Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Senin, 28 Desember 2015

AIR ASIA QZ8501

Share


                                                      Gambar :Air Asia QZ8501
Seseorang perempuan yang sering menghabiskan waktunya dengan merenung, dia yang biasanya dikenal seorang gadis periang dan secara tiba-tiba merubah drastis. Entah kenapa yang membuat dirinya seperti itu, apakah sedang ada permasalahan atau bagaimana, biasanya dia tidak pernah seperti ini. Atau barangkali karena seminggu lagi dia akan pergi ke Singapura untuk beberapa hari dan takut akan meninggalkan kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah beberapa kali membangunkan anak satu-satunya mereka dari renungannya. Namun, tetap saja dia tidak mau bercerita kenapa dia seperti itu kepada kedua orang tuanya. Terkadang kedua orang tuanya merasa prihatin dengan kelakuan anak kesayangan mereka dan takut kalau terjadi sesuatu kepada anak semata wayang mereka.

Biasanya rumah mereka tidak pernah absen dengan suara riang anak mereka, jika anak mereka pergi ke kantor mereka rindu dengan kehadiran dan suara riang sang anak. Memang orang tua tidak pernah lupa dan memperhatikan anak mereka. Walaupun perubahan tingkah laku sedikit saja mereka sudah tahu dan dapat menebak-nebak kejanggalan yang terjadi pada anak mereka. Anaknya yang baik hati, suka membantu sesama yang membutuhkan bantuannya, serta berbakti kepada kedua orang tuanya. Dia juga bekerja pada sebuah perusahaan asing yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Sepertinya biasa Nisa pagi-pagi sekali sudah bangun dan melaksanakan shalat Subuh, mandi dan baru membantu Ibunya di dapur untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Walaupun demikian dia tidak pernah merasa keberatan dapat membantu kedua orang tuanya, disamping pekerjaannya sehari-hari di kantor.
Pagi-pagi sekali dia sudah mulai berjalan dan naik angkot ke kantornya, namun hari ini suatu kejadian yang tidak terduga terjadi. Dia melihat seorang nenek tua yang diserempet sebuah sepeda motor, karena dia berada tidak jauh dari tempat kejadian langsung saja membawa Si Nenek ke tempat yang aman dan membantu memberikan pertolongan pada tangan dan lutut Si Nenek yang luka memar akibat terkena aspal. Namun orang yang membuat Si Nenek terjatuh tersebut langsung pergi dengan kecepatan tinggi karena melihat orang-orang yang sudah ramai berdatangan. Kedua wanita itu dikelilingi oleh orang-orang yang berdatangan itu dan memcoba membantu Si Nenek sampai semua baik kembali. Baru melanjutkan perjalanan ke kantornya, namun dia harus membayar dengan keterlambatannya datang ke kantor hari ini. Namun dia tidak pernah merasa kecewa dengan keterlambatannya datang ke kantor hari ini karena pada hari ini tidak begitu banyak pekerjaan yang akan dilakukannya. Beberapa menit saja Nisa sudah berada di depan kantornya dan berjalan menuju pintu masuk.
“Pagi Buk Nisa,” sapa seorang Sappam sambiltersenyum di depan pintu.
“Pagi juga Pak Tito,” sambil membalas dengan senyuman manis.
“Kenapa hari ini telat datangnya Buk ? Biasanya datang lebih awal.”
“Maaf Pak Tito, tadi jalanan sedikit macet,” sambil berjalan memasuki kantor.
Terlihat sudah banyak yang hadir dan hanya dia yang baru datang. Akan tetapi dia tetap memberikan senyuman dan menyapa karyawan-karyawan yang ada walaupun sedikit tergesa-gesa untuk datang ke kantor. Dia masuk ke dalam ruangannya dan disana sudah ada teman seruangannya sedang asyik dengan kegiatannya.
“Hay...Cha, kok tumben telat datang hari ini ? Menyelesaikan laporan yang belum selesai kemarin ya ? Makanya telat bangun paginya,” sela Nita teman seruangannya (panggilan khas temannya).
“Ngak juga Ta, kemarin sebelum pulang laporannya sudah selesai. Tadi sedikit macet di jalan dan membantu Si Nenek yang diserempet sepeda motor yang pergi meniggalkan Si Nenek yang terjatuh begitu saja, makanya telat datanganya.” mencoba menjelaskan.
“O,,,begitu Cha. Bagaimana persiapanmu tentang keberangkatan kita nanti ?”
“MNnnnn...belum ada persiapan Ta, memangnya kamu sudah ada persiapan ?”
“Belum juga sih, namun kemarin aku melihat informasi penerbangan ada tiket pesawat yang murah loh,” mencoba memberi informasi.
“Bayarin aku sekalian dulu ya Ta, memang pesawat apa itu ?”
“Ok Cha, pesawat Air Asia QZ8501.”
“Gapapa yang penting kita bisa bersama Ta,” sambil tersenyum.

