Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 03 April 2016

LANDASAN CINTA ( Pengejaran Cinta Sejati )

Share


Gambar: Coverd Landasan Cinta-Irsal Husnur.
Dua mahasiswa dengan setengah berlari masuk ke dalam kelas, seorang dosen sudah berada dari tadi di dalam kelas itu. Pagi itu suasana kampus terlihat begitu ramai dengan hilir mudik mahasiswa berkeliaran di dalam kampus. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, bahkan bertemu teman hanya bisa tegur sapa saja karena kesibukkannya. Pagi itu Irvan dan Joni menuju gedung F lantai dua, tepat di tengahnya. Itulah tempat kuliah mereka pagi ini dengan mata kuliah Manajemen Syariah.
            Tok..tok...tok
            Assalamu ‘alaikum, permisi Pak,” sambil masuk ke dalam kelas.
            “Wassalamu ‘alaikumsalam,” dengan isyarat  mengangguk kecil mempersilahkan dua mahasiswa  itu masuk ke dalam kelas.

            Dengan langkah cepat dua mahasiswa yang terlambat itu masuk ke dalam kelas, hanya menyisahkan bangku-bangku kosong di ruangan belakang. Sedangkan urutan depannya sudah dipenuhi dengan mahasiswa yang sudah duluan datang. Memang Irvan dan Joni adalah teman yang hanya kenal di kampus saja. Padahal mereka satu kampung namun beda daerah. Kampuslah yang mempertemukan mereka, saling mengenal dan saling bersahabat sama lain. Sejak mereka berkenalan persahabatan antara mereka semakin dekat dan bahkan melebihi teman-teman mereka yang lain di kelas Akuntansi yariah.
Walaupun mereka datang terlambat beberapa menit namun semangat belajar mereka tidak kalah dengan teman-teman mereka yang lebih duluan masuk kelas. Pelajaran siang itu perkenalan dengan mata kuliah, dosen dan juga perkenalan dengan teman-teman yang lain. Dr. Rizal, M.Ag nama dosen yang mengajarkan mereka siang itu, serta beliau juga menerangkan soal pelajaran minggu depan siang itu
2
 
“Pertemuan mata semester awal ini hanya enam belas kali pertemuan dengan empat kali toleransi. Maka gunakan empat kali ketidak hadiran itu dengan hal-hal yang urgen atau penting selain itu banyak organisasi yang bisa kita gunakan dan mengembangkan kemampuan kita. Akademik itu ibarat mata uang logam yang saling timbal balik dengan organisasi, karena saling membutuhkan dan saling keterkaitan satu sama lain. Organisasi adalah jembatan menuju akademik yang menjadi tujuan utama kita. Banyak kakak kalian yang justru sukses akademik dan sukses organisasi dengan prestasi luar biasa.”
Sejenak beliau diam dan melanjutkan pembicaraannya.
“Jangan menjadi mahasiswa KUPU-KUPU sama, kuliah-pulang, kuliah-pulang. Pandai-pandailah membagi waktu. Jika kuliah jangan pikirkan organisasi, sebaliknya jika dalam organisasi jangan pikirkan kuliah,” tambah Pak Rizal.
Memang Pak Rizal adalah uluran tangan mahasiswa yang dipercayakan rektor kampus kepadanya. Namun beliau juga mengajar disamping tugas yang diamanahkan kampus kepadanya. Beliau sangat nyinyir memberikan nasehat kepada setiap mahasiswa dan selalu mengingatkannya. Walaupun sering diingatkan, dengan banyaknya mahasiswa yang berbeda juga kharakternya tentu banyak juga yang melanggarkan peraturan kampus. Selain itu, tata tertib mahasiswa berpakain yang sering diigatkan Pak Rizal sudah ada di setiap sudut kampus, namun mahasiswanya saja yang tidak memperhatikan hal itu.
Setelah Pak Rizal panjang lebar memberikan motivasi dan menerangkan mata kuliah yang diempuhnya. Satu demi satu mahasiswa itu memperkenalkan diri mulai dari urutan depan dengan memperkenalkan nama, asal sekolah dan alamat. Sedangkan Irvan dan Joni mendapatkan giliran terakhir karena mendapatkan bangku paling belakang. Dari perkenalan mahasiswa itu banyak mahasiswa yang dari luar daerah Batusangkar seperti: Payakumbuh, Riau, Bukittinggi, Padangpanjang, Jambi dan masih banyak lagi.
Mahasiswa pribumi hanya segelintir saja yang kuliah di kampus itu. Kebanyakan dari orang pribumi lebih memilih kuliah di tempat yang ramai seperti di kota besar. Mereka tidak menginginkan mutu yang baik dan hanya memilih yang dengan pergaulan yang bebas dan lebih dipandang orang bahwa mahasiswa yang kuliah di kota jauh lebih baik daripada yang di kampung pikiran mereka saja. Padahal sebaliknya kuliah di kampung jauh lebih bermutu dan berkualitas daripada di kota.
Setelah jam pelajaran berakhir siang itu mahasiswa satu demi satu mulai meninggalkan kelas. Karena kelas yang tempati bukan kelas pribadi seperti sekolah di SMP, SMA dulu bukan namun setiap mahasiswa memiliki hak menempati kuliah disana jika jadwal kuliah mereka ada di kelas itu.
Irvan dan Joni yang sudah seperti perangko kemana-kamana bahkan orang-orang menyebutnya dimana ada Irvan disitu ada Joni, atau sebaliknya dimana ada Joni disitu ada Irvan. Padahal pepatah yang sebenarnya bukan itu dimana ada gula maka akan ada semut. Hehe, asalan saja mereka memberi pepatah.
Joni setiap hari menginap di mushala Irvan yang tidak jauh dari rumahnya kecuali malam minggu. Mereka setiap malam belajar bersama dan bahkan saling bantu membantu satu sama lain, mereka sudah bagaikan saudara kandung saja. Namun di lain sisi mereka memiliki rasa suka dengan orang yang sama yaitu seorang wanita yang manis dari kelasnya. Memang bukan orang pribumi namun keelokkan, kecantikkan dan budi pekerti yang baik sampai orangnya yang baik hati membuat mereka ingin sesekali memiliki wanita berparas manis itu. Baju apapun yang dia pakai dan warna apapun yang dia gunakan selalu serasi dengan dirinya dan membuat wajahnya yang manis semakin cerah bersinar. Apalagi dengan senyumannya yang manis memberikan warna dan keindahan tersendiri dalam dirinya. Menentramkan siapa saja yang memandangnya, walaupun tubuhnya kecil namun budi pekerti dan kedewasaannya sebagai seorang mahasiswa tidak bisa diragukan lagi. Tubuhnya yang kecil tidak seperti pikiran yang luas dan terlihat lebih tenang dalam setiap kajadian.
Suatu ketika Irvan dan Joni sempat berkenalan langsung kepada wanita berparas manis itu.
“Hey,,,kenalkan saya Joni, kamu Manda kan ?” ucap Joni sambil mengulurkan tangan bersalaman.
“Iya. Saya Manda, tahu dari mana ?” dengan sedikir malu-malu.
“Waktu perkenalan awal di dalam kelas beberapa hari yang lalu,” ucap Joni meyakinkan.
“Kenalkan saya Irvan,” sambil bersalaman.
“Salam kenal juga Van,” balas Manda.
Beberapa detik tatapan mata mereka beradu sama sama lain, seolah-olah waktu berhenti seketika dan hanya mereka yang bergerak. Entah kenapa mereka bersalaman telalu lama dan mereka terdiam satu sama lain tanpa ada kata yang keluar dari bibir masing-masing. Joni yang berdiri disamping Irvan sedikit iri dengan tingkah laku mereka dan mencoba mengembalikan mereka ke dunia nyata.
