Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 20 Mei 2016

NIKAH MUDA oleh Desmalina Agustini

Share
Foto : Desmalina Agustini.



Malam itu seperti malam-malam sebelumnya, Nadia, Mahasiswi semester 7 salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Negara ini sedang asyik belajar mata kuliah Perencanaan Bisnis. Tuuuuttt, tiba-tiba hapenya berbunyi. Nadia membuka layar hape androidnya, ternyata sebuah chat bbm dari teman lamanya. “Oh sudah lama juga dia tak ngechat gue lagi, kemana aja nih bocah selama ini, mau ribut kali yah sama gue, udah lama nih ga ribut sama bocah fanatic ini”, gumam Nadia dalam hatinya. “ya udahlah gue chat bentar kali yah sama dia, baru jam 7 ini juga, besok juga jam 2 siang ini ujiannya”, timpalnya dalam hati. Kemudian Nadia mengambil ponsel androidnya dan mulai membaca dan membalas chat dari Riendra.
“Hay Nad, kamu apa kabar”,
“Alhamdulillah baik, kamu sendiri apa kabar?”,
“Alhamdulillah baik juga. Kamu lagi apa nih sekarang?”
“Oh ini, lagi baca-baca diktat kuliah aja. Tumben nih ngechat lagi, kirain udah kemana gitu, hahahaha”
“Aku ga ganggu kan? Hahahah, iya nih. Kangen aja ngobrol sama kamu. Sudah lama juga yah kita ga ketemu”,
“Oh ga kok. Iya yah, kita ketemu terakhir pas kelas 3 SMP, sekarang aku udah semester 7. Lama juga yah. Hhmmm, kamu sekarang dimana?”
“Wah lama juga yah Nad. Aku sekarang tinggal di kota X. kapan-kapan kamu main sih ke sini.”
“Hoho, jauh juga sih. Kamulah yang main kesini. Aku masih di kota Y kok.”
“Okelah nanti aku main kesana. Tapi jangan dicuekin yah”,
“Hahaha, tenang aja. Aku akan jadi tour guide kamu disini”,
“Oh iya, teman-teman SMP kita dulu udah banyak yang nikah loh. Kamu kapan?”
“Hahahah, mau nikah sama siapa kang? Pacar aja kagak punya. Nanti kalau udah waktunya, aku pasti undang kamu kok”,
“Masa kamu ga ada pacarnya. Hhmmm ya udah nanti kita undangannya bareng aja yah. Nama kamu sama nama aku aja diundangannya”,
“Hoho boleeehhh, trus yang diundang siapa?”
“Aku serius ini Nad. Nanti yang kita undang teman-teman kita yang lainlah”,
“Iya Riendraaaa. Hahahaha”,
“Nad, dengar aku yah. Aku ga main-main loh sama ajakan aku tadi. Aku serius Nadia. Tanggapanmu aku anggap serius yah”,
“Riend, gimana aku bisa mempercayai semua ini. Kita aja tadi sedang bercanda loh. Tiba-tiba kamu bilang serius. Aku gam au nanti aku yang jadi korban atau tersakiti”,
“Kamu pegang kata-kata aku yah Nad. Aku akan buktikan sama kamu kalau aku serius sama kamu”
“Baiklah Riendra. Aku pegang kata-kata kamu. Tapi maaf, kasih aku waktu untuk bisa percaya sama kamu seutuhnya”,
“Seiring waktu kamu akan lihat kok Nad keseriusan aku. Aku paham kok kalau kamu belum bisa percaya sepenuhnya sama aku sekarang”,
“Iya Riend, makasih yah pengertiannya”,
“Iya Nad, ya udah kamu belajar lagi yah. Aku mau tutup tokoku dulu. Jangan lupa makan yah.”
“Oke Riend.”
Begitulah percakapan Nadia dan Riendra malam itu. Nadia terus terngiang-ngiang akan ajakan Riendra tersebut. Bagaimana tidak, dari awal kenal mereka hanya sebatas teman. Sewaktu SMP pun Nadia dan Riendra hanya sebagai teman. Tak ada sedikitpun perasaan diantara mereka. Riendra? Yah bagi Nadia semua teman angkatannya adalah teman baiknya. Apalagi di SMP Nadia adalah bintang sekolahnya. Siapa sih yang tidak dia kenal. Meskipun bintang sekolah, Nadia bukanlah tipe yang sombong. Jadi siapapun yang dia kenal adalah teman baiknya, apalagi Riendra. Meskipun tidak terlalu dekat, bahkan tak ada satu cerita pun antara dia dan Riendra di SMP, namun baginya Riendra adalah temannya dan dia cukup mengenal Riendra sebagai temannya.
