Gambar : Simerah sang penakluk waktu. |
Aku mempunyai seorang sahabat yang
bisa dibilang dekat, dan kadang-kadang bisa dibilang jauh, karena sabahatku
yang satu ini orangnya sangat berbeda dengan sahabat-sahabatku yang lain.
Memang orangnya baik, tidak sombong tetapi dia sangat tertutup orangnya
walaupun terhadap sahabat dekatnya sendiri, jika ada masalah dia pendam
sendiri. Memang terkadang jika kita mampu untuk mengatasinya sendiri, kalau
tidak bisa gimana ? Harusnya kita, jika dihadapkan pada suatu masalah kalau
tidak mampu mengatasinya sendiri, maka kita minta pendapat dari orang-orang
terdekat kita, misalnya, sahabat yang bisa menyimpan rahasia, teman curhat,
saudara dan sebagainya.
Walaupun tidak dapat memberikan solusi
atau memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut, tetapi harusnya kita
telah dapat menyebutkan dan mencerikan kepada dia, ini isi hatiku, ini masalahku,
itu menjadi kepuasan tersendiri dari dalam diri kita sendiri. Walaupun itu
belum ada jalan keluarnya, tetapi jika kita yakin setiap masalah itu pasti ada
jalan keluarnya, seperti sebuah ungkapan, “jika ada penyakit, pasti ada
obatnya, jika ada permasalahan maka ada juga solusi dari permasahan
tersebut.”
Dari ungkapan tersebut, bahwa setiap
masalah ada jalan keluarnya, tetapi banyak orang-orang yang tidak mau berpikir,
dan tidak mau dan tidak ingin bertindak lebih untuk mengatasi setiap
permasalahan yang muncul. Aku masih ingat kata-kata dosenku waktu Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat Menengah (PKMM) di Hotel Chimpago, Bukit Tinggi, yaitu
“Hidup adalah Masalah, Tujuan Hidup untuk mengatasi Masalah.”
Jika tidak ada masalah maka hidup ini
menjadi tidak bermakna, tidak berarti sama sekali, Allah Swt pun menegaskan
bahwa, “Aku tidak akan memberikan cobaan kepadamu, melebihi batas kemampuan mu.”
Tidak ada jalan yang datar dan lurus selalu, tetapi ada kalanya jalanan yang
menanjak, melereng, berbatu, berlubang, dan menurun. Seperti itulah hidup ini,
ada kalanya senang, ada kalanya sedih, ada kalanya beruntung, dan ada kalanya
butuh perjuangan dalam hidup ini.
Seperti sebuah kapal di lautan yang
luas dan ombak yang ganas, seolah-olah kapal tersebut akan karam dan tumbang
oleh terjangan ombak, tetapi dengan keahlian yang dan komamdo yang hebat dan
jitu dari seorang nahkoda kapal, maka kapal tersebut selamat dari terjangan
ombak.
Begitu juga dalam hidup ini, jika kita
tidak mampu memanfaatkan setiap momentum dan setiap kesempatan yang ada
untuk terus bertahan dan mampu mengatasi setiap permasahan yang ada. Jika ingin
mengahadapi setiap permasalahan yang muncul, maka jangan pernah dihadapi dengan
kepala yang panas, tetapi hadapilah dengan kepala dingin, maka Insyaallah
setiap permasalahan akan mudah dan menjadikan kita untuk lebih dewasa lagi
menghadapi hidup ini.
Artinya, jika kita dihadapkan dengan
suatu permasalahan yang serius ataupun tidak maka, jangan pernah tergesa-gesa
untuk mengatasinya, karena setiap orang itu mempunyai kharakter yang
berbeda-beda, di sanalah lah kita harus bijak untuk mengambil keputusan.
Terkadang orang-orang yang
menyepelekan permasahan kecil, menjadi besar dan tidak dapat lagi mengatasinya,
dan terkadang permasalahan besar menjadi kecil dan biasa-biasa saja, karena
mereka yang lebih tangguh, lebih dewasa menghadapi hidup ini dan dengan
ketenangan dalam berpikir dan betindak.
