Mataku tertuju pada sebuah ruangan
kecil yang tertutupi oleh tirai berwarna merah jambu. Sebuah kamar kecil dengan
lampu yang tidak terlalu terang, namun ada sebuah foto yang mengingatkan pada
seseorang. Walaupun sudah ditutup dengan tirai, ada sedikit cela yang terbuka.
Hingga terlihatlah samar-samar wajah perempuan berjilbab itu.
“Rasanya aku mengenal foto itu Yud,
tidak asing lagi wajahnya dari jauh. Ngomong-ngomong itu foto siapa ?” sambil
menepuk pahanya.
“O...terlihat juga foto itu ya. Itu
adalah foto teman kita Ati.”
“Sejak kapan foto itu diberikannya
padamu Yud ? Sudah lama jadiannya ?” tanyaku.
“Sudah lama juga Van, belum sih.
Baru PDKT saja.”
“Semoga suksesnya Yud,” sambil menepuk
pundaknya.
Hanya senyuman malu-malu yang
mengisyaratkan ‘iya’ walaupun aku sudah tahu kedekatannya dengan Ati sudah
begitu lama namun aku baru tahu ternyata dibalik itu semua ada rasa yang
tersimpan dalam.
***
Sebuah foto dengan bingkai sederhana
di kamar temannya Yudi selalu mengingatkan aku dengan bingkai foto yang ada
dalam lemariku. Bingkai foto itu kubeli pada saat aku baru menapakan kakiku di
kampus. Hanya berjalan beberapa bulan saja bingkai foto itu sudah ada
ditanganku. Aku masih ingat waktu itu adalah kedekatanku dengan seorang gadis
yang baru aku kenal. Namun aku memiliki rasa dengan gadis Pitalah itu, memang
awal kedekatan kami begitu akrab melebihi kedekatanku dengan teman-teman
lainnya.
Sebelum diadakan kegiatan HMPS Ekonomi
Syariah dalam rangka meningkatkan silahturrahmi antara mahasiswa baru dengan
senior mereka. Acara tersebut akan diadakan di Malibo Anai, Padangpanjang.
Semua perlengkan dan yang lainnya sudah diberitahukan terlebih dahulu. Ada
sebuah persyaratan yang harus dibawa oleh peserta khususnya mahasiswa baru
yaitu membawa kado dengan balutan kertas koran.
“Apa bagusnya kado kita nantinya Arimy
?”tanyaku pada temanku.
“Rim ngak tahu juga Van, bagusnya apa
ya ?” sambil berpikir.
“Kadonya itu ditukar sesama kita saja
kan Rim ?”
“Mungkin saja.”
“Bagaimana kalau kado itu kita berdua
saja yang tukaran dan kita beli saja sebuah bingkai foto serta kita isi foto
kita disana.”
“Boleh juga Van, tapi fotonya Van
untuk Rim dan fotonya Rim untuk Van. Gimana ?”
“Boleh juga Rim.”
Setelah selesai kuliah siang itu aku
pergi mengatarkan Arimy untuk mencuci foto dan membeli bingkainya. Irvan yang
juga belum membeli bingkai foto juga membeli bingkai foto di Jaya Fhoto. Namun
waktu itu kami hanya membeli bingkainya saja dulu dan belum mencuci fotonya.
Terdengar kabar dari panitia kegiatan
bahwa kado yang akan ada itu harganya dibawa Rp. 5.000,- an dan harus yang
berharga isinya. Selain itu kado yang akan dibawa dikumpulkan dulu kepada
panitia dan baru panitia yang akan memberikan kado itu kembali kepada para
peserta.
“Lalu gimana Rim ? Ternyata kado itu
diacak oleh panitia lagi.”
“Ya sudahlah Van, kita ganti saja kado
kita dengan yang lain. Tidak jadi kita isi dengan bingkai foto, nanti bukan
kita yang dapatnya kalau kita isi dengan itu.”
“Iya juga Rim, ya sudah Van pulang
dulu Rim,” sambil berjalan ke depan.
