Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 20 Desember 2015

LUKISAN DIKOLONG LANGIT

Share

Pagi ini seperti biasa aku pergi ke kampus seorang diri mengendarai sepeda motorku. Aku berjalan menembus dinginnya pagi ini, walaupun sedikit terlambat akan tetapi aku tetap semangat mengejar waktu yang tersisa. Dengan kecepatan 100km/jam aku meluncur ke kampusku STAIN Batusangkar. Hanya beberapa menit akhirnya aku sampai di kampus sekitar sepuluh menit dengan jarak 12km.
Walaupun aku terlambat akan tetapi aku memiliki kata-kata yang terus membuatku semangat hingga hari ini. Kata-kata tersebut masih aku pengang dan selalu tumbuh dalam jiwaku dan selalu terlihat di kolong langitku. Akhirnya aku hanya terlambat beberapa menit dan masih dibolehkan untuk masuk ke dalam kelas oleh dosen. Beberapa menit berlalu kuliah pertamaku telah berakhir dan aku berencana akan membantu sahabatku Manda mencarikan buku di perpustakaan hari ini.
“Jadi kita berangkat ke perpustakaan Manda ?” sambil berdiri di depannya.
“Ok, yuk,” sambil berjalan di depanku.
Aku berjalan di samping dan melihatnya bahagia hari ini, entah apa aku juga tidak tahu yang penting dia bisa tertawa dan bahagia. Aku sebagai sahabatku senang bisa melihat sahabatku bahagia walaupun aku tidak akan pernah bisa membuatnya bahagia untuk hari-hari selanjutnya. Kami berjalan menuju perpustakaan melewati Gedung F dan hanya berselang beberapa menit kami telah berada di depan pintu perpustakaan. Setelah meletakkan tas di dalam lemari penitipan dan kami mask ke dalam perpustakaan menuju sebelah kiri perpustakaan.
Aku mencari beberapa buku Ekonomi Makro untuk bahan makalah minggu depan. Beberapa saat kemi sibuk membolak-balikkan satu per satu di rak buku. Kami menemukan beberapa yang bisa dipinjam dan menjadi referensi kami dalam pembuatan makalah nantinya.
Kami memncoba istirahat di belakang perpustakaan, dan duduk sambil bercerita-cerita disana.
“Sudah berapa lama kita bersahabat dan Manda terus memperhatikan Van, padahal Manda sering membuat Van kerepotan dan membuat Van sakit hati dengan tingkah Manda yang terkadang sering cuek,” Manda memulai membuka pembicaraan.
“Itu biasa saja kok Manda namanya manusia tidak selalu baik dan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita mau, walaupun Manda sering begitu dan Van merasa itu hanyalah sesaat tidak bertahan lama,” balasku.
“Terima kasih atas pengertiannya Van, kita sahabat sepertinya banyak yang tidak setuju dan tidak menyukai kedekatan kita, ada beberapa orang dari teman-teman Van yang tidak langsung terdengar oleh Manda.”
“Apa yang Manda dengar ?” dengan wajah penasaran.
“Mereka bilang kalau Van dekat dengan Manda sangat berbeda dengan kedekatan Van dengan Rahmi. Dulu Van sering belajar bareng denganya akan tetapi tidak dengan Manda. Manda tidak sehebat dia Van ?”
“Van tahu kok kalu dia memang pintar akan tetapi Van memiliki sahabat yang jauh lebih baik walaupun di satu sisi Manda memiliki kekurangan dan disatu sisi memiliki kelebihan yang tidak pernah orang tahu, Van mencoba belajar dari setiap permasalahan yang ada Manda,” aku mencoba memberikan penjelasan.
“Nampaknya Van masih memengang kata-kata yang dulu pernah Van ucapkan kepada Manda ?”
“Iya Manda kata-kata itu tidak akan pernah hilang dalam diri Van dan akan terus tumbuh dan bersemi dalam jiwa Van. Semua itu telah Van lukiskan di kolong langit Van dan terus terlihat setiap kali Van melewati kolong langit itu. Semua cita-cita Van telah digantungkan semuanya disitu. Semua mimpi-mimpi Van telah digantungankan disana. Semua akan Van gapai ke kolong langi itu. Sebuah lukisan yang terlihat jelas dan indahnya sampai hari ini adalah, “Manjadda Wajada.”
“Semoga semua mimpi-mimpi Van tercapai hendaknya, dan Manda salut atas keteguhan janji Van.”
“Sama-sama saja Manda, mari kita mengapai semua mimpi-mimpi kita. Jika Manda buth bantuan jangan sungkan-sungkan mintak bantuan kepada Van, selagi Van bisa Van usahakan.”
“Iya Van, tapi benar ya Van akan selalu bantuin Manda.”
“Insya Allah Manda, sebentar lagi kita akan masuk kelas Manda. Ayo kita masuk lagi.”
“Ya Van, terima kasih sebelumnya Van.”
Akhurnya kami berjalan menuju Gedung G melewati pinggiran jalan belakang gedung H dan hanya berselang beberapa menit kami telah bergabung dengan teman-teman yang lain di dalam kelas. Sambil menunggu dosen aku beristrirahat dibangku sambil bercerita-bercerita dengan teman-teman lain. Pelajaranku kali ini dua SKS dan membtuhkan waktu sekitar sembilan puluh menit untuk itu. Setelah peljaran mendekati penghujungnya dan ditutup dengan pembacaan alhamdulillah. Aku mengantarkan Manda ke depan kosnya.
“Terima kasih ya Van, hati-hati dijalan Van,” sambil berdiri di dekatku.
“Sama-sama Manda, insya Allah. Van pulang dulu Manda,” sambil meng-gas motorku.
Manda hanya mengangguk dan berjalan ke kosnya sampai tidak terlihat lagi dibalik sebuah pagar. Aku langsung memilhay ke depan kembali setelah mepercepat lagi motorku.

0 komentar:

Posting Komentar