Foto: Kampus IAIN Batusangkar. |
Jika ada pertemuan, maka akan ada
perpisahan. Itulah yang sering terjadi bahkan menjadi realita dalam kehidupan
kita. Memang benar dalam kehidupan itu semua sudah atur oleh Allah Yang Maha
Sempurna, segala sesuatu itu dipasang-pasangkan. Jika ada malam maka akan ada
siang, jika ada sedih maka akan ada bahagia, jika ada kesuksesan maka akan ada
kegagalan, bahkan manusia pun berpasangan jika ada wanita maka akan ada
laki-laki. Bahkan saat sebuah pertemuan ada dua orang insan baik secara
kebetulan maupun tidak. Mereka akan saling mengenal, memahami, bahkan akan
saling berbagi baik itu suka maupun duka. Itu semua jika kedua insan tersebut sudah
ada rasa penasaran dan ingin menjalin persahabatan dalam diri mereka. Terkadang
saat sebuah rasa itu mulai sama dan ikatan hati yang saling memikat satu sama
lain, di saat itulah sebuah perpisahan terkadang melanda kedua insan tersebut. Apakah itu sebuah tantangan
persahabatan atau ujian dalam persahabatan mereka ?
Di sebuah perguruan tinggi negeri mereka sama-sama
angkatan awal di kampus itu. Seorang mahasiswi berasal dari daerah yang sangat
jauh dan rela mencari ilmu sampai ke kampus ternama tersebut. Sedangkan
mahasiswa ini adalah orang pribumi, bisa dikatakan seperti itu karena jarak
kampus dengan rumahnya tidak begitu jauh bahkan hanya menempuh perjalanan 15
menit sampai di kampus. Kedua mahasiswa baru ini memang tidak saling mengenal
satu sama lain, akan
tetapi mereka satu jurusan dan satu kelas di kampus ternama tersebut.
Awal perkuliahan setiap mahasiswa dan
dosen mengadakan silahturrahmi antara sesama mahasiswa satu dengan yang lainnya
bahkan dosen tersebut ikut serta dalam hal ini.
“Mengawali pertemuan kita hari ini,
mungkin kita perkenalan dulu, karena ‘tak kenal maka tak sayang, tak sayang
maka tak cinta,’ itulah pepatah yang sering kita kenal dalam sebuah
perjumpaan awal perjumpahan kata hari ini, silahkan dimulai dari depan,” pintak
dosen tersebut.
“Nama saya Nilam Valensia,
MNnnnnn....Alamat Padangpanjang, aaasal sekolah SMK 1 Padangpanjang,” dengan
nada gugup.
“Selanjutnya, ...selanjut...,”suara
dosen dari depan.
Seorang perempuan berbadan kecil
berdiri malu-malu dan berkata dengan nada sedikit gugup.
“Assalamu
‘alaikum, Wr. Wb. Kenalkan nama saya Manda Fitria, panggilan Manda, alamat
Muaro Bungo, Jambi, asal sekolah Pondok Pesantren Darussalam Sitiuang.”
Setelah beberapa lama menit
memperkenalkan diri, akhirnya ditutup salam dan duduk kembali di kursinya.
Beberapa orang telah memperkenalkan dirinya, maka terdengar suara pintu terbuka
dari luar.
“Assalamu
‘alaikum,” dua orang laki-laki masuk sambil membuka pintu.
“Wassalamu
‘alaikum, silahkan masuk,” jawab dosen tersebut.
Maka kedua laki-laki tadi masuk dan
mencari tempat duduk paling belakang. Maka beberapa lama duduk maka tibalah
giliran mereka untuk memperkenalkan diri.
“Baik, nama saya Iskandar, alamat
Sungayang. Asal sekolah SMA
1 Sungayang. Sekian.
Akhirnya datanglah
giliran sahabat Iskandar itu, dengan wajah sedikit ragu dan merah. Dia mencoa
berdiri berlahan-lahan mencoba bangkit dari kursinya. Dengan suara parau dan
gemetaran mencoba memperkanalkan dirinya di depan teman-teman barunya.