Nadia kembali membuka diktat kuliahnya. Lembar demi lembar dia buka dan baca. Akan tetapi tak satupun materi itu berhasil dia cerna. Pikirannya masih terganggu dengan chatingan dari Riendra tadi. Dua jam berlalu, sampailah Nadia di lembar terakhir diktatnya. Namun, apa yang telah dia baca tak lagi dia ingat ibarat air yang dituangkan dalam ember bocor. Semuanya menjadi sia-sia. “ini semua gara-gara Riendra, kenapa aku harus memikirkannya? Bisa saja dia hanya bercanda. Tapi Kenapa aku tak bisa melupakannya. Apa mau anak itu. Aduuuhhh, materi inipun tak bisa lagi kuhafal. Pikiranku terlalu kacau sama anak itu. Gimana hasil UTS ku besok kalau aku masih seperti ini. Kenapa harus hari ini dia berkata seperti itu. Kenapa dia ga menunggu waktu yang tepat dulu. Aaahhhhhh bisa gila aku kalau seperti ini terus”, gumam Nadia di dalam hatinya. Tuuuttt, tiba-tiba hape Nadia berbunyi kembali. Nadia kemuadian membuka layar hapenya. Oh orang itu nge-bbm dia kembali
“Masih belajar Nadia?”
“Iya Riend, kenapa?”
“Tapi udah makan kan sebelumnya?”
“Udah kok, kamu gimana?”
“Udah juga kok. Udah malam Nad, istirahat lagi gih. Besok lagi aja disambung belajarnya”
“Bentar lagi Riend, nanggung dikit lagi. Lagian aku belum ngantuk”
“Oh oke deh, aku istirahat duluan yah. Maaf ga bisa nemenin belajarnya”
“Hhmmm tidur aja Riend”
“Selamat malam cinta. Jangan tidur terlalu malam yah”
“Selamat malam Riend”
Berakhirlah chat singkat malam itu dengan banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran Nadia. Ujiannya tak lagi dia ingat. Hanya Riendralah yang bermain-main dalam pikirannya sekarang. “ah sudahlah, aku tidur aja. Besok pagi mungkin semuanya akan baik-baik saja”, pikir Nadia. Kemudian Nadia ke kamar mandi, gosok gigi, cuci muka dan berwudhu sebelum tidur. setelah itu Nadia kembali ke kamarnya dan mulai merebahkan badannya di Kasur. Namun semakin dia berusaha untuk memejamkan matanya, semakin kuat juga bayangan Riendra menari-nari dalam pikirannya. Chat singkat itu terus teringat dalam pikirannya. Kemudian Nadia mencoba memejamkan matanya, akan tetapi dia tetap tak berhasil tertidur untuk mengarungi mimpi indah itu. “Riendra? Kenapa seperti ini? Bahkan kita tak pernah ketemu lagi setelah 6 tahun lebih. Bagaimana kamu bisa menawarkan keseriusan itu padaku? Bagaimana mungkin nanti kamu bisa mencintaiku? Oh hanya untuk main-mainkah? Aku tak ingin lagi main-main Riend.”, pertanyaan-pertanyaan itu terus mengalir dalam pikiran Nadia.
Entah telah berapa jam Nadia berusaha untuk melupakan tentang Riendra, akhirnya Nadia bisa tertidur dengan pulasnya. Selang beberapa jam, adzan shubuh kemudian berkumandang diiringi dengan nada BBM dari hape Nadia yang kembali berbunyi.
“Ayo bangun Nad, sholat shubuh dulu. Kemudian belajar lagi”,
“Iya Riend, ini udah bangun kok. Mau siap-siap wudhu,”
“Oke Nadia”
Kemudian Nadia bangkit dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan kemudian berwudhu untuk melaksanakan sholat shubuh. Shubuh ini dia ingin melupakan semuanya. Dia ingin fokus dengan ujiannya nanti siang. Karena dari kemarin dia sama sekali belum memahami materi ujian hari ini. Untung hari itu dia ujian jam 2. Jadi dia masih punya waktu panjang untuk belajar. Setelah sholat shubuh Nadia kemudian mematikan hapenya biar dia tak terganggu lagi dengan notifikasi hapenya.