Aku pernah membaca dinding di facebook
temanku, disana di tuliskannya, “terkadang untuk menyelesaikan permasalahan
itu dibutuhkan pemikiran anak-anak.” Mungkin seperti ini, terkadang jika
seorang anak bertengkar dengan temannya, dan saat itu mereka diam dan tidak
tegur sapa sejenak, seolah-olah tidak mau berteman lagi dengannya, tetapi
setelah beberapa jam dan terbuai dengan asyiknya suatu pemainan, mereka menjadi
akrab kembali, seperti tidak pernah ada permasahan sebelumnya, dan mereka
menjadi akrab kembali. Itulah yang disebut pemikiran anak-anak.
Sahabatku pernah bertanya kepadaku,
pernah nggak kamu keluar dari Tanah Datar ? Polos aku menjawab “tidak.” Karena
dari kecil sampai sekarang ini aku hanya mutar-mutar Sungayang dan Batusangkar,
sekali-sekali ke Padang, Bukit Tinggi dan Payakumbuh. Itulah jauhnya perjalananku,
namun walaupun begitu aku bertekad dalam diriku, jika suatu hari nanti aku
bukan hanya keluar Tanah Datar, tetapi keliling dunia sekalipun. Sahabatku ini
memang tinggal di Jambi, yaitu di Jujuhan, Rantau Ikil, Muaro Bungo.
Sejak saat itu aku memiliki misi
rahasia dalam hidupku dan ingin membuat sejarah baru dalam hidupku, yaitu
mengikuti dan mencari tahu rumah sahabatku ini. Karena aku penasaran dengan
dirinya dan mengagumi dirinya, aku berniat pengurusan KRS nanti dan setelah ia
siap mengurusnya aku akan mengikutinya dari belakang.
Malam itu aku sempat menanyakannya
pada temannya, kalau dia sudah selesai mengurus Kartu Rencana Studi (KRS)-nya
dan dia besok akan pulang lagi. Setelah aku mencari tahu informasi tersebut, keesokkan
harinya aku tanpa sepengetahuaannya aku mengikutinya dari belakang.
Pagi itu kulihat jam 06.00 aku bersiap
untuk mandi, dan beres-beres memandikan motorku, dan membereskan tempat tinggalku
dulu. Setelah itu aku makan dan meminjam sebuah jeket milik adikku di Panti
Asuhan, supaya Ia tidak mengenalku jika Ia melihatku, jika aku masih mengenakan
jeket yang biasa aku pakai maka Dia akan lebih mengenal dan tahu kalau aku
mengikutinya, makanya aku pinjam jeket adikku.
Tepat pukul 07.30 kuberangkat dengan
bermodalkan keberanian, awalnya aku isi minyak motorku full tank supaya tidak
terjadi kejadian yang tidak diinginkan nantinya di jalan. Jam 07.40 aku
memantaunya dari jauh di kostnya, setelah 15 menit berlalu tidak ada muncul dia
aku langsung menuju Terminal Dobok dan kumelihat disana ada sebuah mobil yang
menuju jambi akan berangkat dan sayangnya aku tidak melihatnya.
Walaupun begitu aku yakin dia ada didalam
mobil itu, dan aku akan mencari informasi tentang para penumpang dari calonya,
saat kulihat ternyata calonya juga berangkat langsung, jadi aku tanyakan
pada penjual makanan disana, bahwa calonya itu akan menemani dan
mengurusnya sampai ke Guguak Cino, jalan ke Lintau dan Padang Gantiang.
Setelah mobilnya jalan aku ikuti dari
belakang, walaupun ada sedikit nyasar tetapi masih terlihat mobil itu, setelah
lewat Guguak Cino pun calonya tidak berhenti dan terus mengurusi
penumpang, ternyata penumpangnya masih ada yang belum naik. Aku terus mengikuti
dari belakang, setelah jauh dari sana baru calo tadi berhenti. Pas waktu
itulah ku menanyakan kepadanya.
“Pak, apa benar yang bernama Manda ada
di mobil itu Pak ?”
Bapak itu bilang,“Yang dari STAIN kan
? “Ia” Pak, ada yang namanya Manda didalam mobil itu sekarang ada di mobil itu,
“Mau kemana ? aku bilang aku akan ke tempat teman di Jambi.