“Assalamu ‘alaikum. Nama Ii….ii..nama Irvan, alamat Sungayang. Asal
sekolah MAN 1 Batusangkar. Wass…aalammm,”
dengan cepat duduk kembali.
Terlihat wajah Irvan
memerah dan sulit mengucapkan kata-kata di depan tema-teman barunya itu. Dia
hanya berpikir agar cepat selesai dan tidak mau menanggapi komentar dari
teman-temannya. Begitulah anak yang satu ini yang pendiam dan pemalu. Namun ada banyak rahasia yang tersimpan dalam
dirinya.
Beberapa bulan menjani perkuliahan
tersebut. Persahabatan antara Iskandar dan Irvan semakin dekat dan dekat,
berawal dari perkenalan di kampus tersebut. Padahal mereka satu kampung namun tidak pernah bertemu bahkan berkenalan. Hingga menjadi
sebuah persahabatan yang mendalam. Hingga sampai satu tempat tinggal dan satu
tempat tidur, bahkan pergi-pulang bersama ke kampus. Ternyata di tengah
kedekatan kami, ada salah satu teman lokal kami yang menyimpan rasa yang
mendalam kepada salah satu diantara kami. Bahkan kami pernah bercerita satu
sama lain suatu malam.
“O...ya Van, lengkap sudah teman-teman
lokal, ada yang manis tapi tinggi, ada juga yang gemuk namun manis, bahkan ada
juga yang manis bahkan cerewetnya bukan main, tapi ada satu yang menarik hati
yaitu Manda, orangnya kecil namun manis,” memulai cerita malam itu.
“O...Manda,” sambil mengangguk kecil.
Padahal sebenarnya Irvan dan Manda
sudah dekat dan berkenalan sebelum Iskandar menceritakan
semua itu. Terbesit di hatinya bahwa sesungguhnya dia memiliki rasa yang yang
sama dengan gadis unik tersebut. Dari awal temannya bercerita tadi dia sudah
mulai menebak-nebak apa inti dari perkataan temannya tadi. Dalam hal tersebut
tiba-tiba dia sangat ingat pertemuan awal mereka sampai dekat hingga menjadi
sahabat bahkan lebih, akan tetapi masih menyimpan rasa masing-masing yang
begitu mendalam.
Bermula dari sebuah drama Bahasa Arab pada
Pekan Pesta Bahasa di kampus STAIN Batusangkar (sekarang IAIN Batusangkar).
Irvan dan teman-temannya ditunujuk sebagai peserta drama bahasa arab dan nasyid
bahasa Inggris. Dua minggu kami mempersiapkan semua pentas seni yang akan diperlombakan
pada Pekan Pesta Bahasa tersebut. Maka ada seorang teman mengusulkan untuk
langsung meminta naskah drama Bahasa Arab pada dosen Bahasa Arab langsung di
Padangpanjang.
Sekitar tiga motor melaju sore itu ke
tempat Buk Yenti dosen Bahasa Arab
tersebut. Irvan bersama dengan Arimy, Yosy, Hana, Kak Yan, dan Zamy. Sekitar
jam lima kami sampaikan di Padangpanjang dan mencari lokasi rumah Buk Yenti, namun
belum juga menemukan hasil. Akhirnya setelah bertanya-tanya kepada orang maka
jam setengah enam kami menemukan rumah Buk Yenti tersebut.
“Tok...tok...tok......Assalamu
‘alikum,” ucap Arimy dari depan pintu.
Berselang beberapa menit terdengar
suara telapak kaki melangkah mendekati pintu, dan ternyata seorang wanita yang
sudah angkat.
“Wassalamu ‘alaikum, cari siapa
Nak ?”
“Maaf Buk, kami mahasiswa STAIN
Batusangkar. Ingin bertemu dengan Buk Yenti, apakah ada Buk Yentinya Buk ?”
“O...mahasiswa nya Buk Yenti, silahkan
masuk Nak. Buk Yentinya ada di dalam. Silahkan duduk dulu, biar Ibuk panggilkan
dulu,” sambil meninggalkan kami.