Jam telah menunjukkan pukul empat sore. Akhirnya ujian hari ini telah selesai. Hari ini adalah hari kedua Nadia ujian. Tinggal satu mata kuliah lagi, dan itu masih seminggu lagi. Yah, untuk semester ini Nadia hanya mengambil 3 mata kuliah dengan jumlah Sembilan sks, karena semester ini semua mata kuliah dan sks Nadia hampir beres. Tinggal skripsi untuk semester delapan. Nadia tak mau buru-buru untuk mengambil skripsi di semester ini, karena dia ingin penelitian di kampong halamannya di kota Z.
Kemudian Nadia pulang bersama temannya sore itu. Mereka memutuskan untuk makan dulu di sebuah food court di sekitar kampus mereka. Sore itu sengaja Nadia mengajak Cindy untuk makan bareng dulu karena Nadia ingin curhat sama Cindy tentang Riendra hari itu. Setelah memesan makanan, mereka duduk di salah satu meja di tempat makan tersebut. Sore itu food court yang mereka kunjungi tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa meja yang terisi dan masih menyisakan banyak kursi yang masih kosong. Mereka memilih meja dipaling pojok kiri, karena mereka ingin ketenangan biar curhatnya tidak mengganggu pengunjung lain di food court tersebut.
Nadia menceritakan semuanya pada Cindy tentang semua kejadian tersebut. Tak ada satupun kata yang ingin dia lewati untuk bercerita sama Cindy. Cindy terus mendengarkan ocehan Nadia yang tak berhenti-berhenti dengan sekali-sekali senyum menanggapi cerita Nadia.
“Cind, menurut lu dia serius ga yah sama gue? Secara kita udah lama ga ketemu, terus kita selama ini tidak pernah dekat juga. Di SMP pun dia tidak pernah ngejar-ngejar gue, menurut u wajar ga yah tiba-tiba dia ngomong gitu sama gue?”
“Gue ga ngerti Nad, dari tadi lu ngomongnya ga ada berhenti, hahahaha”
“Ih Cindyyyyyy, gue serius ini. Gue bingung. Pengen gue lupain aja, tapi ga bisa Cind”,
“Ya udah jangan dilupain atuh”
“Ih lu jahat banget yah Cind, bantuin gue kek”
“Bantuin apa nona Nadia sayaaaang”
“Yah lu kasih gue saran kek”
“Hhmmm iya deh, lu jalani dulu aja Nad. Yah mungkin aja dia serius sekarang. Mungkin lu ga tau betapa lamanya dia menunggu lu selama ini. Coba ikuti aja jalurnya. Lu tau kan tresno jalaran suko kulino. Yah mungkin dia bercanda, kalau emang ditakdirkan bersama, nanti juga dia bakal mencintai lu kalau lu baik menanggapinya. Tapi yang terpenting adalah lu jaga harga diri lu baik-baik. Jaga perasaan lu, biar nanti ga sakit. Serahkan aja semuanya sama Allah, kali aja nanti habis wisuda langsung dilamar. Yang penting jangan main-main lagi nyakitin orang. Selama lu baik, orang juga bakal menanggapinya dengan baik kok. Kalau memang dia tidak baik, nanti biar karma aja yang mengatur semuanya”
“Oh Cindykuuuu, kalau lu udah ngomong semuanya jadi adem yah”
“Apa sih Nad, biasa aja keleus :p. oh iya dia belum ngehubungin lu lagi Nad?”
“Belum nih, sehari ini dia ga ngehubungin gue deh. Baru shubuh aja bangunin gue sholat, hhmmm”
“Coba cek dulu hape lu. Kali aja lu ga dengar kali”
“Oh oke”, Nadia kemudian mengecek hapenya. “oh my god, kan hape gue mati dari tadi shubuh. Pantesan aja ini hape diam yah, hahahah”
“Huh dasar Nadia, nenek-nenek pelupa”, sahut Cindy
Kemudian Nadia mengaktifkan hapenya. Ternyata telah banyak BBM yang masuk ke hapenya dan semua itu chat dari Riendra. “siang Nad, udah berangkat ujian?”, “Nad, udah makan kan?”, “Nad, kamu kemana? Kok BBM ke kamu dari tadi ceklis yah?”, “Nad, kamu ga marah sama aku kan?” , “Nad, kirim aku nomor hapemu segera yah”, “Nadia?”, “Nad, aku minta maaf yah kalau kamu tersinggung. Tapi aku sama sekali ga mempermainkamu kok Nad”, “Nad, segera hubungi aku balik yah”, itu semua isi BBM dari Riendra yang baru dibaca Nadia sore itu.