Percakapan berakhir dengan kegiatan-kegiatan mereka masing-masing, namun semua berlalu dengan cepatnya. Bahkan waktu pulang mereka berpisah di depan kantor menuju rumah masing-masing. Sebenarnya jarak antara rumahnya dan kantor tidak terlalu jauh dan hanya sepuluh menit di atas kendaraan. Jika tidak macet dan terjadi apa-apa, namun hal-hal yang tidak terduga terkadang dapat menghambat perjalanannya.
Seperti biasa sesampai di rumah Nisa menyegarkan tubuhnya dengan air dan melaksanakan shalat Magrib. Kebiasaannya setelah shalat Magrib yaitu mengaji sekitar satu sampai dua lembarnya, baru melaksanakan makan malam bersama kedua orang tuanya di meja makan. Setelah semuanya berkumpul di meja makan, mereka tidak banyak berbicara saat makan malam bersama berlangsung. Namun beberapa menit berlalu, makan malam mereka berakhir dan beberapa saat Ibu dan anak semata wayangnya itu membersihkan piring-piring kotor dan yang lainnya di atas meja. Setelah semua berkumpul kembali di meja itu.
“Apa yang kamu pikirkan belakangan ini Sa ?” Ibunya membuka pembicaraan.
“Tidak ada Bu, hanya kelelahan saja setelah pulang kantor,” mencoba menyela.
“Sesuatu itu jangan disembunyikan sendiri Nak, mana tahu kami dapat membantu. Kami ini adalah orang tuamu, dari kecil sampai dewasa ini kami membesarkanmu. Kami hafal betul sikapmu jika asing sedikit bagi kami, kami tahu itu Nak,” Ayahnya mencoba menambahkan.
“Sebenarkan hal ini sudah Sa ceritakan tiga hari yang lewat kepada Ayah dan Ibu. Namun Sa merasa kawatir saja meninggalkan Ayah dan Ibu untuk beberapa hari. Entah kenapa tiba-tiba saja perasaaan Sa tidak enak dan merasa Sa tidak bisa lagi melihat serta bertemu Ayah dan Ibu lagi,” sambil meneteskan air matanya.
“Jika itu yang kamu pikirkan anakku, kami disini akan baik-baik saja. Lagipula setiap hari kamu bekerja dan kamu juga butuh refresing atau penyegaran pikiranmu lagi. Kami akan selalu berdoa kamu akan....,”pembicaraan Ibunyaterhenti.
Kreakkkkk....kreakkkk.......kreaakkkkkkk (getaran handphone Nisa di atas meja)