“Iya Buk, terima kasih Buk,” sambil
duduk di sofa.
Beberapa menit menunggu, Buk Yenti
keluar dan kami bersalaman satu per sama. Terlihat wajah senang Buk Yenti
dengan kehadiran kami, memulai percakapan.
“Sudah dari tadi datang anak-anak Kak
ini,” masih sambil bersalaman.
“Belum juga Kak,,,eeeeh...Buk, kami
tadi mutar-mutar untuk mencari rumah Ibuk, tanya sini tanya sana. Akhirnya ketemu
juga,” jelas Arimy.
“Adik yang mengirim pesan kepada Kakak
kemarin ya ?” tanya Buk Yenti.
“Iya Buk, begini Buk kami ada drama
Bahasa Arab di kampus sekitar satu minggu lagi Buk. Jadi kami membutuhkan
bantuan Ibuk untuk membuatkan dialognya,” jelas Arimy.
“O...kirain untuk apa, Ibuk ada teks
drama Bahasa Arab dan juga filmnya, sebentar Kak ambil dulu, silahkan di minum airnya
” sambil masuk ke dalam.
“Iya Kak,” jawab kami bersama.
Buk Yenti tidak mau dipanggil Ibuk
karena beliau masih muda dan belum pantas di panggil dengan sebutan tersebut,
dia menyuruh kami untuk memanggilnya dengan sebutan Kakak biar semakin dekat
saja sama dia. Itulah keinginan Buk Yenti yang harus kami terima, beberapa saat
ke belakang akhirnya dia muncul dari balik pintu.
“Ini masih ada naskah dramanya, ini
waktu Kak mengadakan penelitian untuk skripsi dulu, dan waktu adik-adik datang
tadi Kak sedang menyelesaikan tugas S-2 yang masih berantakan. Maaf kalau tadi
Kak agak lama membuka pintu soalnya Kak sedang dalam kamar,” jelas Kak Yenti.
“Iya Kak, tidak apa-apa Kak. O...jadi
Kak sedang S-2 sekarang, enak ya Kak mengajar iya juga kuliah iya juga.”
“Iya Kak mengajar senin sampai jumat
dan sabtu-minggu kuliah di Padang, ya begitulah kehidupan Kak,” mencoba
melepaskan beban-bebannya.
“Maaf Kak kalau kedatangan kami ke
sini menganggu Kakak, kami pamit dulu Kak,” selah Kak Yanti.
“Kok cepat pulangnya.”
“Sudah mulai gelap Kak, nanti takut
kehujanan Kak,” mencoba menjelaskan.
“Iya nggak apa-apa, hati-hati saja
pulangnya. Kalau ketemu dengan Kak di kampus tegur ya ?” sambil tersenyum.
“Iya kak, assalamu ‘alaikum,”
sambil berjalan ke luar.
Sekitar pukul enam kurang kami
berangkat kembali ke Batusangkar, dengan hasil yang telah kami dapatkan yaitu
sebuah teks drama Bahasa Arab. Namun sayangnya semua Bahasa Arab dan kami tidak
terlalu tahu artinya, walaupun demikian kami tetap semangat bisa tampil dalam
drama tersebut.
Keesokan harinya kami bertemu di dalam
kelas dan membahas tentang penampilan drama tersebut, maka teman-teman pun
memutuskan untuk menonton filmnya terlebih dahulu. Ternyata bukan hanya teksnya
saja yang dikasih, filmnya pun juga dikasih oleh Buk Yenti. Maka siang itu
setelah kuliah kami menontong film singkat dengan judul, “Naro Kecil Menangis.”
Sebuah film perjuangan kedua anak kecil yang bertahan hidup di tengah kekacauan
peperangan yang melanda sebuah negeri. Pada saat film tersebut diputar kami
semua memahami isi dan kandungan makna yang tersimpan dari film kartun
tersebut. Ternyata kedua anak ini kehilangan orang tua, rumah bahkan sanak family
mereka tidak bisa terus-menerus memberikan tumpangan hidup bagi mereka, maka
mereka pergi meninggalkan rumah family-nya dan pergi mencari sebuah
tempat yang sederhana serta jauh dari keramaian. Namun akhirnya adiknya yang
bernama Naro sering kelaparan, maka sang kakak pergi ke desa mencari makanan.