“Cind, dia BBM kek gini nih sama gue”, Nadia menunjukkan ponselnya sama Cindy
“Udah lu balas gih, kasihan dia merasa dicuekin. Hhmmm kayaknya dia serius deh Nad”
“Iya, gue balas chat dia dulu yah. Eh itu pesanan kita udah datang. Yuk sekalian makan aja”
Kemudian Nadia membalas BBM Riendra yang dari tadi belum dibalasnya. “maaf Riend, dari tadi shubuh hape aku matikan, soalnya pengen fokus belajar aja. Terus tadi lupa lagi ngeaktifinnya. Jadi BBM kamu baru masuk semua nih. 0852xxxxxxxx ini nomor aku. Sekali lagi maaf yah Riend, aku ga marah juga kok sama kamu” lalu pesan itu dikirim Nadia. Setelah itu Nadia mulai memakan makan yang telah dipesannya. Selang beberapa waktu, ketika Nadia hampir selesai makan, ponselnya kembali berdering. Tapi kali ini adalah panggilan masuk dari nomor baru. Kemudian Nadia menjawab telepon masuk tersebut.
“Halloo” sahut Nadia
“Halo, selamat sore Nad. Ini aku Riendra. Kamu udah dirumah?”
“Oh Riend. Ini aku masih diluar lagi makan sama teman”
“Hhmmm aku ganggu kamu ga?”
“Hahah ga kok Riend, ini juga baru beres kok makannya, bentar lagi juga jalan balik”
“Oh oke Nad, hati-hati yah jalan baliknya. Aku mau mandi dulu yah”
“Iya Riend”
Sejak saat itu Nadia dan Riendra semakin intensif berkomunikasi. Lambat laun perasaan sayang itu tumbuh dalam hati Nadia untuk Riendra. Setelah berjalan dua bulan dia semakin menyayangi Riendra. Apalagi usaha Riendra ketika datang ke kotanya untk merayakan ulang tahun Nadia saat itu. Tapi Nadia tak puas hanya disitu, kemudian Nadia meminta Riendra untuk bertemu keluarganya nanti ketika Riendra pulang kampong. Demi Nadia dan untuk menunjukkan keseriusannya Riendra menyanggupi permintaan tersebut.
Sekarang Nadia telah mulai liburan semester dan semester depan dia telah memasuki semester delapan. Liburan kali ini Nadia memutuskan untuk pulang ke kampong halamannya di kota Z sekaligus untuk melakukan penelitian. Ternyata pada bulan yang sama Riendra juga mau liburan sejenakdi kampong halaman sekaligus ingin menemui orang tua Nadia. Selama di kampong Riendra hampir tiap sore datang kerumah Nadia, hanya untuk ingin menemuin orang yang disayanginya. Sesekali dia menemani Nadia pergi ke daerah penelitian. Dan pada waktu itu Nadia juga mengenalkan Riendra dengan kedua orang tua dan adik-adiknya. Begitu juga dengan Riendra, dia juga telah mengenalkan Nadia pada keluarganya.
Setelah tiga minggu dikampung, kemudian Riendra kembali ke kota X untuk melanjutkan aktivitasnya. Akan tetapi Nadia masih di kampungnya karena Nadia masih harus melanjutkan penelitiannya beberapa minggu lagi. Tapi mereka percaya semua akan baik-baik saja selama mereka saling menjaga kepercayaan masing-masing. Sampai nanti kembali lagi melanjutkan aktivitas kampusnya di kota Y karena kota X dan kota Y memanglah tak jauh. Apalagi Riendra sering ke kota Y untuk belanja keperluan tokonya.