Tiba-tiba saja ada panggilan masuk dari temannya Nita.
“Sebentar Yah, Bu ada telpon dari teman sekantor Sa yaitu Nita,” sambil berjalan ke kamar.
“Lanjut saja Nak, Ayah mau  nonton dulu di ruang keluarga,” sambil berjalan.
“Ya, Ibu juga akan menyelesaikan piring-piring yang kotor tadi.”
Beberapa saat mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing sedangkan pembicaraan mereka terputus karena telpon masuk dari temannya.
“Ada apa Ta ? Tumben nelpon mendadak seperti ini ?”
“Begini Cha, tadi aku sudah pesan dua tiket untuk kita ke Singapura nanti. Kita nantinya akan terbang bersama pesawat yang aku sampaikan di kantor tadi. Sepulang kantor aku langsung membeli tiket dan kita akan berangkat tanggal 28 Desember 2014, tepatnya padahari Minggu.”
“Baiklah Ta, mari kita siapkan beberapa perlengkapan untuk liburan nantinya,” sambil tertawa senang.
“Ya Cha, jangan sampai ada yang tertinggal. Jika tertinggal kamu jalan kaki saja menjemputnya,” sambil membalas tawa temannya.
“Iya iya, kamu juga Ta.”
Nisa terlihat sibuk mempersiapkan apa-apa saja yang akan dibawa nantinya. Beberapa pakaian yang akan dipersiapkan di keluarkannya semua dan memulai dengan menyetrika pakaiannya. Hanya tinggal dua hari lagi sebelum perjalanan liburan mereka benar-benar akan berlangsung. Sekitar pukul sebelas malam baru Nisa menyelesaikan menyetrika pakaiannya dan merasa kepalanya mulai berat dengan rasa mengantuk. Dia menghempaskan badannya ke kasur dan hanya beberapa menit saja dia sudah asyik dalam tidurnya.
***
Saat Nisa berjalan-jalan dengan temannya ke suatu tempat, entah kemana yang pasti berjalan di tengah-tengah pasar yang ramai dengan orang-orang berlalu lalang. Akan tetapi dalam perjalan tersebut dia melihat seorang anak yang sedang bermain dengan mainannya. Terlihat anak itu sedang asyik dengan mainan baru yang dibelikan Ibunya, ternyata mainan itu adalah sebuah pesawat terbang. Anak itu berlari ke sana ke mari sambil memengang mainan pesawat barunya, namun entah kenapa tiba-tiba saja kaki anak itu tersandung dan terjatuh ke genangan air becek. Anak itu menangis karena merasa kesakitan dan cepat saja Ibunya mendiamkan anak itu, namun tidak dengan pesawat mainan anaknya yang rusak karena terjatuh ke batu. Terlihat sebelah sayapnya patah dan badan kapal tersebut.
Ternyata apa kejadian disaksikan Nisa itu hanyalah sebuah mimpi, suara azan yang merdu membangunkannya dari mimpi yang entah apa arti dari mimpi tersebut. Dia berjalan mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Subuh, di luar sudah terdengar suara Ibu yang sedang sibuk bekerja di dapur. Karena hari ini sudah mulai libur Nisa hanya bersantai-santai membantu Ibu di dapur dan siang nantinya akan ke pasar untuk membeli segala persiapan ke Singapura nantinya. Matahari yang sudah mulai memperlihatkan keperkasaannya pada seluruh alam, terlihat Nisa sedang menyapu pekarangan rumahnya dan mencabut rumput. Sedangkan Ayahnya mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke sawah. Tidak beberapa lama Ayahnya sudah selesai dan akan menuju ke tempat dia bekerja sehari-hari.
“Ayah mau pergi ke sawah dulu Nak, jaga rumah baik-baik ya Nak dan bantu Ibu di dalam,” sambil mendekati anaknya.
“Iya Yah, hati-hati saja Yah,” sambil mencium tangan Ayahnya.
Sekitar pukul sebelas Nisa bersiap-siap untuk pergi ke pasar dan akan mempersiapkan apa yang akan dia butuhkan nantinya. Sekitar dua jam kemudian Nisa sudah kembali ke rumahnya dan membawa beberapa kantong belanjaan di tanganya.
***
28 Desember 2014
Minggu pagi itu semua keperluan sudah dipersiapkan dan hanya tinggal berangkat saja ke Bandar Udara Internasional Juanda. Maka Nisa bersalaman dengan kedua orang tuanya dan berpelukan seperti pergi untuk selama-lamanya. Tidak bisa ditahan ketiga orang itu menangis dan seakan-akan kedua orang tuanya berat untuk melepaskan kepergian sang anak tersebut. Lain halnya dengan Nisa, dia merasa kakinya terasa sangat berat untuk meninggalkan kedua orang tuanya dan kampung halamannya. Beberapa saat sbelum kepergian anak semata wayangnya, ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan kedua orang tua tersebut. Namun mereka kawatir akan membuat anaknya merasa tidak tenang dengan perjalanannya ke Singapura nantinya, maka mereka hanya memendam hal tersebut dalam-dalam.
“Hati-hati saja di jalan Nak, jangan lupa akan-Nya,” sambil menangis danberpelukan.
“Iya Bu, doakan saja agar Sa selamat sampai disana,” menangis tersedu-sedu masih  dalam pelukan Ibunya.
“Iya Nak, kami selalu berdoa untukmu.”
Perpisahan antara anak dan kedua orang tuanya di sertai suasana yang mengharukan harus berakhir dangan perjalanan Nisa ke bandara. Maka pagi itu juga mereka berpisah dan Nisa masih terlihat sedih dan merasa ada hal buruk yang akan menimpanya.
“Apakah ini hanya perasaan saja ? Apa arti dari mimpinya semalam ?” perdebatan hatinya terus menghantui.
Namun Nisa cepat membuang rasa tersebut karena Nita sudah terlihat di depan Bandar Udara Internasional Juanda.
“Sudah dari tadi Ta,” sapa Nisa.
“Baru saja sampai, ayo kita check-inke dalam,” sambil berjalan masuk.
“Ayo,” sambil membawa tasnya.
Sekitar pukul 05.35 WIB mereka sudah berada di atas pesawat Air Asia tersebut, namun dalam hati Nisa masih saja terbayang akan mimpinya dan merasa hal aneh akan terjadi. Sekali lagi dia menepis rasa takut dan kawatir tersebut sambil merebahkan badannya ke sandaran kursi dan membaca sebuah majalah yang di sediakan. Akhirnya pesawat lepas landas dan terbang menuju Singapura, namun terlihat cuaca yang sedikit tidak bersahabat dan pilot menghindari awan kumulonimbus. Pesawat yang berpenumpang 162 orang termasuk kru pesawat, diantaranya 144 dewasa dan 17 anak-anak serta satu balita itu terbang membelokan pesawat demi menghindari awan yang berbahaya tersebut.
Terlihat beberapa penumpang sudah terlelap dalam tidur ngeyaknya termasuk Nisa dan temanya. Suasana di pesawat yang sangat hening dan tenang. Akan tetapi tiba-tiba saja pesawat oleng dan entah kesalahan system atau apa serta tidak mampu dikendalikan oleh seorang pilot. Namun teriakan-teriakan semakin terdengar dan membangunkan Nisa dan Nita tersebut. Terlihat Nisa membaca sesuatu dalam hati dan memegang tangan temannya. Namun temannya terus berteriak karena merasa takut.
Braaeekkkkkkkkkkkk......................
Tiba-tiba saja pesawat itu meluncur ke lautan dan diperkirakan jatuh di Pesisir Belitung dan Kalimantan.
Beberapa menit berlalu, nafas Nisa semakin sesak karena air sudah terlalu banyak masuk ke mulutnya dan begitu juga temannya. Sedangkan satu persatu penumpang pesawat tersebut sudah terdiam satu demi satu. Suara teriakan yang memekakan telinga tidak terdengar lagi dan dalam hati Nisa hanya berdoa serta berpesan kepada kedua orang tuanya.
“Selamat tinggal Ayah dan Ibu, maafkan segala dosa Nisa selama ini, Sa mencintai Ayah dan Ibu karena Allah Swt,” sambil memejamkan mata.
Maka semua penumpang disana sudah tidak bernyawa lagi. Entah di kedalaman berapa pesawat itu di dasar laut. Namun, Ibu Nisa di rumah saat pesawat itu akan terjatuh gelas yang dipengangnya tiba-tiba saja jatuh ke lantai dan pecah. Dia merasakan hal yang buruk terhadap pada anak semata wayangnya. Jika diperkirakan pesawat itu akan sampai pukul 08.30 WSS (waktu di Singapura), namun Allah berkata lain.
Maka siang itu juga berita tersebut melalui media masa dan media eletronik tentang kecekaan pesawat Air Asia QZ8501 di sekitar Perairan Belitung dan Kalimantan yang di dapatkan dari pengakuan seorang nelayan yang melihat pesawat itu terbang rendah dan jatuh ke dalam laut.
Namun apa hendak dikata, kedua orang tua Nisa hanya merelakan kepergian anak semata wayangnya dan secepat mungkin dapat di temukan jenazahnya. Kedua orang tua Nisa berpelukan dan berdoa kepada Allah Swt.
“Ya Allah tempatkanlah dia di tempat yang sebaik-baiknya dan semoga Badan SAR Nasional dan batuan Negara Singapura, Autria, India dan yang lainnya dapat menemukan jenazah anaknya dan semua penumpang. Amien.
Hari yang berdukacita bagi semua pihak keluarga peumpang Air Asia QZ8501 tersebut dan beberapa warga negara Korea Selatan, Francis, Malaysia, Singapura, dan Britania Raya. Walaupun secara umum di dalam pesawat tersebut adalah warga negara Indonesia.

Catt: Semoga cerita pendek ini memberikan tempat yang lebih baik bagi yang sudah tiada di sorga sana hendaknya. Amin.








0 komentar:

Posting Komentar