Pada saat pesawat tempur melepaskan peluru-pelurunya semua orang kocar-kacir
mencari perlindungan, namun tidak dengan sang kakak yang menerobos asap dan
masuk ke dalam rumah yang ditinggaikan untuk mencari makanan, bahkan apa yang
bisa dijual untuk membeli makanan. Begitulah setiap hari, suatu ketika sang
kakak pergi mencari makanan ke desa. Setelah sampai di rumah sederhana mereka
maka sang kakak membangunkan sang adik namun sayang. Sang adik tidak bernyawa
lagi dan pergi untuk selama-lamanya, maka sangatlah sedih sang kakak dengan
deraian air mata. Maka dengan kesedihan tersebut sang kakak menguburkan adik
tersayangnya dan tinggallah sang kakak seorang diri.
Semua kami terharu menonton film
singkat tersebut, sampai habispun kami terdiam dan tidak ada yang bersuara yang
tergelam dengan kesedihan film tersebut. Akhirnya kami diskusi dan membuat
drama tersebut ke dalam versi Bahasa Indonesia awalnya. Irvan mendapat peran
sebagai kakaknya Naro, Arimy sebagai Ibu Naro, Manda Sebagai Naro, namun bukan
mengunakan nama Naro akan tetapi mengunakan nama Nayla serta ada peran-peran
yang lain yang mengunakan teman-teman lainnya. Akhirnya naskah drama tersebut
selesai masih versi Bahasa Indonesia, kami terkendala dengan men-translate naskah
tersebut ke dalam Bahasa Arab. Setiap kami mencari kenalan anak Bahasa Arab dan
ternyata Irvanlah yang kenal dengan anak Bahasa Arab. Maka teks tersebut
diberikan kepada Irvan untuk menjadikan Bahasa Arab kepada temannya.
Pada suatu mata kuliah pangantar
Bahasa Inggris dengan Mr. Ridho, Irvan sengaja meletakan tasnya lebih dulu didalam
kelas. Karena ia akan menemui temannya dari Prodi Bahasa Arab, maka Irvan
menyampaikan hal tersebut kepada Arimy.
“O...ya Rimy, sampaikan kepada Mr.
Ridho Van izin telat masuk karena Van menemui teman untuk men-translate teks
drama Bahasa Arab kemarin ya ?” dengan tergesa-gesa.
“Ok Van, nanti Rimy sampaikan.”
“Terima kasih Rimy,” sambil berlalu.
“Ya sama-sama Van.”
Maka Irvan berjalan ke belakangan
kampus, terdapat beberapa tempat duduk yang disebut gajeboh, memang tempat
ini paling enak untuk santai dan menikmati pemandangan alam yang indah dari
ketinggian dan keindahan bangunanan kampus yang tinggi terlihat gedung K yang
lantai 5, gedung L berlantai 3, lapangan tenis, lapangan voli, dan lapangan
Basket serta lapangan Futsal. Di sebuah ujung gajeboh telah menunggu
seorang teman Irvan, dia berjalan tergesa-gesa menuju tempat tersebut sambil
membawa sebuah kertas dan pulpen. Padahal sebelumnya mereka telah berdialog
tentang keberadaan mereka dan di tempat inilah mereka berjanji akan bertemu.
“Maaf telat Bi, sudah dari tadi
menunggu Bi ?” tanya Irvan sambil bersalaman.
“Tidak apa-apa Van, belum lama juga,”
sambil menerima salam Irvan.
“Untuk tugas apa Van yang kemarin itu
Van ?” tanya Robi.
“Begini Bi sebenarnya ini bukan tugas,
melainkan ini untuk drama Bahasa Arab yang akan kami tampilkan nantinya Bi, ini
sudah kami buatkan teks dalam Bahasa Indonesianya. Tolong ya Bi, karena waktu
tinggal seminggu lagi dan kami juga belum latihan Bi ?” dengan nada berharap.
