Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Selasa, 06 September 2016

KOTA SIBUK Part 3

Share

Foto : Three Brathers.


Hari minggu ini biasanya aku mengisi kegiatan dengan membantu Kak Mursal untuk melakukan berbagai kegiatannya. Hari kami berencana akan memasang salasi listrik di Baruh Bukit, dekat rimah Kak Surya. Sebelumnya aku telah membeli berbagai barang listrik yang akan dipasang nantinya. Pagi minggu itu, aku menyempatkan diri untuk mencuci bajuku yang sudah lama menumpuk. Karena sudah dua minggu ini aku tidak mencuci, tidak ada waktu untuk mencuci baju. Setiap hari kuliah walaupun masuk pagi dan keluar siang, akan tetapi sorenya kuliah lagi. Karena minggu lalu aku ada acara Sarasehan di kampus Unand jadi aku tidak sempat mencuci hari minggunya. Bagaimana harus mencuci pulangnya saja sudah malam.
Akhirnya pagi minggu itu aku harus mencuci baju dua ember menengah. Lumayan banyak, akan tetapi cukup melelahkan juga. Ternyata di tempat mencuci pakaian tersebut sudah ada adik-adikku dari asrama sedang mencuci. Kebetulan aku ada yang bisa diajak bercerita untuk menghilangkan capek mencuci banyak hari ini. Aku menargetkan pukul sembilan aku sudah selesai mencuci, ternyata benar aku melihat jam di dinding sudah pukul sembilan.

