Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Kamis, 22 September 2016

SEJARAH MENJID RAYA TANJUNG

Share

Gambar : Mesjid Raya Tanjung dalam masa pembangunan.

Sebuah mesjid yang berada diantara Jorong Balai Bungo dan Jorong Balai Tabuh, akan tetapi lebih tepatnya di Balai Tabuh. Lebih tepatnya berada di Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang berseberangan dengan Nagari Sungayang di sebelah barat dan selatan sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Nagari Sungai Patai serta sebelah timur berbatasan dengan Nagari Andaleh. Walaupun nagari ini kecil namun tersimpan kekekayaan alam dan cagar alam yang indah, seperti: Ngalau Soda, sarang Burung Walet, dan sebagainya.

Mesjid yang berada dipusat pemerintahan Nagari Tanjung diantaranya: Pasar sebagai pusat jual beli masyarakat nagari setiap hari Jum’at jadi pasar ini diberi nama dengan ‘Pasar Jum’at, Kantor Wali Nagari, TK Paud, SLB (Sekolah Luar Biasa), dan sebagainya. Mesjid ini diberi nama Mesjid Raya Tanjung yang berdiri pada tahun 1961. Pada awalnya tanah ini adalah bekas ladang rumput (parak umpuik) milik warga. Akhirnya tanah itu diganti dengan sawah dengan tanah tersebut kepada pemilik kebun tersebut. Tanah tersebut bukanlah tanah wakaf akan tetapi memang milik mesjid sendiri.
Awalnya mesjid ini terbuat dari kayu yang berada ditengah-tengah mesjid sekarang ini. Setelah adanya sedikit dana maka pada tahun 1990 diganti dengan bangunan permanen atau tembok sampai dengan yang kita lihat sekarang ini. Karena terkendala dengan keuangan yang minim dan juga dana yang tidak seberapa dari perantau lokal maka pembangunan mesjid ini tidak terlalu cepat pembangunannya dan hanya ansur-ansur jika ada dana.
Menurut gharin (penjaga mesjid sekaligus menjadi imam) bernama Jamaris lebih dikenal orang dengan Pak Buyuang mengatakan bahwa pembangunan yang akan dilakukan selanjutnya adalah keramik dalam mesjid dan penyelesaian tingkat duanya yang masih dalam pengerjaan tukang (pembuat bangunan mesjid). Bapak yang memiliki 5 orang anak dari seorang isteri ini selain seorang gharin juga seorang petani. Itu dilakukannya pada waktu pagi menjelang waktu zuhur masuk dengan isterinya dan terkadang dibantu oleh anaknya. Bahkan beliau mampu menyekolakan anaknya hingga tamat dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar (IAIN Batusangkar Sekarang) di jurusan Tarbiyah prodi Pendidikan Agama Islam lebih dikenal dengan PAI. Beliau sudah berada disana sekitar dua belas setengah tahun dari tahun 2002 sampai sekarang.

Mesjid ini juga di ketuai oleh Pak Erisman saat sekarang ini, pengantian pengurus ini terjadi sekali lima tahun sama dengan pengantian presiden. Bahkan sekali seminggu ada diadakan wirid Mingguan pada penghujung hari setelah shalat Asyar dan juga ada wirit sekali sebulan dengan nama Wirit Bulanan setelah shalat Maghrib. Penceramahnya didatangkan dari berbagai daerah seperti: Sungayang, Andaleh, Batusangkar, Sumanik, Sungai Tarab dan juga Ustad-Ustad lokal serta masih banyak lagi. Ada suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki setiap mesjid ini kurang salah satunya adalah Perpustakaan Mesjid. Walaupun masalah kecil namun ini sangatlah penting selain menambah pengetahuan umat juga menjadi salah satu dokumen-dokumen mesjid yang dijadikan bahan-bahan rujukan untuk ke depannya.
Ada peristiwa yang sangat mengesankan yang menjadi peristiwa hebat dalam pembangunan mesjid ini, yang pertama terjadi pada tahun 1979. Terjadi galodo atau air besar meluap ke daratan pada malam hari jam 01.00 WIB, walaupun tidak memakan korban jiwa namun air bah itu masuk ke mesjid dan merendam bangunan mesjid setinggi betis orang dewasa. Hal ini mengakibatkan semua karpet mesjid kotor dan harus dicuci, ini dilakukan secara gotong royong warga. Namun pada tahun 2009 hal serupa terjadi kembali yaitu galodo kedua pada jam 07.50 WIB itu orang sedang dalam perjalanan bekerja dan pada jam sekolah pagi itu. Air bah itu semakin tinggi dari awalnya yaitu setinggi dada orang dewasa masuk ke dalam bangunan mesjid dan bahkan Pak Gharin-nya harus dikeluarkan dengan benen besar. Terlihat air besar menghanyutkan apa saja yang ada didepannya baik itu kayu, sampah, bangunan, dan juga ternak kambing yang berada didekat selo (sungai atau kali). Selain itu jembatan yang menghubungkan antara Jorong Balai Bungo dan Jorong Balai Tabuh itu hampir di tenggelamkan air karena ada batang kayu yang ikut terbawa arus air itu menutupi aliran air sehingga air tersebut berubah arah ke rumah penduduk. Bahkan menghancurkan dinding rumahnya meninggalkan banyak pasir di dalam bangunan mesjid. Maka setelah air mulai stabil dan semua warga ikut serta dalam membersihkan mesjid baik di dalam dan di luar bahkan dibantu oleh beberapa anak sekolah seperti: MAN 1 Batusangkar, SMPN 1 Sungayang, dan juga anak-anak SD.

Referensi : Jamaris (Pak Buyuang) selaku gharin di Mesjid Raya Tanjung.

0 komentar:

Posting Komentar