Mobil itu terus aku ikuti walaupun
sempat ketinggalan jauh dari mobil itu, akhirnya terkejar juga. AKu sempat
kehilangan jejaknyanya, gara-gara antri sekali ngisi minyak di Pertamina, aku
kejar mobil itu dengan kecepatan 100 km/jam ternyata tidak kelitahan lagi, aku
tidak menyerah kuyakin mobil itu pasti akan terkejar.
Beberapa persimpangan sempat
membingungkan aku, aku bertanya kepada orang-orang disana ini jalan ke Jambi
dan barusan mobil Jambi lewat. Aku terus berharap akan menemukan mobil itu
lagi, aku pasang niat baru dalam diriku, “jika mobil itu aku ikuti ada yang
namanya Manda didalam, maka biarkanlah ya Allah motorku ini terus berjalan,
tetapi jika tidak ada yang namanya Manda didalam maka hentikan laju motorku ini
ya Allah.” Ternyata motorku terus melaju kencang, aku semakin yakin orang yang
kucari benar-benar ada didalam mobil itu.
Di Sawah Lunto aku masih melihat mobil
itu, tetapi setelah di Sijunjung aku tidak melihatnya lagi, alias “kehilangan
jejak”, dengan semangat yang tinggi dan karena misiku ini telah kuambil dan kujalani
aku tidak boleh untuk berhenti sampai ke Jambi, walaupun nantinya aku sampai ke
Jambi dan tidak menemukan yang kucari, maka aku boleh pulang lagi, aku akan
menjadikannya sebagai pengalamann hebat dan jalan-jalan yang terjauh dalam
hidupku walaupun hanya sendiri.
Setelah sampai di Sijunjung kumelihat
pohon karet dan sawit yang begitu banyak, aku terbayang sebuah lagu masa kecilku
yaitu, “naik-naik ke puncak gunung.” Kubernyanyi, “jalan-jalan ke Jambi, kiri-
kanan ku lihat saja, banyak pohon karetnya, banyak pohon sawitnya.”
Ternyata memang jauh perlajananku hari
ini, aku baru mengadari ternyata luas dan sangat indah pemandangan disini,
walaupun udaranya yang sedikit panas dan jalanan yang terkadang berlobang dan
bergelombang seperti sebuah perkebunan, dan mungkin itu disebabkan oleh
banyaknya mobil-mobil besar yang bermuatan berat, setiap hari di lalui untuk
menyangkut sawit dan getah.
Gimana tidak kaya orang-orang yang
tinggal disini, itu adalah hasil pertaniaan yang sangat mahal harganya, setelah
melewati Sawah Lunto, Sijunjung, Dhamasraya, dan terakhir daerah tujuanku
yaitu, Jambi. Sekitar jalan yang aku lewati begitu indah dan dibatasi oleh
perkebunan sawit yang begitu luas, perkebunan pohon karet yang begitu luas,
spontan terucap oleh lidahku, “subbhanallah, begitu luasnya dunia ini,
begitu indahnya daerah-daerah di luar Tanah Datar ini.
Mengapa baru kali ini aku
mengadarinya, memang ini adalah perjalanan
dan pertualangan baruku di dunia luar dan sekaligus keluar dari Tanah Datar
ini. Sebelum aku sampai di derah tujuanku, aku sempat istirahat di sebuah kedai
dipinggir jalan, aku membeli minuman. Aku sempat menanyakan kepadanya, “Apa
benar ini jalan ke Jambi, Buk ? benar” katanya, dia juga nanya kepadaku, mau kemana
? “ku bilang aku mau ke Jambi, jujuhan, rantau Ikil. Tetapi ada sesuatu yang
aneh keluar kata-kata yang asing bagiku yaitu, “kesana kok sendiri saja,
hati-hati ja disana, orang rantau Ikil itu jahat-jahat dan kalau bertanya lihat
dulu orangnya, jangan sembangan bertanya.
Aku tidak sempat mananyakan kenapa
orang Rantau Ikil itu jahat-jahat, mungkin lain kali kalau aku ke sini lagi aku
bakal tanya itu, atau kepada teman-teman dan orang-orang yang kukenal di
Batusangkar ini. Kulihat jam sudah menunjukkan jam 12.00 tanpa kusadari aku
melihat mobil yang aku cari di sebuah Pertamina dan aku berhenti sambil
memperbaiki plat nomorku yang sering jatuh sebelahnya.