“Hati-hati di jalan Van.”
“Ya Rim.”
Sore itu kami berpisah di depan kos Arimy, namun
rasa kecewa dengan kado yang sudah kami rencanakan berantakan sudah. Akhirnya
aku berniat mengganti isi kado itu dengan yang lain dan bingkai foto itu tetap
kosong tiada isi. Bingkai foto itu aku simpan di dalam lemari bagian belakang.
***
setelah kegiatan silahturrahmi itu
berjalan lancar dan asyik. Kagiatan ditutup dengan mandi bersama, akan tetapi
setiap laki-laki yang tidak mau mandi dipaksa mandi. Dengan cara mengeburkannya
ke dalam kolam. Akhirnya semua laki-laki mandi pada saat itu, dan hanya
beberapa orang perempuan yang tidak mandi dikala itu.
Beberapa tahun menjalani perkuliahan
bingkai yang dulu pernah aku beli tidak kunjung ada isinya dan masih tersimpan
rapi di tempat awalnya. Memang tiga tahun ini Irvan tidak begitu menjalani
hubungan khusus dengan wanita manapun. Namun hanya menjalin ikatan persahabatan
yang terus dibina. Bahkan dengan juniornya di Akuntansi Syariah juga banyak
kenalannya, namun tidak pernah ada yang menarik hatinya. Bahkan hubungannya
dengan Arimy berjalan bagaikan sebuah sahabat bukan sepasang kekasih.
Suatu ketika Arimy ternyata sudah
lebih dulu dimiliki orang lain dan waktu itu juga hati Irvan terasa hampa dan
tidak ingin tenggelam dengan rasa yang kecewa tersebut. Waktu demi waktu
berjalan tidak sedikitpun bingkai foto itu terlihat dan tetap rapi di dalam
kotaknya. Walaupun sempat dikabarkan isu yang tidak jelas dengan kedekatan
Irvan dengan Arimy dan teman-temannya lainnya. Namun sesungguhnya semua itu
hanyalah ingin membuat dia tetap tersenyum, walaupun di dalam hatinya terasa
ngilu yang begitu perih.
Terakhir kali Irvan menjalan hubungan
dengan seorang wanita yang baik dan manis. Namun akhir masa Aliyah hubunga itu
berakhir dengan berakhirnya masa putih abu-abu itu. Sampai akhir-akhir
penyusunan skripsi pun bingkai itu tidak pernah lagi dia lihat dan itu berarti
hatinya yang dulu sempat berbunga-bunga dengan adanya kekasih hati yang terus
memberikan warna tersendiri dalam hidupnya. Namun sekarang hati itu benar-benar
kosong dan kehilangan rasa terhadap wanita-wanita. Rasa itu seperti sudah lama
mati dan tidak pernah tumbuh kembali, walaupun ada getaran demi getaran yang
terus mengoyahkannya. Namun terasa sudah berakar kuat dan sulit untuk ditimbulkannya
kembali.
“Masa-masa diawal kuliah dulu yang
sempat terasa indah sekarang sudah tidak lagi,” pikir Irvan sambil memperhatikan bingkai foto
yang kosong itu.
“Sampai kapan bingkai itu akan
kosong ? Dan hanya diisi dengan orang yang betul-betul mampu menuntunku
nantinya dan bukan orang yang akan menghancurkan hati ini lagi,” pikir Irvan dalam hatinya.
Walaupun sudah lama dia tidak
memperhatikan bingkai foto itu. Akhirnya pada saat dia merapikan lembaran demi
lembaran baju dalam lemarinya. Maka pada waktu itu kenangan demi kenangan indah
dulu mulai berdatangan kembali. Sebuah kisah yang begitu indah dan penuh dengan warna. Namun sekarang semua itu tidak
akan terjadi lagi dan sudah jauh berdeda.
“Ketika rasa itu datang kembali pada
waktu yang tepat, wanita yang tepat, situasi yang tepat, tempat yang tepat,
maka sambutlah dengan rasa bahagia dan senyuman bahagia.”
0 komentar:
Posting Komentar