“Mau kemana kita lagi Van,” sambil menepuk bahu Irvan.
“Oo...maaf Manda, mungkin kita cari makan dulu Jon,” sambil melepaskan pegangan tangan Manda.
“Sama-sama Van, Manda duluan ya Jon, Van,” sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.
Sebelum masuk jam pelajaran kedua siang itu Irvan dan Joni berjalan ke kedai dekat terminal Piliang di Dobok. Di depan terminal bus yang selalu dipenuhi dengan bapak-bapak yang       istirahat dan bermain domino disana. Disanalah mereka makan nasi goreng dengan telur dadar, perut yang dari pagi belum diisi mulai merasa nyaman dengan nasi goreng telur dadar itu. Beberapa menit mereka menikmati nasi goreng dan hanya menyisahkan piring dan sendoknya saja. Pukul satu lewat siang itu tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Irvan dan Joni setelah membayar jajanan mereka dan pergi shalat zuhur di Mesjid Mustaqim dekat kampus mereka.
***
Beberapa minggu berlalu Irvan mendapatkan nomor HP Manda dan sejak saat itu mereka sering mengirim pesan dan menelpon setiap akhir minggunya. Namun kedekatan Irvan dengan Manda menimbulkan rasa iri terhadap Joni karena Joni juga memiliki rasa yang sama dengan Irvan. Namun takdir berkata lain bahwa dari penjelasan Manda kepada Irvan melalui telpon berkata dengan jujurnya.
“Sejak awal Manda melihat Irvan, entah kenapa Manda memiliki rasa terhadap Irvan, namun...”Manda menghentikan pembicayaannya.
“Namun apa Manda,” Irvan bertanya dengan rasa penasaran.
“Namun sayang Manda sudah memiliki seorang pacar sejak di pesantren dulu. Kami sudah menjalin ikatan namun hanya seperti kakak beradik, karena di pondok dia Manda anggap sebagai kakak yang dapat melindungi Manda. Karena Manda jauh dari orang tua, awalnya kami hanya sebatas teman saja, namun waktu mulai naik kelas dua MTsN di pondok dia mengutarakan rasa sukanya kepada Manda. Bahkan Manda tidak bisa menolaknya karena dia bagi Manda lebih dari dari hubungan kakak adik serta dia bahkan rela menunggu Manda tiga tahun untuk mendapatkan cinta Manda yang awalnya Manda bersama yang lain. Sejak dia tahu Manda sudah putus dengan pacar Manda yang lama, beberapa hari setelah itu dia menyatakan cintanya kepada Manda.”
“Sungguh perjuangan cinta yang hebat dan seorang pecinta sejati. Manda sangat beruntung mendapatkannya karena dia rela menunggu Manda tiga tahun hanya untuk mendapatkan cinta Manda,” dengan sedikit sedih.
“Tapi Van...”lagi-lagi Manda menghentikan kata-katnya.
“Tapi apa Manda ? Apa lagi yang Manda ragukan dengan ketulusan cintanya. Van tahu, Manda juga pasti sangat mencintainya dan hubungan Manda dengan dia sampai sekarang masih utuh. Itu berarti hubungan Manda dan dia di ridhoi oleh Allah Swt,” mencoba menenangkan hati Manda dan berbohong dengan hatinya.
“Bukan begitu Van, Manda sebenarnya juga menyukai Van ?”
“Iya Manda, sejujurnya Van juga suka kepada Manda. Namun takdir berkata lain bahwa kita lebih pantas bersahabat saja daripada menjalin ikatan cinta,” sambil menghembuskan nafasnya.
Sejak saat itu mereka menjalin persahabatan yang semakin erat dan bahkan teman-temannya menyalah artikan persahabatan mereka dengan hubungan cinta. Namun Manda dan Irvan hanya tidak begitu menanggapi perkataan teman-temannya dan mereka belum tahu cerita sebenarnya bahwa Manda sudah memiliki kekasih dari kampunya sendiri.
Namun Manda tidak pernah menceritakan kedekatannya dengan Irvan kepada kekasihnya. Tajri adalah seorang mahasiswa jurusan ekonomi di IAIN Iman Bonjol Padang. Dia juga sekampung dengan Manda dan dialah kakak yang disebutkan Manda yang sekarang menjadi kekasihnya Manda. Walaupun mereka terpisahkan oleh jarak yang sangat jauh dan jarang bertemu namun hubungan mereka terus berlanjut dan sesekali menelpon diakhir pekan. Bahkan terkadang Manda mengirim pesan kepada kakaknya itu dan sebaliknya Tajri juga mengirimkan pesan kepada Manda mengenai kabar mereka.
Irvan yang terus menjalin persahabatan dengan Manda lebih diuntungkan selain mereka juga satu kampus juga satu kelas di kelas Akuntansi. Akhirnya Joni juga mendapatkan kabar dari teman-teman Manda bahwa Manda sudah memiliki kekasih bernama Tajri seorang mahasiswa di IAIN Iman Bonjol dan sekampung dengan Manda. Hal tersebut tidak lagi membuat Irvan dan Joni terus merasa iri dengan kedekatan mereka. Persahabatan mereka terus berlanjut dan bahkan seperti tidak ada pertikaian diantara mereka.
Hari libur bagi seorang mahasiswa adalah hari minggu tentunya dan hari yang sangat ditunggu setiap orang untuk beristirahat.  Kuliah adalah proses pembelajaran yang sangat berat dengan tugas-tugas setia hari dan juga membuat makalah, serta meresum mata kuliah yang serba mengejar. Jika tidak diiringi dengan ketenangan pikiran maka otak kita akan eror bisa-bisa. Malam Sabtu itu Irvan mencoba mengirimkan pesan kepada Manda, karena tidak ada tugas yang harus dikerjakan malam itu.
“Ass..sedang apa Manda ?” sapa Irvan dengan pesan.
“Wass...lagi tidur-tiduran saja Van, Van sendiri lagi apa ?” balas Manda.
“Sama Manda lagi tidur-tiduran juga, suntuk tidak ada kegiatan malam ini. By the ways besok tanggal merah Manda, ada kegiatan tidak Manda ?”
“Suntuk smsan dengan Manda ya Van ? Nggak ada tuh Van, memang ada apa Van ?” mencoba menggoda Irvan.
“Suntuk tidak ketemu Manda, gimana jika besok kita keliling Danau Singkarak Manda ?” mencoba membalas gombalnya Manda.
“Ya iaya. Gimana ya Van ?”
Beberapa detik belum ada belasan pesan dari Manda dan Irvan tidak mencoba menhujani Manda dengan berbagai pertanyaan karena takut Manda menolak ajakannya untuk refresing bersama minggu ini. Memang Irvan sedikit merasa jenuh dengan terus belajar setiap malam dan mengerjakan tugas-tugas kuliah yang menumpuk setiap harinya. Irvan sangat berharap Manda bisa menemani dan dia juga tahu bahwa Manda sudah memiliki kekasih serta tidak semudah itu Manda dapat melupakan Tajri yang sudah bertahun-tahun menjalin hubungan dengannya. Jika Manda memang melepaskan Tajri, itu berarti Irvan juga harus bersiap-siap menerima imbas yang sama dengan apa yang dilakukannya kepada Tajri yaitu merelakan Manda ke tangan orang lain. Orang yang lebih baik dan lebih segalanya daripada Irvan. Namun justru Manda tidak melakukan hal tersebut karena dia tahu bahwa jika dia berjodoh dengan Irvan maka Allah akan mempertemukan mereka dengan jalan-Nya bukan jalan yang ditunjukkan syetan kepadanya.