Setelah lama menunggu melihat akan
melintasiku, aku berpaling dan melihat ke arah kaca spion motorku tetapi, hal
yang aneh terjadi lagi aku tidak melihatnya melewatiku, dan aku periksa
ternyata mobilnya juga tidak ada lagi. Akhirnya aku kejar lagi, dan aku
mengejarnya samapai di Kabupaten Bungo, aku berpikir sejenak tidak mungkin
orang yang kucari sampai ke sini, sedangkan saja, Kabupaten Jujuhan, Rantai
Ikil saja sudah lewat, kulihat jam ternyata sudah pukul 14.00 dan aku masih
belum menemukannya.
Akhirnya, kuambil keputusan kalau
mobil yang kulihat tadi hanyalah sebuah harapan yang tidak dapat aku dapatkan
lagi, tetapi aku senang, aku bahagia bisa keluar daerah Taah Datar dan semuanya
begitu indah, hebat, dan fantastik. Walaupun ku tidak menenukan yang kucari
tetapi aku tahu banyak sedikit tentang Dia, dan aku juga sempat jalan-jalan ke
Rantau Ikil dan tidak begitu jauh aku istirahat dan berangkat jagi ke
Batusangkar.
Tidak jauh dari sana aku dan telah
melewati perbatasan Jambi aku melihat mobil itu, seperti muncul harapan baru
dalam diriku, akhirnya aku mengikutinya dan mobil itu berhenti di sebuah
perbatasan Jambi dan aku berdiri melihat penumpang yang turun, ada sekitar 4
orang, satu diantaranya cewek, aku yakin itulah Manda, dia juga pakai jilbab
dan persis sama seperti Manda, dan dia naik ojek dan aku mengikutinya dari
belakang dan tidak lama aku mengikutinya dia berhenti dan ku lihat, ehhhh. .
.ternyata bukan Manda, gagal lagi, gagal lagi dech.
Akhirnya aku kembali ke jalan tadi dan
mengejar mobil tadi dan setelah aku sampai lagi di perbatasan Kabupaten Bungo, aku
berhenti dan tidak menemukan mobil itu lagi, dan akhirnya aku pulang dengan
tangan hampa, aku berpikir, “pengorbanan yang sia-sia, setelah datang jauh-jauh
dari Batusangkar dan hasilnya pun tidak ada, memang suatu perjalan yang sia-sia
dalam pengejaran ini.”
Harusnya aku sebelum mengikuti Manda aku
harus tahu dulu, kapan berangkatnya ? Apa benar hari itu dia berangakat ? Baju
apa yang dia pakai ? Mungkin aku tidak kewalan mencarinya, tetapi sayang juga
sejak awal pengurusan KRS Dia tidak ingin melihatku dan tidak ingin ketemu aku
lagi. Kumelihat ada kesedihan dalam dirinya walaupun tidak diungkapkannya
langsung kepadaku. Mungkin karena ada nilainya yang kurang memuaskan walaupun
nilainya naik, kuberpikir positif saja tentang dirinya, dan setelah itu dalam
mengikuitnya ku sempat SMS dan menelponnya, tetapi tidak dibalas dan tidak
pernah dianggkatnya.
Sekian banyak aku SMS dan menelponnya,
ada balasan dari yaitu, “jangan pernah menelpon/SMS Manda lagi Van, maaf kan Manda
Van”. Sebuah SMS singkat dan sangat melukaiku dan aku berniat tidak akan
berhenti dan tidak akan mundur dalam misi berbahaya dan sulit ini, sampai aku
menemukan rumahnya dan kondisi rumahnya ssendiri.
Walaupun ini adalah sebuah misi yang
sangat luar biasa dan sulit, tetapi aku tidak akan pulang sebelum menyelesaikan
misi ini. Setelah misiku ini berjalan 100% baru aku menyerah dan pulang setelah
sholat Asyar di salah satu Mesjid di Dhamasraya didepan pabrik, dan pulang aku
masih sempat mengambil beberapa fhoto yang kuanggap menarik dan bagus.
