Gambar : Perkemahan di pinggiran hutan. |
Tidak kusangkah akan menerima tawaran
sebagai panitia workshop pelatihan kepenulisan dari sahabatku. Awalnya aku
memang menolak ajakan baiknya akan tetapi setelah berpikir-berpikir dan tidak
ingin dia kelihatan sibuk dengan kegiatan itu. Akhirnya aku menerima tawaran
sebagai panitia di organisasi tubuh jendela setelah beberapa hari
memikirkannya. Aku sebagai sahabatnya tidak tega melihat seorang wanita terlalu
sibuk kesana-kemari mengunjungi tempat-tempat yang sangat jauh. Apalagi kegiatan
ini lingkup sekolah SMP dan SMA se-kabupaten Tanah Datar. Bukan hanya pekerjaan
ringan dan mudah apalagi untuk seorang wanita.
Setelah menerima tawaran itu, tidak
beberapa hari datanglah panitia dari Padang yang sengaja ke Batusangkar
mengantarkan surat-surat yang dibutuhkan untuk acara tersebut. Setelah acara
itu batal diadakan di Lintau Buo, tepatnya Lapangan Petinggi Nagari Tigo Jangko.
Maka dipindahkan ke daerahku di Sungayang, di Lapangan Bola Kaki Badinah Murni,
Nagari Minangkabau. Tempat kegiatan itu dipindahkan karena beberapa halangan
yang akan terjadi nantinya dan tempat yang baru ini untuk tempat, air bersih,
dan tempat sholat yang cukup memadai disini.
Panitia yang datang dari Padang itu
ada tiga orang. Mereka datang dari malam dan sudah keliling Sungayang-Lintau
beberapa kali hingga harus berhenti di Lintau karena kehabisan bensin dan
menginap di salah satu Mesjid disana. Aku sebenarnya sangat kasihan melihatnya
sudah kehabisan besin dan kedinginan bahkan itu sangat jauh lagi. Akan tetapi
mereka datang tetap dengan wajah yang semangat dan tersenyum saat menemuiku di
Minangkabau.
Mereka diantaranya; Bang Riyon,
Khairul sebagai ketua kegiatan, dan Roni sebagai humas di Padang. Setelah
surat-surat tersebut kuterima mereka pergi ke Payakumbuh ke tempat Khairul terlebih
dahulu. Hari ini sahabatku Vinda datang siang dan kami bertemu di Simpang
Kantor Camat Sungayang. Beberapa menit dia menunggu akhirnya aku datang. Dia
mengenakan pakaian batik cokelat dan celana hitam dan senyuman kas yang selalu
manis di wajahnya.
Disebuah Pos Ronda kami harus berhenti
karena hujan deras yang menyambut kedatangan sahabatku siang ini. Disana kami
membagi-bagi undangan yang akan disebarkan dan lengkap dengan brosurnya di
dalam amplot tersebut. Vinda membagi daerah Batusangkar, Sungayang, Lintau,
Sungai Tarab, Padang panjang dan X Koto, Tanjung barulak, Salimpaung dan
Malalo.
Beberapa gumpalan gunung amplot
terlihat menumpuk. Sahabatku hanya membagikan sekitar daerahnya Tigo Jangko,
Lintau dan semua yang tinggal adalah bagianku. Hujan yang semakin deras tidak
menghalangi langkah kami untuk terus berjalan ke sekolah-sekolah di sekitar
Sungayang membagikan undangan ini.
Aku sengaja membeli sebuah mantel
khusus untuk sahabatku agar dia tidak basah kehujanan. Aku sengaja mengambil
sekolah yang paling ujung terlebih dahulu dan itu juga sekolahku dulu yaitu
MTsN Sungayang. Setelah sampai dan memarkir kan motorku di gerbang sekolah kami
masuk ke dalam ruangan Tata Usaha.
“Assalamu alaikum, Buk,” ucap temanku
Vinda mendekati salah seorang guru dan aku mengikuti dari belakang.
“Wassalamu alaikum Nak, silahkan
masuk. Ada gerangan apa kesini ya Nak ?” yang masih penasaran dengan kedatangan
kami.
Aku sengaja memberikan kesempatan
bicara kepada Vinda dahulu agar kutahu dan belajar kepadanya cara melobi serta
menginformasikan kegiatan ini kepada orang lain.
“Maaf sebelumnya Buk, kami dari
Organisasi Tubuh Jendela akan mengadakan Workshop pelatihan kepenulisan di
Lapangan Petinggi Nagari Tigo Jangko, Lintau. Acaranya selama tiga hari mulai
dari tanggal 31-2 Februari nanti,” sambil menyerahkan amplot undangan peserta.
“O...ya Buk, untuk tempatnya.