“Maaf  menunggu Van, baiklah. Jam berapa kita berangkat besok Van ?”
“Nggak apa-apa Manda, kalau pukul sepuluh siang gimana Manda ?”
***
Minggu yang cerah dengan langit yang begitu indah memberikan warna yang begitu indah pagi itu. Dengan rasa senang bukan main seperti mimpi di siang bolong mendengarkan jawaban “baiklah” dari Manda tersebut.
“Mimpi apa saya semalam ? Sampai Manda bisa saya ajak jalan bersama siang nanti,” pikir Irvan.
Pagi itu irvan memandikan Simerah sampai mengkilat dan tidak lupa dia juga bersiap-siap untuk menemui Manda pukul sepuluh. Namun Irvan harus sampai di tempat Manda sebelum pukul sepuluh karena jika Irvan telat maka Manda akan berpikir bahwa dia tidak tepat janji nantinya. Sekitar pukul sembilan Irvan sudah selesai dengan berjalan menuju Simerah yang sudah menunggunya dari pagi. Dengan switer merah Irvan melangkah dengan pasti dan mulai naik Simerah.
Bismillah,” ucapnya dalam hati.
Perjalanan Irvan dengan Manda mengelilingi Danau Singkarak melewati Puncak Pas dekat tepian danau. Dari atas itu kelihatanlah semua ujung Danau Singkarak dari ujung sampai ke ujung di Solok sana. Rumah-rumah bagaikan kardus kecil yang disusun dari atas sana dan begitu juga mobil, orang dan pohon-pohon yang terlihat dari atas saja. Begitu kecil dan sangat indah, beberapa menit Irvan dan Manda diam dan menikmati suasana alam yang begitu mengesankan tersebut.
Perjalan yang sangat indah jika Irvan dan Manda benar-benar sudah menjalin ikatan kekasih pada saat itu. Namun mereka hanyalah sebatas persahabatan dan perjalanan itu Irvan harus sadar diri. Dia tidak berani berbuat yang bukan-bukan kepada Manda dan dia juga memiliki tanggungjawab penuh dengan keselamatan Manda dalam perjalanan itu. Karena Irvanlah yang mengajak dan menjemput Manda ke kosnya di belakang Aper.
Walaupun demikian Irvan hanya ingin refresing saja dan mencoba menghilangkan kejenuhan yang ada dalam pikirannya selama ini. Bukan untuk mencelakan Manda ataupun berbuat yang bukan-bukan kepada Manda. Bahkan Manda mau ikut dengan Irvan itu adalah suatu kepercayaan Manda kepada Irvan dan dia yakin Irvan akan menjaganya selama dalam perjalan itu. Jika Irvan mau berbuat nekat mencelakan Manda dan berbuat yang bukan-bukan pada waktu itu bisa saja, namun Irvan memiliki keimanan yang dapat menjaga hawa nafsunya dan dapat menepiskan keinginan syetan dengan hal-hal bodoh kepadanya.
Sejak saat itu Manda dan Irvan semakin dekat dan persahabatan antara mereka semakin dalam. Bahkan rasa memahami dan rasa keingintahuan Irvan kepada keluarga dan kondisi rumah Manda di kampungnya di Jujuhan, Muaro Bungo-Jambi. Begitu membuatnya terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri walaupun dia sadar bahwa Manda adalah milik orang lain namun bukan berarti dia pasrah dengan hal tersebut. Tidak. Namun justru rasa keingintahuannya dengan sahabatnya  itu semakin hari semakin dalam. Walaupun dia sempat bertanya kepada sahabat Manda di Rantau Ikil di desa yang juga satu kampung dengan Irvan di Batusangkar tepatnya di Tanjung, kec. Sungayang.
Namun justru jawaban yang diberikan Rani sahabat dekat Manda kurang memuaskan dan justru membuat Irvan berniat ingin menyelidiki seorang diri ke kampung Manda. Pada akhir semester dan semua ujian pelajaran telah selesai dilakukan Irvan begitu juga teman-teman lainnya termasuk Manda.
Irvan mendapatkan Kabar dari sahabat dekat Manda yaitu Hasni, bahwa Manda akan pulang kampung besoknya dan itu justru menjadi kesempatan bagi Irvan untuk mengadakan penyelidikan langsung serta membututi Manda dari belakang. Misinya setengah sukses hari itu dan hampis sia-sia perjalanan jauh dari Batusangkar-Jambi hari itu.
Namun justru Allah memberikan petunjuk dengan menemukan bus yang ditumpangi Manda sampai ke Jambi siang itu. Perjalan yang memakan waktu lebih kurang 14 jam itu begitu mengita waktu dan tenaga Irvan dengan mengendaraan Simerah seorang diri. Hanya bermodalkan kenekatan berjalan seorang diri yang hanya baru pertama kali melewati jalanan Sawah Lunto, Dharmasraya dan Jambi.
Bahkan seorang yang mirip sekali dengan Manda yang turun dari bus itu terus dibuntuti Irvan dari jauh. Namun sayang orang yang dibuntuti Irvan entah matanya yang salah atau apa, orang itu wajahnya tidak mirip dengan Manda. Lagi-lagi dia mencari bus yang ditumpangi Manda tadi namun sayang bus yang dicari-cari tidak kunjung ketemu dan sudah keburu jauh.
Dengan perasaan tidak nyaman Irvan kembali ke Batusangkar dan berlari berpaku dengan waktu disela-sela hujan yang lebat. Hanya kasih sayang-Nya lah Irvan masih sampai dengan selamat di rumah. Jika terpeleset atau jatuh Allahu ‘alam, tidak ada yang tahu dan hanya kesedihan yang datang jika itu benar-benar terjadi. Dari penyelidikan Irvan dikala itu dia berhasil menemukan beberapa pertanyaan dari dalam dirinya selama ini, bahwa benar kata sahabatnya Rani. Manda adalah orang yang lumayan ekonominya dan dilihat dari perkebunan masyarakat setempat di tempat Manda berada  tentu perkebunan sawit adalah perkebunan yang sangat baik mendatangkan uang dan tidak heran jika Manda setiap hari ke kampus dengan wajah yang girang serta pakaian yang selalu bagus.
Walaupun demikian Irvan tetap tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada Manda dan hanya diceritakan Irvan kepada sahabatnya Yenti. Beberapa bulan setelah kejadian itu baru Manda mendapatkan kabar dari Yenti dan tahu kejadian sebenarnya. Mendengarkan kabar itu dari sahabatnya Manda meminta pertemuan dan ingin tahu kejadian yang sebenarnya kepada Irvan. Sore itu mereka bertemu di Lapangan Cindua Mato dekat pasar Batusangkar. Sore, siang dan bahkan malamnya lapangan itu tidak pernah kosong dan selalu dipenuhi dengan berbagai aktivitas disana. Terlihat Manda yang sedang duduk di sudut lapangan di atas besi dekat batu-batu tempat pijakan yang biasa dilakukan para lanjut usia.
Sore itu Manda mengenakan pakaian berwarna pink mudah dengan balutan jilbab putih serta rok putih. Dengan langkah sertengah berlari Irvan mendekati Manda yang sedang duduk menunggu kedatangan Irvan disana.
“Maaf Manda sedikit telat,” dengan nada gos-gosan.
“Nggak telat juga kok Van, Manda baru sampai juga,” sambil tersenyum.