Sebelum berangkat tadi aku telah
menyiapkan bekalku untuk mengisi acaraku pada malam hari jika aku kemalaman dan
aku berencana akan tidur dan istirahat di Musholla maupun Mesjid yang kutemukan,
tetapi Allah berkehendak lain.
Akhirnya aku pulang dengan tangan
hampa, walaupun begitu aku telah temukan keindahan, keunikkan daerah luar yang
sangat luar biasa dan menarik, serta yang tidak kalah menarik adalah pengalaman
baru, dan sekaligus aku mengukir sejarah baru dalam hidupku yang penuh perjuangan,
walaupun secara material atau financial aku gagal dalam misi ini, tetapi
tidak secara pengalaman dan pertualangan baru ini.
Walaupun itu semua tidak masuk akal,
jauh dan sulit, tetapi itu justru membuatku berani dan lebih semangat lagi.
Walaupun dalam perjalanan pulang aku harus menghadapi hujan deras disepanjang
perjalanan pulang, karena aku telah menyiapkan mantel aku tidak berhenti dan
tidak menyerah dan hujan derespun kulalui walaupun tubuh ini kedinginan, dan
lapar, karena dalam perjalanan ini aku hanya sempat sarapan pagi saja, dan
tidak untuk siang dan malamnya.
Tepat pukul 21.00 aku sampai di
Batusangkar, aku karena kedinginan aku membeli gorengan untuk mengisi perut dan
membuat badanku tidak kedinginan lagi, akhirnya pukul 21.30 aku mengakhiri
perjalanan 14 jam itu, setelah sampai di rumah, sholat, makan, dan istirahat. Aku
menyebutnya adalah “sejarah baru dalam hidup”, walaupun aku terlihat pergi
sendiri, tetapi aku merasakan aku bukan sendiri karena selain yang ada di
hatiku, juga motorku yang kuanggap lebih dari sahabatku sendiri, Dia juga tahu
apa yang kurasakan, saat aku membutuhkannya dia tampil dengan gagah berani
sampai menemaniku setiap hari, di saat aku semangat dia pun juga semangat dalam
melakukan tugasnya, serta dia juga banyak menolongku dan membantuku di setiap
kali bahaya dan maut mengancamku. Tanpa kusadari motorku ini menghindar dan membelok
sendiri itu pun yang kurasakan setiap hari dan pada perjalanan ini.
Walaupun perjalanan ini melelahkan dan
tidak dapat menyelesaikan misi ini dengan sempurna, tetapi aku bahagia, senang,
dan itu akan menjadi semangat yang luar biasa untukku ke depannya. Dalam
menjalankan misi dan tujuan awal dari perjalanan ini, aku merasakan ini bukan
dunia nyata. Seolah-seolah aku berada dalam sebuah game yang aku jalan
langsung sebagai peran utamanya, membawa motor dengan kecepatan luar biasa
seperti dalam game motor GP saja. Walaupun seperti dalam dunia game,
tetapi aku tidak boleh game over sebelum sampai tujuan akhirku, tidak
ada kata menyerah sebelum berperang.
Aku juga berterima kasih kepadamu,
yang membuatku kenal, dan tahu begitu indahnya dunia luar walaupun aku tidak
menemukan mu, tetapi banyanganmu akan tetap ada walaupun kau tidak mengingatku
lagi. Aku tidak pernah menyesali perjalanan ini, tetapi aku akan lebih menyesal
jika aku tidak dapat melakukan misi rahasia ini, walaupin di penghujungnya aku
gagal, tetapi banyak ibrah atau pelajaran yang aku dapat dari setiap
kejadian dan suasana yang ada dan baru bagiku.
Aku sadar, kumengakui aku bukanlah
orang yang sebanding dan tidak pantas untuk mu, setelah penelitian dan
pemantauanku langsung ke tempat mu. Kau memang pantas mendapatkan orang yang
jauh lebih baik, jauh lebih berada dariku, karena aku bukanlah orang yang kaya,
bukan juga orang yang baik untuk mu, dan aku hanyalah orang yang akan membuat
mu menderita, sedih dan tidak dapat membuatmu bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar