Liburanku kali ini sangat berbeda
dengan liburanku dengan sebelum-sebelumnya. Di akhir minggu aku terus
berpergian ke tempat yang kuinginkan. Kebetulan aku ada pertemuan hari minggu
di Padang, maka kugunakan kesempatan ini untuk liburan sekalian disana.
Sebetulnya aku juga akan ke Padang
memberikan proposal beasiswaku ke Kantor Gubenur karena proposal temanku belum
kunjung siap aku menunggu untuk bisa pergi bersama-sama dengannya ke sana.
Lagipula aku juga tidak pernah ke Padang naik motor sendirian. Tanggal 19
Januari adalah waktu rapat workshop Kepenulisan perdanaku di homebasic
dengan panitia yang lain. Akan tetapi sahabatku tidak bisa berangkat ke sana
karena ada urusan yang lebih penting dari itu yang harus dia lakukan.
Akhirnya sekitar pukul enam kuberangkat
ke Padang sendirian dengan motorku. Walaupun perjalanan perdanaku dengan motor
ke sana tidak menjadi penghalang bagiku. Dengan bermodalkan keberanian kumelangakah
menuju Kota Padang tanpa ragu-ragu. Menyusuri cahaya malam yang mulai terlihat
gelap hanya beberapa buah mobil dan motor yang masih terlihat lalu lalang di
jalanan jalan.
Sekitar pukul sepuluh kurang aku telah
berada di Padang dan istirahat sambil sholat isya di sebuah SPBU terdekat. Aku
telah berjanji dengan temanku menjemputku di PA alias Plaza Andalas. Setelah
selesai sholat memberitahukan semua family dan teman-teman terdekatku
kalau aku telah di Padang sekarang baru semua terasa lega. Kuberjalan menyusuri
jalanan Kota Padang yang ramai dengan ribuan motor dan mobil. Lebih kurang satu
jam mutar-mutar mencari temanku baru bertemu di depan PA. Dia mengajak ku untuk
berkeliling menikmati suasana malam Kota Padang yang kebetulan malam ini malam
minggu.
Kami berputar-putar dengan dua motor
aku mengikutinya dari belakang. Kami berencana untuk melihat keindahan pantai
pada malam hari terlebih dahulu. Tidak beberapa menit kami sampai dipinggiran
pantai atau yang disebut temanku dengan Taplau. Sepanjang tepian laut telah
dipenuhi dengan deretan motor-motor yang mengisi semua sudut. Ada ribuan pemuda
dan pemudi yang lalu lalang dihadapanku entah kemana. Temanku sangat tahu
tempat berhenti yang tidak beberapa di sana. Kumemarkir motor dan duduk
mengaksikan keindahan udara laut malam.
Beberapa orang juga ada disekitar kami
yang sedang asyik duduk-duduk berpasangan menghadap ke pinggiran pantai. Suara
musik DJ yang terdengar keras di pinggiran kota membuat semua pemuda ikut
bergoyang kesana kemari. Mereka sengaja berhenti hanya untuk bergoyang diatas
motornya, bahkan ada yang lebih antusias masuk ke pekarangan dan ikut bergoyang
dengan artisnya diatas pentas. Aku yang menyaksikan suasana ini dengan temanku
hanya mengeleng-geleng kepala dengan tingkah laku orang kota ini.
“Tidak ada yang beda kurasakan dengan
suasana ini Van,” teman ku membuka perbincangan.
“Iya biasa saja walaupun semua orang
menikmati keindahan malam di pinggiran laut dengan musik DJ bagiku tidak ada
yang membuatku betah di sini,” dengan wajah cetus.
“Cari tempat yang lain yuk, nggak
enak disini,” sambil berjalan memindahkan motornya.
“Ok,” mengikutinya dari belakang.
