begitu juga sebaliknya Boby. Bahkan bukan hanya itu mereka juga melakukan penjurnalan
setiap transaksi-transaksi rindu yang ada hingga setebal keuangannya.
Sekarang Boby
menjadi manager investasi cintanya Witria dan menyimpan setiap kasih dan sayang
itu pada lembaran portofolia. Maka jika masa jatuh tempo telah tiba tidak akan
ada return kenangan satu sama lain di reksa dana. Tetapi semua itu sudah
bersemayan di laba/rugi dan asrama yang mereka rasakan sudah berkelana di
aktiva dan pasiva.
0 komentar:
Posting Komentar