Enatah kenapa setelah mencuci aku merasakan senang, apa karena sudah selesai satu tugas ? Atau kerena tidak melihat baju yang berantakan lagi didalam ember dan bergantungan di tangga ? Mungkin itulah salah satunya. Aku mencoba membarigkan badanku untuk istirahat sejenak karena kecapekan diatas kasur santai. Tidak beberapa lama berbaring suara handphone-ku mengejutkan aku, ternyata ada pesan dari Kak Mursal untuk sarapan dulu sebelum kerja nantinya ke rumah. Hanya membalas singkat “Ok.” Lalu aku meletakan kembali handphone-ku diatas kasur.
Akhirnya aku pulang ke rumah dengan membawa satu buku bacaanku yaitu “Camar biru,” karangan Nilam Suri. Itu untuk mengisi waktu luang saja jika Kak Mursal terlambat datang dan aku bisa membaca novel tersebut terlebih dahulu. Sekitar pukul sepuluh Kak Mursal datang dan kami bersiap-siap untuk pergi ke Baruh Bukit. Berselang beberapa menit kami berangkat dan kami mampir dulu ke tempat Kak Suya untuk menjemputnya, karena kami bekerja bertiga.
Sekitar pukul empat pekerjaan kami sudah dianggap selesai dan kami kembali ke rumah. Kak Mursal mendapatkan pesan dari Bang Chin di Payakumbuh, bahwa nanti malam akan main futsal di lapangan biasa. Setelah Kak Mursal menyetujui tersebut, kami akan berangkat pukul tujuh nantinya. Kak Mursal yang terlihat lelah dan mengantuk karena bergadang semalam untuk menonton final liga champion antara Real Madrid Vs Atletico Madrid, dengan score 4-1. Real Madrid keluar sebagai juara liga champion dengan penampilan yang baik, walaupun hampir saja kalah oleh club ATM tersebut, akhirnya di ujung babak kedua dan tambahan waktu mampu menyamakan kedudukan 1-1 oleh Sergio Ramos dengan sundulannya yang indah ke sudut gawang. Babak tambahan menjadi mimpi buruk bagi ATM Bale, Marcelo, dan Cristian Ronaldo berhasil manambah keunggulan dan memastikan Real Madrid sebagai “The Winner Champion 2014 di Sporting Lisbone.”
Aku menyempatkan untuk melanjutkan membaca novel diatas bangku.
***
Setelah sholat magrib aku bergegas pulang untuk pergi ke Payakumbuh bermain futsal, karena pertandingan kali ini sedikit dadakan. Walaupun begitu kami tetap berangkat ke Payakumbuh, tepatnya di Koto Nan Ampek. Kali ini Wahyu anaknya Kak Yeni bersikeras untuk ikut, akhirnya Kak Mursal menyetujui hal tersebut. Akhirnya kami berangkat sekitar pukul tujuh lewat dan selama dalam perjalanan kami bermain tebak-tebakan bertiga.
Awalnya memang tidak ada niat untk itu, hanya memcoba menguji cara berpikir Wahyu saja dengan beberpa pertanyaan penjumlahan.
“Jika satu ekor Bangau di tambah dua ekor Kelinci sama dengan berapa Yu ?”
“MNnnnn...tiga.”
“Kok tiga ?”
“Ya satu ekor Bangau di tambah dua ekor Kelinci kan jadi tiga.”
“Terus tiganya. Apakah tiga ekor bangau atau tiga ekor kelinci ?” tanyaku lagi.
“Tiga ekor Bangau,” balasnya dengan cepat.
“Kelincinya dikemanakan Yu ?” tanyaku lagi.
“Dibuang. O...tidak bisa seperti itu Yu. Seharusnya jadinya satu ekor bangau dan dua ekor kelinci. Apakah mengerti Yu ?”
“Iya..Mengerti.”
Tiba-tiba saja Kak Mursal yang dari tadi mendengarkan kami bercerita dan awalnya fokus membawa motor jadi ingin ikut. Dia mencoba melemparkan sebuah teka-teki kepada kami.
“Bagaiamana cara gajah terbang ?” ayo siapa yang bisa.
“Dengan sayap,” Wahyu langsung menjawab.
“Salah, gajah mana ada sayap.
“Kalau diterbangkan bisa,  akan tetapi jika terbang tidak bisa,” jawabku.
“Salah, yang betulnya dengan bersusah payah.” Hehehe.
Semua kami tertawa mendengarkan jawaban konyol dari Kak Mursal dan tidak masuk akal. Sepertinya itu bukan jawabannya akan tetapi asal-asalan saja. Lagi-lagi Kak Mursal membuka pertanyaan baru.
“Dia putih, besar, panjang, jika berlari cepat. Benda apakah itu ?”
“Itu mah pocong,” jawab Wahyu dengan cepat.
“Salah pocong mana bisa lari, tapi loncat-loncat kali.”
Aku bingung mau jawab apa dan tidak tahu benda apa yang dimaksud.
“Memang benda apa itu Kak ?” dengan nada penasaran.
“Itu adalah kerena api yang pakai parban,” heheheh.
Lagi-lagi kami tertawa dengan jawaban konyol tersebut, dalam hati aku berpikir, “Mana ada karena api yang memakai parban.”
Tanpa terasa kami sudah berada di Payambuh dan sudah terlihat beberapa orang temannya Kak Irwan sudah menunggu disana. Kami berjalan menujunya dan ngobrol-ngobrol sebentar, akhirnya kami masuk ke dalam melihat pertandingan yang sedang berlangsung. Ternyata ada rombongan Milan yang bermain dengan lawan, permainan meraka sangat kompak dan menghasilkan gol-gol yang cantik. Bahkan dengan sundulan sekalipun tercipta dalam pertandingan tersebut.
Sekitar pukul sembilan kami bermain bukan di lapangan biasanya, akan tetapi kali ini lapangan sebelahnya. Bang Chin dan Kak Irwan datang terlambat kali ini, aku juga tidak tahu ada kegiatan apa mereka. Walaupun begitu kami tetap melanjutkan permainan malam ini, ternyata tidak beberapa lama Bang Chin datang dan setelah itu baru Kak Irwan.  Katanya Kak Irwan tidak bermain hari ini karena ikut bergadang nonton bola semalam.
Walaupun sempat tinggal dua gol akhirnya tetap mampu mengejar dan tertinggal jauh. Kali ini aku mulai bingung dengan hitungan wasit kali ini ada yang menyebut tiga, empat, dan sebagainya. Padahal kami rasanya sudah banyak mencetek gol akan tetapi masih saja angkanya tetap. Ternyata kali ini kami tetap kali walaupun tambahannya kami megenakan kostum baru malam ini. Ternyata tidak berarti untuk permainan kami yang mengedepankan ego masing-masing daripada kekompakan tim. Dengan warna kostum hijau lumut dan fariasi warna hitam yang mencolok.
Setelah bermain kami kembali ke Batusangkar pukul dua belas kami sudah berada di rumah kembali.




0 komentar:

Posting Komentar