”Coba lihat Van, O...ini tidak
terlalau sulit Van,” dengan memberikan langsung dengan tulisan arab serta
barisnya.
Hanya sekitar tiga puluh menit semua
teks tersebut telah di translate ke dalam Bahasa Arab, Robi ini adalah
teman se-firqoh saat Marhaban. Kegiatan masa perkenalan dengan kampus
dan juga teman-teman baru di kampus tersebut. Mereka sama-sama firqoh 17,
Robi ini berasal dari Padangpanjang dan sebelum masuk ke kampus dia telah
mengajar di Pesantren Thawalib Padangpanjang. Makanya dia sudah lancar dengan
Bahasa Arab, dari pertemuan mereka itu akhirnya menjadi sebuah sahabat sampai
sekarang walaupun tidak sering bertemu akan tetapi rasa persahabatan antara
mereka tidak akan pernah hilang. Walaupun jarang bertemu dan tempat yang memisahkan
mereka berdua, karena persahabatan tidak akan pernah goyah walaupun tidak
sering bertemu dan bercerita satu sama lain.
Setelah meminta terima kasih dan
berpamitan Irvan pergi meninggalkan Robi, yang kebetulan teman-temannya sudah
berada disana. Maka Irvan pun kembali ke tempat perkuliahan dan meminta izin
masuk kepada Mr. Rodho. Maka perkuliahan Basaha Inggris pun berlangsung sekitar
satu setengah jam.setelah perkuliahan selesai maka kelompok drama tersebut
berkumpul untuk mendiskusikan tentang teks drama tersebut. Berselang
beberapa menit semua anggota sepakat akan bertemu besok sore di belakang kampus
dan telah mendapatkan teks drama Bahasa Arab.
***
Setelah selesai kuliah sore itu mereka
berlatih drama Bahasa Arab di gajeboh tempat terbuka tersebut. Dalam
melakukan latihan drama tersebut Irvan sempat berkenalan satu sama lain kepada
Manda dan telah saling kenal mengenal sama lain. Padahal mereka juga memainkan
lakon sebagai seorang adik-kakak dalam drama tersebut. Dalam latihan adegan
drama tersebut ada adegan yang membuat Irvan terpikat selain dengan kebaikkan
hati Manda, manis rupawan wajah Manda, juga sentuhan tangan Manda yang
dirasakan Irvan saat itu, kala menarik tangan Manda dengan lembut. Terasa adegan
romantisan cinta pada pertemuan pertama yang begitu indah dan menarik. Hingga
latihan berakhir kedua teman yang beru berteman tersebut semakin hari semakin
dekat, bahkan mereka saling bertukar nomor handphone.
Mulai saat itu mereka saling sms-an
satu sama lain menanyakan berbagai hal baik itu pribadi maupun berkaiatan
dengan perkuliahan. Sampai drama itu berlangsung di Auditorium kampus dengan
lancar walaupun tidak seperti yang diinginkan. Karena drama kami ini hanya
latihan tiga kali dan itupun belum maksimal dalam latihan, makanya hasilnya
juga biasa-biasa saja. Dalam penampilan nasyid Bahasa Arab Manda terlihat
sangat manis dengan baju putih dan mengenakan jilbab hitamnya. Penampilan yang
sayang untuk dilewatkan, karena Irvan dan Iskandar hampir dibilang telat jika
telat beberapa menit. Pas kami sampai di depan Auditorium kampus ternyata
penampilan nasyid dari kelas kami sedang berlangsung. Maka dengan bangga kami
berjalan ke dalam ruangan sambil menepuk tangan dan mencari tempat duduk.
Maka secara otomatis semua teman-teman
yang tampil kembali semangat dengan kehadiran kami. Beberepa menit berlangsung
dan diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah dan kami berfoto bersama di dekat
Aula tersebut. Maka beberapa jepretan demi jepretan terjadi dengan berbagai
gaya yang ditampilkan. Beberapa menit untuk berfoto maka Iskandar mendapatkan
foto berdua dengan Manda, itu membuat Irvan cemburu dengan hal tersebut.