Berkemungkinan akan dialihkan ke lapangan Badinah Murni, Sungayang. Nanti kami
informasikan melalui nomor yang telah Ibuk kontak nantinya. Dan tanggal
pendaftaran terakhir tanggal 26 Januari.”
“Mn...Mn,” dengan anggukan kecil.
“Organisasi ini berpusat dimana,”
desakan guru tersebut.
“Organisasi ini berpusat di Marapalam,
Padang Buk.”
Sekali lagi Ibuk itu hanya mengangguk
kecil bukti kalau dia mengerti. Sebelum kami beranjak dari sekolah itu.
“Terimakasih sebelumnya Buk, kami
tunggu komfirmasinya secepatnya.”
“Iya nanti kami informasikan ke nomor
yang ada disini.”
Setelah berpamitan dengan guru-guru
yang ada kami berangkat meninggalkan sekolah tersebut dan melangkah kembali
ditengah hujan yang masih turun. Perjalanan selanjutnya ke Pondok Pesantren M.
Thaib Umar. Lagi-lagi aku biarkan Vinda yang berbicara dengan seorang guru
kenalannya di Pondoknya dulu. Dengan proses yang sama dia mengatakan semua informasi
yang ada hingga membuat lawan bicaranya merasa jelas dan paham. Selanjutnya
kami melangkah menuju MAN 1 Batusangkar, SMPN 1 Sungayang dengan cara dan
proses yang sama. Tanpa terasa waktu zuhur pun masuk dan kami sholat di salah
satu mesjid di Al-Huda, Taratak Indah, Sungayang. Langit siang mulai tersenyum
dan kelihatan cerah setelah beberapa menit sholat dan berdoa. Kamipun
melanjutkan perjalanan kami ke SMPN 3 Sungayang dan dua sekolah di Batusangkar.
Hari semakin siang dan kamipun belum
makan dari pagi. Kami akhirnya melangkah ke salah satu warung bakso di pasar
Batusangkar sambil istirahat disana. Kami membahas perjalan tadi disana dan
beberapa hal yang lain hingga pesanan datang. Beberapa menit berlalu makan
siangpun berakhir tubuhku terasa senang dan bersemangat lagi. Akan tetapi waktu
siang sekolah sudah mulai berakhir dan para guru-gurupun kembali ke rumah
masing-masing.
AKu antarkan Vinda ke sebuah mobil
yang akan mengantarkannya pulang ke Lintau sore ini. Baru aku kembali ke rumahku
setelah berpamitan dengannya. Aku melaju ke dengan motorku menuju Sungayang
untuk istirahat menyimpan tenaga untuk dua hari lagi karena besok semua sekolah
libur tanggal merah.
Pagi-pagi sekali aku telah bangun dan
bersiap-siap mengantarkan surat undangan yang akan dibagikan ke
sekolah-sekolah. Hari ini aku membagikan sekolah disekitar daerah Batusangkar
hingga semua sekolah yang tertera dapat aku selesaikan sebelum guru-guru
pulang. Walaupun ditengah hujan yang terus menguyur akan tetapi tidak
mematahkan semangatku dan mengingat waktu sekolah yang begitu pendek hari
setengah hari saja.
Hari selanjutkan saya berangkat ke daerah
Sungai Tarab. Astagfirullah jarak sekolah dengan sekolah sangat jauh dan
jalanan yang berbahaya hingga membuatku merasa kelelahan. Akan tetapi aku tidak
mau menyerah dengan rintangan tersebut dan terus melangkah walaupun ada
tanggapan yang tidak enak kuterima diantara para guru-guru yang menerima surat
undangan itu.
Hari selanjutkan aku ke Salimpaung dan
menyelesaikan bagian tersebut hingga sekolah-sekolah jauh sekali pun. Akan
tetapi ada sebagian guru yang merespon baik dan ada sebagian guru yang merespon
tidak baik. Belum lagi aku jelaskan tentang acara tersebut guru itu langsung
memberikan jawaban bahwa “Sekolahnya tidak akan mengikuti acara tersebut karena
mengingat dana sekolah dan siswa kami ada acara lain di hari itu.”
Aku rasa itu hanya alasan guru
tersebut menjawab sesuka hatinya saja. Aku hanya mengelus dada menerima ucapan
guru-guru tersebut. Harusnya dia menjawab dengan jawaban yang menyenangkan hatiku
biarkan perjuanganku ke sekolah ini bisa terobati. Karena aku datang jauh-jauh
membutuhkan pengorbanan dan memakan banyak waktu ku untuk kegiatan ini. Tapi
semua jawaban itu kuanggap angin lalu karena aku tidak ingin membuat sahabatku
kecewa dengan semua yang telah aku lakukan.
Hari berikutnya ke Lintau, Malalo,
Padang Ganting, Padangpanjang dan X Koto hari terakhirku menjalankan surat
udangan. Badanku terasa capek dan lelah setelah selama seminggu ini berjalan jauh
ke berbagai sekolah-sekolah yang kutuju di Tanah Datar ini. Melewati panas dan
dinginnya cuaca yang mengengat, hingga tanya disini tanya sana untuk mendapatkan
informasi dimana sekolah tersebut. Syukur-syukur kalau sekolahnya dipinggiran
jalan raya akan tetapi banyak sekolah yang jaraknya beberapa kilometer dari
jalan raya. Bahkan ada sekolah yang tidak kebagian undangan yang aku lewati
hingga mengharuskan aku menulis ulang sekolah tersebut.
Terkadang memang mendapatkan jawaban
yang bisa mengobati keletihan dan buruknya aku mendapatkan komentar pedas dari
berbagai guru di sekolah tersebut hingga membuatku merunduk dan mengiyakan
semua itu. Akan tetapi batinku didalam berkata dan merontak dengan perlakuan
guru-guru tersebut kepadaku. Akan tetapi kucoba untuk mengendalikan hatiku agar
tidak melawan semua perkataan guru-guru tersebut. Selama seminggu ini aku telah
mengunjungi 85 sekolah se-Kabupaten Tanah Datar mulai dari SMP, SMA dan Podok
Pesantren.
Bahkan di sela-sela kesibukan hingga
siang dan malamku mengunjungi Bapak Wali Nagari, Bapak Wali Jorong dan menemui
pemilik Kedai galon isi ulang untuk meminjam galon dan air bersihnya untuk
kegiatan nantinya. Lagi-lagi aku harus kembali kesini-kesana dan mencari tempat
yang bisa memberikan pinjaman lampu nantinya. Dan sampai mengurus tenda barak
ke berbagai tempat. Pergi ke Pagarung ke Batusangkar kembali ke Pagaruyung.
Terkadang orang yang kucari hari ini tidak masuk dan harus ku temui besoknya
lagi membuatku merasa letih dan terkadang kehilangan semangat.
Sahabatku Vinda, dan Kak Maira serta
panitia lain memberikan semangat kepada tak kunjung padam. Walaupun badan ini
terasa letih dan lelah akan tetapi dengan semua semangat tersebut aku merasa
badanku kembali sehat dan bersemangat.
AKu juga harus mengurus dan meminta
donatur dari setiap Caleg yang ada di sekitar acara kegiatan. Terkadang memang
nasipku yang mujur mendapatkan orang yang baik dan mendukung acara ini serta
memberikan sumbangan walaupun mereka tidak meminta proposal sama sekali. Alhamdulillah
aku bisa mengumpulkan Rp 640.000 dari
berbagai donatur yang ada di berbagai tempat. Walaupun harus menunggu lama
hingga dana tersebut cair dan bolak balik ke rumahnya pagi dan malam menemuinya
akan tetapi rasa capekku hilang karena beberapa uang yang diberikan untuk sumbangang
demi kesuksesan acara tersebut.
Aku juga mendapatkan hal yang tidak
meyenangkan selama menjalankan proposal. Aku menunggu berjam-jam dan hasilnya nihil
dan membuat banyak waktu aku habis hingga membuang proposal ke tempat bangunan
megah tanpa memberikan dana sedikitpun kepadaku.
Walaupun ada hal yang kurang senang kudapatkan
dari melakukan kegiatan ini dan ada juga hal yang mebuatku senang. Aku bisa
mendapatkan teman baru, sabahat dan kenalan baru bahkan tempat baru. Dan
akhirnya acara tersebut batal diadakan di Batusangkar karena tidak ada peserta
yang mendaftar hingga tanggal ditentukan. Aku kecewa padahal aku telah berjuang
mati-matian hingga mengorbankan semua waktuku terbuang selama dua minggu ini
mengurus ini itu. Dan hasilnya pun tidak membuahkan hasil yang diharapkan
hingga akhirnya tubuh ini merontak dan merasa kelelahan hingga kegiatan itu
datang, berjalan dan berakhir. Tubuhku masih kurang fit dan kurang sehat karena
terlalu memaksakan diri agar kegiatan ini berjalan lancar dan sukses.
Akan tetapi Allah berkehendak lain dan
aku hanya bisa menyimpulkan bahwa;
“Tidak semua yang kita harapkan, yang
kita perjuangkan dengan maksimal akan berjalan sesuai dengan yang kita
harapkan.” Walaupun acara itu jadinya di Baso, Lapangan Tangah Garam, Kabupaten
Agam. Membuatku harus terbaring selama tiga hari karena keletihan kesana kemari
dan hasil yang mengecewakan di penghujung pengorbananku selama ini.
0 komentar:
Posting Komentar