Jalanan yang padat dengan pemuda dan
pemudi yang masih lalu lalang itu. Membuat kami harus berhenti tiap sebentar,
kumelihat beberapa cewek masih terlihat berpasangan-pasangan malam ini padahal
hari sudah menunjukan hampir pukul 12 malam. Aku tidak banyak memikirkan
tentang itu aku terus membawa motorku disela-sela keramaian yang sedang
bergoyang menikmati suasana malam. Lagi-lagi wanita yang berada diatas panggung
itu membuatku gelih, karena aku berpikir sejenak. “Apakah dia tidak merasakan
dinginnya udara malam ?” Terliahat dengan baju seksi dan celana yang super
seksi beberapa orang artis tersebut diatas panggung.
Aku tidak terlalu memperhatikan itu, aku
terus mengikuti temanku yang telah jauh didepan aku. Akhirnya kami berhenti di
sebuah jembatan yang terkenal di Padang yaitu Jembatan Siti Nurbaya. Dia juga
menunjuk sebuah bukit tempat Siti Nurbaya itu di makamkan yaitu di Gunung
Padang di pinggiran pantai. Kuteringat saat aku pernah membaca buku karangan
Marah Rusli tentang Siti Nurbaya dahulu dan termasuk kisah menyedihkan Beliau.
Kelap-kelip lampu kota membuat suasana
terlihat sangat indah di atas Jembatan Siti Nurbaya. Beberapa pedangan masih
terlihat berjualan malam ini di sepanjang jembatan dengan berbagai makanan.
Mulai dari Jagung bakar, Bakso, Kopi dan masih banyak lagi. Akan tetapi aku
tidak nafsu untuk membeli semua itu karena tidak terbiasa saja minum ditempat
yang kurasa baru. Walaupun perutku ini dingin dan merasa haus sejak tadi tapi
masih bisa kutahan sampai di kos teman nantinya.
Kami puas dengan keindahan alam Kota
Padang, selanjutkan temanku mengajakku melihat Drive dipinggiran pantai.
Aku hanya mengikuti dari belakang karena masih kurang hafal jalannya. Setelah
memarkir motor dipinggiran sebuah toko kamipun berjalan tengah keramaian malam.
Aku melihat bagaimana juga permainan
ini bisa berlangsung padahal mobil dan motor tidak putus-putusnya lalu lalang.
Setelah temanku menjelaskan kepadaku tentang aturan mainnya.
“Begini Van, walaupun mobil lalu
lalang tidak berhenti sama sekali. Di persimpangan empat itu yang telah diletakan
sebuah drum disana. Nanti mobil yang ikut akan memberikan kode dengan lampu sen
keduanya, maka semua mobil dan motor akan berhenti seketika. Barulah permaian drive
ini dilakukan dengan berputar-putar di sekeliling drum tersebut.”
“Oh...gitu,” dengan memperhatikan
beberapa motor dan mobil yang lalu lalang.
Ternyata benar, saat moil itu datang
dan memberi kode kepada mobil-mobil yang ada disekitarnya semua mobil berhenti
dan mengosongkan di tempat tersebut. Maka dimulailah aksi slid mobil
tersebut. Dengan ribuan mobil dan motor yang lalu lalang aku hanya menyaksikan
dua kali dan terus pulang ke tempat kos temanku karena merasa capek sudah
seharian membawa motor sendirian dan butuh istirahat juga. Orang-orang masih
terlihat antulias menyaksikan hal tersebut dipinggiran jalan. Aku hanya berlalu
dihadapan mereka dan langsung mengikuti temanku yang telah duluan.
Sesampai di tempat kos temanku, kurebahkan
badanku atas kasur santainya. Tidak beberapa lama mataku mulai terpejam dan
tidak sadaran diri lagi hingga pagi.
***
Sekitar pukul sepuluh kuberangkat ke Home
Basic untuk melakukan rapat workshop latihan kepenulisan sendirian.
Setelah berpamitan dengan temanku dan menuju ke Marapalang dekat jembatan Upi
yang kami lintasi dengan temanku semalam. Berkat bantuan temanku juga aku tidak
salah jalan menuju ke sana. Akan tetapi setelah rapat selesai dan aku ke tempat
temanku di Lubuak Lintah. Lagi-lagi aku nyasar, setelah bertanya kian kemari
menanyakan kepada setiap orang di perempatan jalan akhirnya aku sampai juga
dipersimpangan kos temanku.
Udara Kota Padang yang panas membuatku
terasa letih. Kumelihat temanku sibuk mempersiapkan ujiannya untuk besok dengan
buku di tangannya.
“Sudah pulang Van,” sambil melihat ke
arahku.
“Sudah, semangat teman,”sambil berbaring
di dekatnya.
“So pasti,” sambil melanjutkan
bacaannya.
Sore harinya aku minta melihat
kampusnya di IAIN Iman Bonjol yang tidak begitu jauh dari tempat kosnya.
Beberapa menit berjalan dengan satu motor akhirnya kami memasuki gerbang
kempusnya yang begitu luas dan beberapa jurusan yang diperkenalkan kepada.
Terlihat beberapa orang mahasiswa yang sedang berolah raga main Futsal, main
Volly di sana bahkan ada yang sedang jalan-jalan di sekitar kampus.
Aku memandang lama sekali ke kampus
megah itu, setelah terpukau melihat luasnya kampus UNP dan UPI di pinggiran
jalan. Sekitar sepuluh menit disana akhirnya kami pergi ke tempat kakakku di
pinggiran jalan sebelah. Setelah lama mencari tempat kosnya akhirnya bertemu
juga dengannya. Kubersalamam termasuk temanku didepan kosnya. Beberapa menit
bercerita tentang perjalanan ke Padang dan berputar-putar hingga nyasar kepadanya.
Akhirnya kami memutuskan untuk melihat
sunset ke pinggiran taplau. Akan tetapi sayang aku telat dan cuaca tidak
mendukung sore ini. Akhirnya kami pun kembali ke kos setelah membeli sambal
untuk makan kami di kos. Dua orang temannya sudah duluan berada di kos dengan
kami. Setelah makan malam aku hanya berbaring-baring di depan notebook-ku
sambil nonton-nonton dan buka yang lain.
Aku juga kasihan melihat temanku yang
harus ujian besok, makanya aku biarkan dia belajar terlebih dahulu. Walaupun
dia mengajakku untuk jalan-jalan ke Bandara melihat keindahan Bandara Minangkabau
yang baru. Malam ini kuhabiskan di kos temanku.
Sebelum berangkat ke Batusangkar
kembali temanku sengaja menyuruhku untuk agak siang pulang karena hari ini dia
hanya ujian sampai siang. Setelah menunggu lama akhirnya dia muncul dibalik
pintu dan istirahat sebentar bersama yang lainnya didalam kamar. Sekitar pukul
sebelas dia mengantarkan aku ke Kantor Gubenur untuk mengantarkan proposal
kesana. Walaupun sudah telat akan tetapi aku dapat informasi yang lebih dari
sini. Ku menemukan orang dari daerahku yang bekerja disana dan sewaktu-waktu
bisa aku dapatkan informasi beasiswa darinya.
Kuberangkat ke Batusangkar dengan
beberapa panitia workshop Tubuh Jendela yang dari Padang yang kebetulan
juga akan ke Batusangkar. Akan tetapi dua orang tidak jadi ikut karena motor
Vespanya rusak ringan dan tidak kuat berjalan jauh ke Batusangkar.
Akhirnya kami berempat berjalan melewati
berbagai daerah dan sempat mampir dulu di sebuah warung makan untuk makan
siang. Bang Alfa yang mentraktir kami makan hari ini, sekitar pukul tiga
perjalanan di lanjutkan kembali.
0 komentar:
Posting Komentar