Senyuman Manda membuat luluh hati Irvan, senyuman yang manis yang diberikan Manda kepada seolah-olah wajah Manda bersinar dengan pancaran tiada tara. Bak diterbangkan Irvan ke langit ke tujuh melintasi awan yang lembut bersama ciptaan terindah yang diberikan Allah Swt yaitu Manda dengan sejuta keindahan yang memancarkan sinarnya.
Sejenak Irvan tiada berkedip sedikitpun memandang Manda yang tanpa disadarinya Manda sudah berada disampingnya.
“Hey...Van,” sambil mencubit kecil lengan Irvan.
“Aduh...sakit Manda,” sambil terkejut.
“Sudah tahu sakit, dari tadi melongoh saja memandang Manda. Memangnya ada yang salah ya Van ?”
“Tidak ada apa-apa Manda, namun....,ayo duduk disini saja. Van ada bawakan minuman buat Manda,” sambil menarik tangan Manda.
Rasa terkejut Manda begitu tangannya dipegang Irvan hanya mengikuti Irvan dari belakang. Namun Manda tidak melawan dan membiarkan sentuhan lembut tangan Irvan menyentuh kulit tangan Manda yang begitu halus.
“Hey Manda, kok bengong sih ? Memang ada apa ?” sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajah Manda.
“O..nggak apa-apa Van, namun apa tadi Van ?” dengan sedikit terkejut.
Irvan dan Manda memiliki rasa yang sama, namun Irvan tahu bahwa Manda sudah memiliki kekesih yang menjaga hati Manda supaya tidak tersinggung.
“Namun yang mana Manda ?” sambil menyodorkan sebuah minuman.
“Itu pas Van baru datang tadi, terima kasih Van.”
“O...itu, maksudnya Manda terlihat sangat manis hari ini,” dengan polos.
“Terima kasih pujiannya Van, Van juga begitu tampan dan romantis sekali hari ini,” mencoba berkata sejujurnya.
“Memangnya iya begitu Manda ? Perasaan tadi biasa saja kok,” mencoba menyelak.
“Sudahlah Van, beberapa bulan yang lalu saat terakhir kali kita kuliah semester lalu. Apa benar Van diam-diam telah mengikuti Manda dari belakang menuju kampung ?” sambil menyeruput minumannya.
“Sebenarnya Van hanya tidak ingin Manda tahu saja awalnya dan hanya menceritakan hal tersebut kepada Yenti. Maaf kalau Van membuat Manda tersinggung dengan hal tersebut ?”
“Ah..Van, coba Van kasih tahu dari awal. Mungkin Manda akan lebih memilih pulang bareng dengan Van. Pasti capek ya dalam perjalanan itu Van ? Maafin Manda yang tidak melihat Van ?” dengan wajah sedih.
“Ah...Manda, sudah terjadi baru di kasih tahu, kalau begini jadinya Van lebih memilih mengantarkan Manda ke kampung waktu itu. Lumayan capek juga sih dan sedikit kena hujan pas perjalanan pulang. Nggak apa-apa juga Manda ini salah Van kok, coba Van kasih tahu tidak begini juga kan jadinya,” sambil menyeruput minuman Capcin di tangannya.
“Coba saja Manda bersama Van di tengah hujan waktu itu pasti indah ya Van ?”
“Memangnya kenapa harus di tengah hujan Manda ?” dengan sedikit penasaran.
“Van tahu, kalau Manda sudah lama tidak mandi hujan dan mungkin itu jika terjadi begitu sangat indah,” sambil menerawang ke langit yang biru.
Pertemuan dua insan yang saling memiliki rasa suka namun tidak pernah menjalin ikatan lebih daripada ikatan persahabatan yang sejati. Sekitar pukul setengah enam di bawah kolong langit Kota Batusangkar dengan keindahan tarian ribuan Burung Bangau Putih berterbangan mengelilingi Pohon Beringin yang besar di tengah kota itu.
“Waaahh, begitu indah Van, baru sekali ini Manda melihat keindahan Kota Batusangkar seperti ini,” dengan terus memandang tarian burung-burung yang terus berputar-putar mengelilingi pohon besar itu.
Irvan hanya mengangguk kecil tanda setuju dengan perkataan Manda, secara diam-diam Irvan menikmati indahnya pancaran wajah Manda dikala langit sore di sertai indahnya tarian persembahan menyambut dua sahabat yang sedang duduk menikmati suasana di sore itu. Tanpa Irvan sadari suara alunan orang mengaji di mesjid dan surau terdengar sore itu. Entah berapa lama Irvan mencuri pandang menyaksikan keindahan wajah manis Manda tiada bosannya. Semakin dipandang semakin memancarkan keindahan tiada tara, menyejukkan hati dan menentramkan mata memandang. Hati bagaikan berbunga-bunga, pikirannya terus menerawang memikirkan jika Manda benar-benar kekasihnya. Pasti setiap sore dia merelakan waktunya bersama dengan Manda di tempat ini, pikirnyadalam hati. Lagi-lagi dia mencoba menepis pikiran kotornya dan mencoba berpikir positif.
“Manda, biar Van antarkan pulang ke kos ya,” sambil memengang lembut bahu Manda.
“Iya Van,” dengan terbangun dari hipnotis ribuan tarian bangau itu.
Sebelum Irvan beranjak mengambil motornya, suara Manda dari belakang membuat Irvan terhenti sejenak. Suara Manda memanggil namanya dengan lembut.
“Van, tunggu,”sambil memeluk Irvan dari belakang.
Belum sempat Irvan menoleh ke belakang dia merasakan pelukan hangat Manda di punggungnya. Irvan terkejut dengan apa yang dilakukan Manda sore itu, namun dia membiarkan apa yang dilakukan Manda beberapa detik itu. Balutan tangan kecil Manda menelpel di perut Irvan, dengan sentuhan lebut Irvan menyentuh kedua tangan Manda. Mencoba merasakan apa yang dirasakan Manda sore itu. Tiada banyak komentar seolah-olah Irvan tahu apa yang disampaikan Manda lewat bahasa tubuhnya dan tahu bagaimana membalas ucapan terima kasih Manda. Di bawah Pohon Beringin yang menjulang tinggi di tengah Kota Budaya diiringi ribuan Bagau Putih yang sedang menari di atas indahnya langit Kota Batusangkar menjadi saksi bisu bahwa persahabatan mereka akan terus ada walaupun dunia akan tiada nantinya.
“Terima kasih Van, Manda mencintai Van jika Allah menakdirkan kita berdua ini jodoh maka kita akan ketemu nantinya dan jika tidak percayalah Van akan menemukan orang yang lebih baik daripada Manda,” sambil terus memeluk Irvan dan tidak peduli dengan orang-orang sekitarnya.
“Sama-sama Manda, Van harap seperti itu,” sambi terus memengang erat tangan Manda dan ingin terus digenggangnya.
“Sebenarnya Van hanya memilih Manda dan walaupun ada orang yang lebih daripada Manda. Van tetap memilih Manda dan ingin selalu ada buat Manda,” pikirnya dalam hati.
Akhirnya Irvan mengantarkan Manda melewati Jalan Kinantan dekat terminal Jati menuju arah Lima Kaum. Hanya beberapa menit mereka berjalan dan sampai ke kos Manda. Setelah berpamitan mereka berpisah dan Irvan meninggalkan Manda dengan senyuman indah yang mengambang di bibirnya, sebaliknya Manda pun membalas dengan senyuman terindah yang diberikan kepada Irvan.
***
Semester demi semester di lewati Irvan dan teman-teman lainnya dengan terus bersama, namun semester enam teman-teman sekelas dengan Irvan mulai berkurang satu demi satu. Karena ada diantara mereka yang tidak menyambil mata kuliah yang sama dan ada yang yang cuti bahkan ada yang berhenti. Walaupun demikian Irvan tetap semangat datang ke kampus meski jarang bertemu dengan teman-temannya, ada seorang yang terus memberikannya semangat untuk terus mengejar ketertinggalan dan datang untuk belajar di kampus itu adalah bayangan Manda yang selalu mengiringi setiap langkah kakinya dan menemaninya dalam setiap denyut nadinya. Senyumannya yang pernah diberikan Manda kepada terus terbayang-bayang di dalam pikirannya, seolah-olah baru kemarin saja Manda memberikan senyuman terindahnya serta pelukan hangat persahabatan kepada Irvan.
Meski sudah mulai jarang bertemu dengan Manda namun kedua sahabat itu masih terus sesekali berkirim kabar dan bahkan bertemu di kampus. Wajah bundar Manda yang manis terus terbayang dimata Irvan meski sudah beberapa tahun dia kuliah di kampus itu. Menjalani masa kuliah kerja nyata (KKN) di daerah orang yang sangat jauh dari kampung halaman yaitu di Pesisir Selatan. Bahkan Manda juga ditempatkan pada kecamatan Tarusan disana, namun berbeda daerah. Kesibukan dengan kegiatan-kegiatan KKN yang sudah dirancang dari awal sampai terakhir masa KKN membuat Irvan tidak sempat mengunjungi Manda.
Masa KKN yang hanya empat puluh lima hari itu membuatnya sedikit sibuk, apalagi amanah yang diembannya sangat berat waktu itu. Menjadi ketua kelompok dengan sembilan anggota dari berbagai jurusan di kampus dan tidak ada yang sama jurusan mereka. Bahkan kami yang juga satu kampus tidak pernah saling mengenal dan bahkan hanya kenal di tempat KKN tersebut.
Walaupun dengan sederetan tugas-tugas yang diemban Irvan setiap harinya, namun Irvan dan Manda tetap berkirim pesan menanyakan kabar satu sama lain. Bahkan Manda juga sibuk mengurusi kegiatannya di lokasi KKN. Masa-masa menyabdikan diri kepada masyarakat justru sangat menarik dan mendapatkan pengalaman baru, serta teman-teman baru baik di daerah orang maupun teman-teman KKN.
Menginjak semester selanjutnya Irvan pun Magang di Kota Bukittinggi dengan tujuh orang teman sekelas yang satu kos di Belakang Balok. Namun Irvan tetap hanya seorang diri yang laki-laki ditempatkan di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kota Bukittinggi selain itu ada tiga teman wanitanya dari kelas lain namun tetap satu jurusan Akuntansi. Sayang lagi-lagi Manda juga tidak sama dengan Irvan yang justru mendapatkan tempat di Padangpanjang. Padahal awalnya Irvan sangat menginginkan Magang di Kota Padangpanjang tersebut dengan alasan pertama bahwa udaranya nyaman dan kedua ingin mengenal penulis asal Kota Serambi itu seperti Irzen Hawer dan Muhammad Subhan.
Namun Allah berkehendak lain, akhirnya dia bahkan mengenal semua tempat di Kota Wisata dengan keramaian setiap harinya. Walaupun cuman kota kecil namun penduduk yang ramai disana. Apalagi setiap hari Selasa dan juga Sabtu adalah hari pasarnya Kota Bukittinggi yang semakin ramai dengan setiap pengunjung dari berbagai tempat berdatangan. Irvan yang awalnya tidak kenal jalanan kota itu menjadi hafal setiap sudut jalan kota itu hingga tempat-tempat wisata di kota itu. Tidak ada tempat wisata yang tidak dikunjunginya, namun sayang lagi-lagi Manda juga sibuk dengan kegiatan di kantornya sendiri dan hanya Irvan seorang diri yang berjalan mengunjungi setiap tempat wisata yang hanya ditemani Simerah dan camdignya.
Magang di Dinas Koperindag mendapatkan pengalaman yang sangat berharga bagi Irvan, selain mendapatkan ilmu-ilmu baru dalam dunia kerja juga mendapatkan hubungan yang baik dengan pegawai-pegawai di tempat itu. Bahkan tidak jarang Irvan yang hanya diam-diam saja, dia selalu sibuk jika berada di kantor dan bahkan sering membantu para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Disana Irvan memegang kendali dua buah komputer dan bahkan Kak Heni sering membantunya mengerjakan tugas yang lumayan sulit.
Menjalani masa-masa Magang dengan waktu dua setengah bulan di kota itu menjadi pengalaman baru bagi Irvan. Selain hanya berkirim pesan sesekalai dan menelpon Manda di Kota Serambi membuatnya menjadi nyaman mendengarkan suara indah Manda. Walaupun mereka jarang sekali bertemu akhir-akhir ini karena kesibukkan masing-masing. Namun rasa persahabatan mereka terus saja tumbuh dan bersemi menjelma menjadi saling terikat satu sama lain. Hati yang jauh menjadi dekat dengan ikatan persahabatan dan menyatukan dalam hati masing-masing.
Dua kegiatan wajib kampus sudah selesai dengan lancar oleh Irvan dari fase KKN hingga fase Magang berakhir mengenangkan dan lancar. Fase terakhir adalah pembuatan skripsi sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa yang akan mendapatkan gelas S1-nya. Walaupun sempat membuat Irvan menjadi jatuh berkali-kali dengan masalah skripsinya, namun akhirnya Buk Cici berhasil memberi tanda “ACC” di proposal Irvan.
Selasa siang itu dia menyelenggarakan seminar proposal di gedung F4 dengan dua orang dosen penguji oleh Pak Gam sebagai ketua ka Prodinya dan Buk Cici sebagai dosen pembimbingnya. Sekitar tiga puluh menit di depan mereka membuat Irvan harus deg-degan setengah tak bernafas. Badannya terasa panas dingin di depan dua dosen itu, dengan berbagai komentar dan masukan kepada skripsinya siang itu.
Akhirnya kata-kata yang ditunggu-tunggu Irvan pun terkabulkan yaitu “Proposal Skripsi diterima dengan Perbaikan.” Rasa senang tak terhingga siang itu dan semua teman-temannya yang seminar di hari yang sama Aris, Bang Daud, dan Qori juga diterima dengan perbaikan. Setelah seminar Manda langsung memberikan senyuman terindah kembali kepada Irvan serta dialah orang pertama yang memberikan selamat kepada Irvan siang itu.
“Selamat ya Van, semoga berjalan lancar,” sambil bersalaman dan tersenyum.
“Terima kasih Manda, semoga juga cepat seminar juga,” membalas senyuman Manda.
Namun lagi-lagi tatapan mata Manda membuat Irvan terhipnotis dan beberapa detik tatapan matanya beradu dan terus memengang tangan lembut Manda. Entah apa yang dirasakan dua sahabat itu, namun teman-temanya yang lain seperti tidak ada dan hanya dia berdua yang menempati dunia ini. Wajah manis Manda kembali memancarkan sinar yang begitu indah disertai senyuman indah mebuat Irvan tidak bisa lepas dari wajah itu.
***
Irvan memiliki seorang teman yang kuliah di IAIN Iman Bonjol Padang dan dulu juga satu kelas dengan Irvan di MAN 1 Batusangkar. Namanya Elza dan dialah yang menemani Irvan mencari bahan skripsinya di kampus Elza dan seorang lagi temanya Elza yaitu Azwar Anas. Kami mencari buku di perpustakaan kampusnya di Lubuk Linta dan di perpustakaan di pasca sarjananya serta perpustakaan Bank Indonesia. Setelah Irvan berkenalan dengan Azwar dia orangnya sangat baik dan juga teman dari kekasihnya Manda serta satu kelas juga. Selain itu Azwar dan Tajri juga satu pondok dan satu kampung, sama halnya dengan Manda.