Sedangkan Irvan tidak berani untuk mintak foto berdua dengan Manda, dan hanya
dapat foto berdua dengan kak Yanti. Walaupun demikian antara Irvan dan Iskandar
tidak ada saling berprasangka buruk dan saling bertengkar satu sama lain.
Hubungan mereka tetap sama dengan hari-hari sebelumny sebagai sahabat.
Suatu ketika antara Irvan dan Manda
ternyata diketahui oleh teman-temannya berjalan berdua di kampus dengan baju
yang sama yaitu berwarna biru. Tersebarlah gosip baru di kampus bahwa Irvan dan
Manda berpacaran padahal mereka hanya sebagai sahabat. Walaupun demikian kami
tidak terlalu menghiraukan perkataan teman-teman tersebut, walaupun kami
benar-benar menyimpan rasa yang sama di dalam hati masing-masing.
Teryata benar malam itu Manda menelpon
kepada Irvan, mereka bercerita sama sama lain, tentang awal kedekatan mereka,
tentang gosip dari teman-teman.
“Van, sebenarna Manda dari awal
bertemu Irvan ada rasa suka sama Van, meskipun belum kenal. Akan tetapi dengan
kedekatan Van denganArimy membuat Manda harus menyimpan rasa itu dalam-dalam
meskipun sakit didalam. Manda mencoba tetap bertahan dan bersabar untuk mendapatkan
Van, walaupun Manda sudah ada yang punya namun Manda menyukai Van,” sambil
menangis diujung sana.
“Mengapa Manda baru mengatakannya
sekarang, jika Manda katakan dari awal Manda tidak akan sakit, karena ternyata
Van juga mengukai Manda. Maafkan dengan kedekatan Van dengan Arimy, Van tidak
sengaja membuat Manda sakit, Van tidak ingin meneteskan air mata Manda, dan Van
tidak ingin Manda bersedih dengan hal ini,” mencoba menjelaskan.
Akhirnya Manda berhenti menangis dan
dengan penuh harapan ternyata mereka memiliki rasa yang rasa, maka hati Manda
mulai stabil dan senang dengan hal yang sebenarnya yang diungkapkan oleh Irvan
kepada dirinya. Perbincangan demi perbincangan terjadi sampai Manda bercerita
bahwa dia pernah mengikuti lomba kaligrafi dan sampai pada tingkat provinsi ke
pulau Jawa kala itu. Hal yang menjadi inspirasinya adalah dia selalu memperhatikan
pesawat yang melintas diatas kepala dan berniat untuk bisa mewakili Sumatera
dalam dalam perlombaan tersebut. Memang benar dia keluar sebagai pemenang dan
berhak mendapatkan tiket ke Pulau Jawa. Walaupun disana dia tidak berhasil
menang, karena lawan-lawan yang dia hadapi memang rata-ratanya diatas rata-rata
kemampuannya semuanya.
“Hebat ya Manda bisa pergi sejauh itu,
nanti Van dibuatkan kaligrafi yang indah ya Manda ?” pintak Irvan kepada Manda.
“Nantilah, jangan sekarang Van.”
“Iya Manda, tapi janji ya Manda,”
dengan nada cepat.
“Iya nanti Manda buatkan, tapi sebisa
Manda ya Van ?”
“Tentu iya lah Manda, apapun yang
Manda buatkan akan sangat berharga bagi Van.”
“Iya Manda usahakan Van.”
“Tadi Manda yang bilang kalau Manda
tamatan dari pesantren, jadi ilmu agamanya hebat tentunya. Ajarin Van doa-doa
setelah sholat ya Manda ?”
“Iya Van, tapi Van juga bisa berdoa
kan ?”
“Iya Manda, namun Van ingin doa yang
baru dari Manda ?” dengan penuh harap.
“Iya deh nanti Manda ajarin Van
sekalian, akan tetapi apa yang bisa Manda ajarin ya Van ?”
“Tentu iyalah Manda, mana mungkin
Manda mengajarkan apa yang tidak Manda ketahui.”
Terdengar perbincangan mereka semakin
lama semakin dekat dan terasa lebih dekat, ternyata Manda sudah memiliki cowok
sebelum kuliah di kampus yang baru ini, dia menceritakan kalau dia tujuh tahun
yang lalu telah memiliki cowok sampai sekarang, meskipun demikian dia juga
menyukai Irvan. Entah kenapa rasa itu tidak bisa dia bendung dalam hatinya
walaupun akan menyakitkannya, dia juga mengatakan kalau dia sedang bermasalah
dengan cowoknya tersebut. Cowoknya itu orang kampungnya juga dan kuliah di IAIN
Iman Bonjol Padang. Mereka hanya bertemu jika pulang kampung saja dan jika ada
perjalanan Manda ke Padang.
Walaupun demikian Irvan tidak ingin
tergesa-gesa dengan keputusannya walaupun mereka mempui rasa yang sama. Akan
tetapi menjadi sahabat jauh lebih indah dari pada pacaran, maka mereka menjalin
persahabatan satu sama lain, bahkan seperti sebuah persaudaraan antar kakak dan
adik.
“Van ingin kita nantinya sama-sama
masuk, juga sama-sama keluar ya Manda. Kita sama-sama memakai toga kebanggaan
kita dengan hasil yang baik tentunya.”
“Manda juga berharap demikian Van,
semoga tercapai Van.”
“Maaf kalau permintaan Van terlalu
banyak, terakhir Van mintak jika Van memakai toga nanti. Van ingin Manda
menunggu Van didepan gerbang kampus dan Van ingin Manda orang yang pertama
mengatakan selamat kepada Van, gimana ?” tantang Irvan.
“Iya Van, tapi lulus dulu ya ?”
“Ok. Janji ya Manda ?”
“Iya Manda akan datang nantinya.”
Akhirnya setelah lama mereka
berbincang-bicang dan diakhiri dengan salam, maka perbincangan mereka terputus
untuk sementara waktu. Ada tiga janji yang terucap antara mereka berdua yang
akan Manda penuhi nantinya. Malam itu juga Irvan tidak lama setelah itu
tertidur pulas sampai azan subuh menbangunkannya dalam mimpi-mimpi indah dengan
bidadari cantik semalam. Menjadi bunga tidur yang mengenangkan bagi Irvan dan
menjadi motivasi untuk terus maju dan melangkah lebuh baik lagi.
Rumor kedekatan Manda dan Irvan
semakin menjadi-jadi hingga akhirnya Manda bertanya bagaimana selanjutnya.
“Begini saja Manda agar mereka tidak membicakan
itu lagi, katakan saja pada mereka bahwa kita sudah jadian, semoga isu-isu itu
akan hilang nantinya,” jelas Irvan.
“Iya Van, semoga demikian.”
Akhirnya semua teman-teman tahu kalau
kami benar-benar jadian dan ada seorang sahabat Irvan yang tidak senang dengan
hal ini, yaitu Iskandar. Maka setelah mata kuliah ditutup dan dosen keluar,
Iskandar maju ke depan kelas sambil mempermalukan kami berdua didepan kelas
kepada teman-teman semua dengan kedekatan kami. Irvan tahu kalau Iskandar
memang pintar bicara dan mempengaruhi orang lain, bahkan Irvan telah meminta
maaf berulang kali dengan hal kedekatannya dengan Manda di dapatkannya dari
orang lain bukan dari sahabatnya sendiri. Namun karena keegoisan Iskandar dia
tetap mempersalahkan Irvan.
Hingga suatu malam, permasahalahan itu
datang dari mereka. Iskandar yang sedang belajar terganggu dengan suara Irvan
yang sedang menelpon Manda di ujung sana, entah karena cemburu atau apa.