Setelah sibuk mencari buku-buku Azwar memperkenalkan Irvan dengan Tajri di depan perpustakaan kampusnya. Rasa penasaran Irvan selama ini dengan kekasih Manda mulai hilang karena sudah bersalaman langsung dan berkenalan dengan Tajri. Selain itu Tajri juga orang yang baik dan juga tampan, tidak salah jika Manda memiliki Tajri sebagai kekasihnya. Namun Tajri yang sudah mengetahui Irvan adalah sahabat Manda di Batusangkar menjadi tidak begitu senang dengan perkenalan itu. Rasa curiga dan cemburu kepada Irvan terlihat disorotan mata Tajri siang itu. Walaupun hanya perkenalan saja yang tidak beberapa menit, namun rasa yang bertolak belakang dengan Irvan menjadi awal kebencian Tajri terhadap Irvan.
Padahal Tajri awalnya tidak mengetahui bagaimana Irvan itu sebenarnya dan orangnya bagaimana ? Namun dia hanya mendapatkan cerita dari Manda dengan penasaran dengan teman-teman Manda di kampus itu. Hanya pertemuan singkat dan hanya empat hari Irvan menginap di kos Ijon juga teman satu kampung dengan Irvan di Batusangkar. Hari terakhir Irvan berpamitan dengan Ijon dan berjalan kembali menelusuri jalanan ke Kota Batusangkar seorang diri di tengah panasnya terik sinar matahari.
Itu adalah pertemuan awal Irvan dan Tajri di kampus IAIN Iman Bonjol. Sejak pertemuan itu rasa kecurigaan yang dilihatkan Tajri kepada Irvan semakin hari semakin memuncak dan menimbulkan pertengkaran hebat antara Manda dan Tajri. Walaupun mereka belum memutuskan hubungan mereka, lain halnya dengan Irvan yang seolah kedekatannya dengan Manda dan pertemuanya dengan Tajri justru mendatangkan perselisihan. Hati Irvan tidaklah senang mendengarkan Manda dan Tajri bertengkar, walaupun dia sangat mengukai Manda dengan sepenuh jiwanya. Bukan berarti dia harus menginginkan hubungan mereka akan menjadi retak dan akan mendapatkan Manda nantinya. Tidak.
Hubungan Manda dan Tajri yang terus mencapai puncak pada siang itu. Terlihat Manda dan Tajri berada di depan kos Manda siang itu. Cek-cok antara mereka membuat Irvan tidak tega melihat Manda diperlakukan seperti itu, rasa persahabatan dan hati yang segar Irvan mendatangi kedua orang itu.
“Apa yang sebenarnya inti dari masalahmu teman ?” sapa Irvan kepada Tajri.
“Akhirnya sang biang keladi datang juga, tidak salah lagi kamu yang bernama Irvan kan?” dengan sorotan mata membelalak menantang Irvan.
Namun irvan yang datang bukan dengan niat untuk merampas atau pun menambah bara api pertengkaran itu, namun dengan niat yang baik dan ingin kembali menyatukan kedua pasangan itu menjadi akur kembali seperti dulu. Irvan hanya terlihat santai dengan tatapan sinis Tajri kepadanya.
“Iya saya yang bernama Irvan, jangan salah sangka dulu Tajri hubunganku dengan Manda hanya sebatas sahabat tidak lebih, kenapa kamu mencurigai Manda dengan hal-hal yang tidak masuk akal ?”ucap Irvan.
“Saya merasa tidak senang saja jika kamu dekat-dekat dengan Manda. Dia adalah kekasihku ?” balas Tajri dengan marahnya.
“Tenang dulu, masalah ini adalah masalah kesalah pahaman antara kamu dan Manda. Sebenarnya masalah ini hanya perlu diselesaikan dengan kepala dingin, saya tidak memiliki hubungan khusus dengan Manda serta aku tahu kau adalah kekasihnya Manda. Jika kamu menginginkan Manda tidak mendekatiku, baik. Mulai saat ini saya tidak akan mendekati Manda lagi jika itu mau mu. Namun ingat Tajri, saya hanya mencoba menjaga Manda di sini bukan dengan niat yang lain, jika kamu ingin menjaga Manda disini silahkan, apakah kamu bisa setiap hari harus bolak-balik dari Padang-Batusangkar ? Tidakkah kau capek dengan hal itu, jika kau tidak percaya denganku, baiklah saya permisi. Assalamu ‘alaikum teman, Manda,” sambil memalingkan wajahnya meninggalkan kedua orang itu.
Sejenak Tajri hanya terdiam dengan kata-kata Irvan dan Manda tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Irvan hanyalah sahabatnya sedangkan Tajri adalah kekasihnya dan sudah lama mengenalnya daripada Irvan. Irvan terus saja berjalan menjauh tanpa menoleh ke belakang lagi dan dia tahu bahwa jika dia tidak lagi bertemu dengan Manda maka hubungan Manda dan Tajri akan membaik. Walaupun dalam hati Irvan menginginkan hubungan mereka menjadi putus dan akan mendapatkan Manda dengan cintanya. Namun itu hanyalah rayuan syetan kepada Irvan, dia tetap menginginkan hal terbaik untuk kebahagian sahabatnya walaupun merelakan hati hancur.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba Tajri yang tadinya terdiam setengah berlari mengejar Irvan sedangkan Manda terduduk sambil menangis.
“Tunggu Van, tunggu sebentar ?” ucap tajri dari belakang.
Irvan hanya mengangka itu adalah suara halusinasi saja menepis suara itu dan terus berjalan.
“Van, tunggu sebentar,” sambil memengang tangan Irvan dari belakang.
Dengan rasa terkejut Irvan menoleh sambil melihat siapa yang telah memegang tangannya itu. Dia terkejut Tajri yang sudah berdiri dibelakangnya sambil memegang tangannya.
“Ternyata suara itu benar nyata suara Tajri,” pikir Irvan dalam hati.
“Setelah saya pikir-pikir alangkah lebih baiknya kita bicarakan masalah ini bertiga, apakah kau mempunyai waktu sebentar  Van ?” ucap Tajri.
Setengah tidak percaya Irvan mendengarkan ajakan Tajri itu keluar dari mulutnya, namun beberapa saat Irvan hanya terdiam.
“Ide yang bagus Tajri, dimana kita bicarakan agar suasananya sedikit santai ?” balas Irvan.
***
Disebuah kafe di pinggiran jalan Lima Kaum menjadi tempat pertemuan mereka bertiga siang itu. Terlihat suasana tidak seperti tadi dan sudah mulai meredah. Bahkan Tajri yang awalnya terbawa emosi sudah terlihat lebih tenang, sedangkan Manda sudah berhenti menangis. Tiga buah jus buah sudah berada di depan mereka.
“Maafkan saya yang berpikir yang tidak-tidak antara kamu dengan Manda,” Tajri membuka pembicayaan.
“Tidak apa-apa Tajri, saya juga tahu hubunganmu dengan Manda sudah terlalu lama dan saya pikir kalian adalah pasangan yang serasi. Saya hanya sahabat Manda di kota ini tidak lebih, jika kau masih tidak percaya coba kau tanya sama Manda sendiri ?” balas Irvan.
Beberapa saat diam dan Tajri mengalihkan pandangannya kepada Manda. Tanpa menunggu Tajri bertanya Manda sudah mulai menggerakkan bibirnya.