Akhirnya Iskandar tidak kuasa dengan hal tersebut dan mencerikan kalau dia
sudah kedinginan diluar karena menunggu Irvan yang sedang asyik menelpon. Maka
Iskandar meminta Irvan untuk menelpon Manda malam itu juga jika tidak maka
Iskandar akan pulang dengan jalan kaki malam itu juga ke rumah. Akhirnya Irvan
menyetujui demi persahabatan mereka, setelah terhubung apa kata yang keluar
dari mulut sahabatnya itu.
“Kamu kalau malam jangan menelpon
Irvan juga, kamu tidak tahu aturan...,” dan dikhiri dengan kata-kata kasar
serta mematikan telpon itu langsung.
Disatu sisi Irvan tidak tega kalau
sahabatnya itu terjadi kenapa-napa dengan, namun sahabatnya yang lain menjadi
sedih dengan kata-kata yang tidak pantas disampaikan oleh seorang laki-laki
kepada seorang perempuan. Sebenarnya yang salah bukanlah Manda namun Irvan lah
yang menelponnya, walaupun telah dijelaskan berulang kali tetap saja Iskandar
marah. Entah karena cemburu atau tidak suka dengan kedekatan kami atau apa.
Irvan berusaha menenangkan Manda namun Manda tidak mau terima atas prilaku
Iskandar kepada Manda. Padahal sebelumnya dia tidak pernah diperlakukan dengan
kata-kata kasar oleh laki-laki, baru kali ini Iskandar berani mengatakan hal
demikian kepadanya.
Akhirnya persahabatan antara Iskandar
dan Irvan mulai retak karena kejadian demi kejadian yang membuat hubungan
mereka semakin lama semakin tidak bisa dipertahankan lagi. Apalagi dua kejadian
yang memalukan terjadi sengaja dilakukan Iskandar kepada Irvan dan Manda.
Walaupun mereka sama-sama suka kepada Manda, namun Irvan senang dengan
kejujuran Manda yang secara langsung juga menyukai Irvan ketimbang Iskandar.
Apakah karena itu Iskandar marah atau apa juga tidak jelas yang penting sejak
saat itu persahabatan mereka berubah menjadi teman biasa sama dengan hal
semula.
Namun persahabatan antara Manda dan Irvan juga menjadi retak. Bahkan mereka
jarang bertemu seperti dulu lagi, apalagi bertegur sapa, hanya sahabat dalam
dunia maya saja yaitu handphone. Hingga akhirnya menjadi sebuah jarang
sms dan bahkan untuk bertegur sapa tidak, karena Manda merasa harga dirinya telah diinjak oleh
Iskandar dengan hal yang telah mempermalukannya.
“Jika Irvan ingin menyapa Manda jangan
didepan teman-teman karena Manda tidak ingin dipermalukan lagi didepan
teman-teman,” pintak Manda.
“Iya Manda,” hanya mengiyakan karena
goresan luka yang dibuatkan dalam hati Manda adalah karena kesalahan Irvan.
Hari berganti minggu, bahkan minggu
berganti bulan dan tahun, namun hubungan mereka dari hari semakin jauh dan jauh
apalagi antara Manda dengan Irvan tidak ada saling tegur menegur lagi, walaupun
satu kelas. Akan tetapi Irvan mencoba untuk menegus namun Manda hanya berlaku
cuek dan tidak menanggapi hal tersebut. Bahkan antara Irvan dan Iskandar telah
jauh dari sebelumnya, bahkan pulang pergi ke kampus biasanya sama namun karena
kejadian tersebut tidak pernah ada lagi dan mereka mulai jauh dengan hal
masing-masing. Bahkan Irvan menemui sahabat lamanya yaitu Ariez yang menjadi
sahabat yang betul-betul menjadi persahabatan yang sejati mereka, dan senasip.
“Jika kita dekat dengan orang lain
jangan terlalu dekat, maka akan menjadi kebalikkannya, maka mulai sekarang
cobalah untuk tidak terlalu dekat,” pesan Ariez.
“Iya Riez, terima kasih banyak.
Mungkin selama ini karena terlalu dekat kami berdua hingga semua menjadi
seperti ini.”
0 komentar:
Posting Komentar