“Seperti yang dikatakan Irvan barusan, hubungan Manda dan Irvan tidak lebih dari hubungan sahabat. Asalkan kakak tahu sebenarnya Manda memiliki rasa kepada Irvan, namun setelah Irvan mendengarkan bahwa kakak adalah orang yang baik dan setia dengan perjuangan kakak mendapatkan cinta Manda. Maka Irvan hanya menganggap Manda sekedar sahabat tidak lebih,” sejenak Manda terdiam.
Lalu, melanjutkan kata-katanya.
“Irvan yang dari awal tidak ingin menyakiti Manda dan menjaga Manda dikala kakak tidak ada disini. Sejak saat itu hati yang dulu sempat berubah kembali menjadikan kakak yang selalu di hati Manda, tidak pernah sedikitpun Manda berpaling dari kakak walaupun jauh ribuan kilo meter dan tempat yang jauh juga,” dengan terisak-isak.
“Sekali lagi maafkan kakak yang terlalu cemburu dan tidak percaya kepada Manda, serta kamu Van. Saya mengira kamu akan merebut Manda dari tanganku, karena itulah saya takut Manda lepas dan saya sudah berusaha keras untuk mendapatkan cinta Manda dari dulu. Tiga tahun menunggu baru cinta Manda saya dapatkan,” balas Tajri.
“Saya sudah mendengarkan itu dari Manda karena itu saya sangat senang Manda memiliki kekasih yang baik dan setia sepertimu Tajri. Kamu sangat beruntung memiliki Manda bahwa Manda orang yang sangat baik dan juga setia dengan dirimu, jangan kau sia-sia kan cinta sucinya kepadamu yang kamu bina selama ini. Saya hanya sebagai jembatan bagi kalian untuk menyatukan hubungan kalian kembali, saya harap setelah ini tidak ada lagi pertengkaran, tidak ada lagi rasa cemburu diantara kita. Jika kamu menginginkan bantuanku saya akan memberikan bantuan sebisaku dan percayakan Manda akan tetap aman di kota ini. Insya Allah saya akan menjaga Manda sebagaimana saya menjaga diriku sendiri demi sahabatku,” mencoba meyakinkan Tajri.
Sejak kejadian itu Tajri menjalin ikatan persahabatan dengan Irvan dan memberikan kepercayaan menjaga Manda ketika dia tidak ada di kota itu. Persahabatan antara mereka semakin hari semakin baik dan bahkan sering mengirim pesan satu sama lain. Rasa cemburu dan kemarahan telah berubah menjadi ikatan persahabatan yang baik antara mereka.
***
Bulan September adalah bulan yang ditunggu Irvan dan teman-teman lainya, bulan dimana mereka akan resmi mendapatkan gelas S1 di kampus mereka, begitu juga dengan Manda dan Tajri di kampus IAIN Iman Bonjol. Masa sulit menyelesaikan skripsinya telah dilewati Irvan beberapa bulan ini. Tinggal sehari sebelum wisuda di kampus Irvan akan digelar dan semua persiapan sudah disiapkan Irvan selama seminggu ini.
Besoknya sebelum hari H akan digelarkan pelantikan sarjana S1 di kampus Irvan. Dia ingin memberikan kabar gembira ini langsung kepada kakaknya di Payakumbuh. Pagi itu Irvan seorang diri menelusuri dinginnya udara pagi yang menyengat kulit hingga ke tulang. Dengan kecepatan tingga Irvan membawa motornya melaju cepat sekali melewati jalanan Baso. Walaupun dengan hati yang senang Irvan seakan terbang dengan Simerah menuju Kota Biru itu.
Hal-hal tidak disangkah Irvan  pun terjadi, pada saat kecepatan motor sampai pada kecepatan 100 km/detik. Seorang Bapak yang dengan tidak memperhatikan jalanan pagi itu berjalan ke tengah jalanan itu. Dengan rasa terkejut Irvan mencoba mnghindari tabrakan dan menghindari Bapak itu, namun sayang Simerah terpaksa keluar dari jalanan. Irvan jatuh ke dalam lembah yang curam dan di bawah sana batuan besar di tepian sungai menunggunya dari bawah. Seketika itu dia tidak sadarkan diri, Irvan merasakan dirinya melayang dan tangan Manda menyambut tangan Irvan yang sedang tejatuh. Senyuman Manda kembali terbayangkan di saat malaikat maut menjemput Irvan menuju Allah.
Beberapa saat kemudian jalanan yang tadinya sunyi menjadi ramai dengan kejadian itu. Mereka penasaran siapa yang jatuh ke bawah sana. Dari atas sana terlihat sebuah motor berwarna merah jatuh ke dalam semak berukar, namun seorang remaja mengunakan switer merah dengan tas sandang samping yang masih terlilit dibadannya menyalami pendarahan yang cukup hebat di kepalanya. Karena terbentur dengan batu besar dan aliran darah segar bercucuran membasahi tubuh remaja itu.
Polisi yang sudah datang membatasi tempat TKP itu dengan policeline berwarna kuning. Bahkan bantuan alat beratpun didatangkan untuk mengangkat ke permukaan kendaraan yang jatuh ke bawah jurang itu.
Namun Ibu Irvan yang tahu kepergiannya ke Payakumbuh memberikan kabar gembira dengan wisuda sarjana kepada kakaknya. Merasakan hal aneh, gelas yang dipegangnya tiba-tiba jatuh dan pecah ke lantai.
“Apa yang telah terjadi ? Kenapa gelas ini tiba-tiba jatuh,” pikir Ibu Irvan.
Tidak ingin memikirkan yang bukan-bukan akhirnya Ibu Irvan kembali melanjutnya aktivitasnya. Lain halnya dengan Manda juga merasakan perasaan tidak tenang sejak beres-beres tempat kosnya. Darahnya mengalir deras dan detak jantung menjadi tidak teratur. Sama halnya dengan Ibu Irvan, Manda menepis rasa kekhatirannya dengan melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Manda sendiri tidak diberitahukan Irvan kalau dia ke Payakumbuh pagi itu.
Hanya Tajri yang mendapatkan pesan yang awalnya tertunda karena jaringan dan ketika Irvan mengalami kecelakaan pesan itu tiba-tiba masuk ke HP Tajri.
“Salam sahabatku, Tajri. Maafkan jika selama ini selama ini saya tidak mampu menjaga Manda dengan baik. Hari ini, nanti dan akan datang kita belum tentu akan bertemu lagi. Saya berharap hubungan kalian akan berlanjut ke jenjang pernikahan dan saya akan merasa bahagia jika melihat Manda bahagia, walaupun hati aku korban untuk kebahagiannya. Kamu sangat beruntung memiliki Manda dan tolong jaga dia selalu dan jangan sakiti dia.”
Sekitar dua satu jam kemudian mayat remaja itu berhasil dibawa ke rumah sakit terdekat namun sayang nyawa sudah tidak tertolong lagi, sedangkan motornya dibawa ke kantor polisi siang itu. Ajaibnya motor yang jatuh dari ketinggian 50 meter itu tidak rusak sama sekali dan menyangkut di akar-akar pohon beringin yang bergantungan dengan mainan kunci bergambar Chelsea FC masih bergantungan di kontaknya.
Setelah dilakukan identifikasi mayat oleh polisi dan mengetahui bahwa mayat remaja itu dari dompet dengan surat-surat yang lengkap di dalamnya seperti SIM, KTP, STNK motor, kartu mahasiswa dan kartu pustaka. Polisi mengetahui nama mayat remaja yang baru saja meninggal dunia adalah Irvan dengan alamat Desa Balai Bungo, Kec. Sungayang. Setelah mengetahui itu polisi menemukan HP korban dalam saku celananya. Kontak pesan yang masuk cukup banyak dan salah satu pesan itu adalah dari Kak Irwan di Payakumbuh.
“Sudah sampai mana Van ?”
Pesan dari Kak sudah cukup banyak dan panggilan tidak terjawab. sedangkan ada pesan lain yang ditemukan polisi dari Tajri.
“Salam juga Van, terima kasih sudah menjaga Manda selama ini. Insya Allah secepatnya saya akan melamar Manda dan tentunya saya akan langsung menyerahkan undangan pernikahan kami kepadamu.”
Akhirnya polisi menghubungi nomor Kak Irwan dan menganggap Kak Irwan salah satu dari famili korban.
“Selamat siang,” suara polisi itu.
“Siang Pak, maaf ini siapa ya ?” balas Kak irwan.
“Apakah ini dengan famili yang bernama Irvan ?” tanpa menjawab pertanyaan Kak Irwan.
“Iya Pak, memang ada apa Pak,” dengan rasa khawatir.
“Tolong Bapak datang ke kantor polisi di Payakumbuh sekarang juga, terima kasih.”
Dengan rasa khawatir Kak Irwan mendatangi kantor polisi yang tidak jauh  dari rumahnya. Beberapa saat dia sudah sampai di depan kantor polisi dan masuk ke dalam.
“Saya Irwan kakak Irvan, ada apa dengan adik saya Pak ?” tanya Kak Irwan.
“Silahkan masuk dulu Bapak Irwan dan duduk dulu,” mencoba menenangkan Kak Irwan.
Setelah beberapa detik Kak Irwan tenang, baru polisi itu memberikan beberapa kartu nama dan yang lainya kepada Kak Irwan.
“Apakah benar Bapak keluarganya ?” sambil memberikan beberapa lembar kartu nama dan yang lainya.
“Tanpa banyak berpikir Kak Irwan melihat fhoto Irvan dan namanya juga sama dengan nama adiknya bahkan alamatnya rumahnya.
“Benar Pak ini adik saya, apa yang terjadi Pak ?” dengan nada cepat.
“Ternyata benar Bapak adalah keluarganya, begini Pak Irwan. Pagi tagi kami menemukan seorang mayat remaja yang jatuh ke jurang dan kami tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Bahkan kami menemukan dia sempat menyebut nama ‘Manda’ dan setelah itu menghembuskan nafasnya yang terakhir,” ucap Pak Polisi itu.
Kak Irwan tidak mampu berkata apa-apa yang menundukkan kepala sambil menangis terisak-isak. Bapak Polisi itu mencoba menenangkan Kak Irvan, namun rasa sedihnya tidak bisa ditutupi dengan kematian sang adik tersebut. Beberapa saat Polisi itu membiarkan Kak Irwan hanyut dalam kesedihannya dan setelah Kak Irwan sudah mulai tenang. Polisi itu kembali berkata.
“Pak Irwan silahkan ikut kami ke rumah sakit karena saudara Irvan sudah dibersihkan di rumah sakit.”
Dengan langkah gontai Kak Irvan mengikuti Pak Polisi itu dari belakang dan naik ke mobilnya. Di dalam mobil Kak Irwan memberitahukan kejadian itu kepada Kak Mursal di Sungayang.
Antara rasa tidak percaya dan percaya Kak Mursal memastikan pesan itu bercanda serta langsung menelpon Kak Irwan.
“Iya benar, Irvan sekitar dua jam yang lalu jatuh ke jurang sekarang saya bersama Polisi akan melihat mayat Irvan di rumah sakit. Kita bertemu saja di rumah sakit Payakumbuh nanti,” sambil mematikan telpon itu.
***
Kak Irwan melihat wajah Irvan yang sudah pucat tak berdarah dengan bercucuran kristal-kristal bening berjatuhan dari matanya. Tidak beberapa lama Ibu Irvan dan kakaknya yang lain termasuk Kak Mursal ikut berdatangan ke ruangan itu melihat Irvan. Namun ruangan itu pecah dengan tangisan sang Ibu Irvan yang tidak percaya dengan kematian Irvan secepat itu. Semua menangis menyaksikan kepergian Irvan sang anak bungsu dari keluarga itu.
Semua kenangan Irvan dengan keluarga terlintas dan membuat semua itu menjadi menangis tak tertahankan lagi oleh Pak Polisi. Hanya deraian air mata yang melepaskan kepergian Irvan siang itu, tanpa ada banyak pertanyaan semua terpaku dalam kesedihannya masing-masing. Bahkan Irvan yang besoknya akan dilantik menjadi sarjana akuntansi S1 akan dilaksanakan berakhir dengan kepergiannya untuk selamanya.
Lama menunggu semua tenang. Akhirnya mayat Irvan dibawa ke Batusangkar ke rumahnya dan siap untuk dikebumikan sorenya. Semua teman-teman Irvan yang tidak percaya dengan kematian itu juga turut berdatangan ke pemakaman terakhir Irvan. Bahkan Manda yang juga mendengar kabar itu langsung dari Yenti juga ikut berdatangan dengan Tajri. Semua larut dalam kesedihan yang tidak bisa diungkapkan, hanya pesan terakhir yang dikirimkan Irvan menjadi wasiat terakhir Irvan kepada Tajri sebagai sahabatnya.
Matahari sudah mulai condong ke barat dan terlihat teman-teman Irvan dan kerluarganya masih saja berdiri di pinggiran kuburan Irvan. Dengan batu nisan bertuliskan “Irvan binti Ratnawilis, lahir : 30 Oktober 1992, wafat : 29 September 2015.”
Bahkan Manda dan Tajri pun tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata perpisahannya. Ingatan kembali dengan bantuan Irvan menyesaikan hubungan kusutnya siang itu dan pesan terakhirnya menjadi wasiatnya untuk memenuhi janjinya kepada Irvan dengan membahagiakan Manda. Bahkan Tajri juga melhatkan pesan Irvan itu kepada Manda, lagi-lagi Manda membaca satu demi satu pesan itu air matanya terurai semakin deras. Belum selesai dibaca pesan itu oleh Manda, dia jatuh pinsan di dekat rumah terakhir Irvan itu.
***
Beberapa bulan kemudian, Tajri dan Manda mendatangi pemakaman Irvan dengan seorang buah hatinya. Diatas kuburan itu mereka membersihkan rumput-rumput yang tumbuh serta dedaunan yang di atas pemakaman Irvan itu.
“Van begitu cepatnya kau meninggalkan kami, lihatlah hari Manda sudah memenuhi wasiat Van yang dulu kirimkan kepada Tajri. Bahkan kami sudah menikah setahun yang lalu dan kenalkan ini anak pertama kami dengan nama “Syahira Amanda,” sambil meneteskan air mata.
Tajri yang duduk di samping Manda yang sudah syah sebagai isterinya hanya memeluknya mencoba menenangkan hati Manda yang terlalu sedih dengan kepergian Irvan yang begitu cepat. Setelah beberapa menit di pemakanan Irvan mereka akhirnya berpamitan pulang kepada Ibu Irvan dan kakak-kakaknya.
Senyuman Irvan seolah-olah terlihat sebelum Manda dan Tajri meninggalkan pemakaman Irvan sebagai tanda Irvan ikut senang dengan pernikahan Manda dengan Tajri. Walaupun Irvan sudah lebih dulu meninggalkan dunia ini, namun batin dan jiwanya sudah tenang melihat kebahagian mereka berdua.

0 komentar:

Posting Komentar