Hari ini adalah hari dimana Nadia kembali ke kota Y untuk melanjutkan skripsinya agar dia segera lulus. Namun setelah sampai di kota Y, dia kemudian dapat kabar dari Riendra kalau besok harinya Riendra harus berangkat ke kota A yang cukup jauh dari kota Y yang bisa menempuh 20 jam perjalanan. Saat itu Nadia benar-benar sakit dengan perpisahan tersebut. Perpisahan itu terjadi sebelum mereka ketemu lagi setelah satu bulan belum bertemu kembali. Ketika harapan itu sudah ada, ternyata takdir berjalan lain. Mau tidak mau Riendra tak bisa datang menemui Nadia. Tapi kepercayaan dan kesetiaan itu akan mampu menguatkan segalanya.
Sekarang tepat satu tahun mereka menjalani semuanya bersama. Sejak perpisahan dimana Riendra berangkat ke kota A, mereka masih diberi kesempatan bertemu pada saat lebaran. Yah pada saat itu Nadia tidak pulang ke kampungnya begitu juga dengan Riendra. Namun pada saat Nadia wisuda, Riendra tidak bisa datang pada hari penting itu. Kecewa? Jelas saja Nadia kecewa. Akan tetapi dia harus memahami tentang semua kesibukan Riendra untuk masa depannya.
Meskipun mereka menjalani semua ini terhalang akan jarak, namun hubungan mereka tetap harmonis dan saling mengerti satu sama lain. Hingga pada hari ulang tahun Nadia, malam itu mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan cerita panjang lebar. Bahkan mereka merasa taka da jarak lagi diantara mereka. Hingga pada suatu hari Riendra memutuskan untuk lebih mendalami ilmu agamanya dan dia tidak ingin lagi pacaran.
“Siang Nad”, bbm Riendra terkirim ke ponsel Nadia
“Siang, kenapa Riend?”
“Aku ingin mendalami lebih lagi tentang ilmu agama, menurut kamu gimana?”
“Yah bagus sekali kalau kamu lebih lagi belajar agamanya”
“Hhmmm Nad, maaf yah sebelumnya. Menurut kamu kita selama ini gimana?”
“Kita gimana? Maksud kamu?”
“Iya tentang kita salah atau ga?”
“Aku ga ngerti Riend. Memang dalam islam tidak ada pacaran, tetapi kita juga tidak pacaran seperti orang-orang lain itu kan?”
“Iya Nad. Itu menurut aku. Kita salah apa ga?”
“Salah Riend”,
“Jadi menurut kamu kita harus gimana? Sedangkan kita saling mencintai”
“Cuma ada dua pilihan Riend, kita akhir kalau ga yah nikah”
“Tapi kamu tau kan Nad, aku belum siap nikah”
“Yah aku tau Riend, jadi pilihannya yah kita akhiri kan?”
“Tapi kita kan saling mencintai. Apakah tidak ada acara lain?”
“Tidak Riend, kan kamu sendiri yang menanyakan pilihannya. Tapi aku ga nyangka selama ini hanya berakhir seperti ini. Kemana janji kamu selama ini Riend?”
“Aku tidak akan ninggalin kamu Nad. Kamu pegang janji aku. Nanti ketika aku siap, aku akan menemui orang tuamu dan kita akan menikah”
“Terus kamu mau menggantung aku selama itu?”
“Aku tidak menggantung kamu. Kita tetap saling ngabarin, saling komunikasi”
“Terus bedanya sama hubungan kita selama ini apa Riend?”
“Selama ini kita terlalu berlebihan dalam status pacaran, panggilan sayang. Itu sangat berlebihan Nad”
“Jadi sekarang mau kamu apa Riend? Aku harus gimana?”
“Kita jalani aja hubungan yang lebih baik Nad. Percaya sama aku, aku akan menepati janjiku sama kamu. Aku akan menemui orang tuamu. Kita tetap saling ngabarin yah Nad. Tidak banyak yang berubah. Kita jalani syariat islam lebih baik lagi. Kamu tetap calon istriku Nad”
“Semoga aja Riend”
Hari itu benar-benar kelam semuanya. Di satu sisi dia senang Riendra mau mendalami ilmu agamanya, itu artinya dia akan bisa jadi imam yang baik suatu saat nanti. Tapi hubungan mereka? Memang tidak ada kata pacaran dalam islam. Tapi mereka selama ini juga tidak jatuh terlalu jauh seperti orang pacaran pada umumnya. Tujuan mereka pun menikah. Tapi dari chatingan siang itu Nadia merasakan akan adanya jarak antara mereka. Nadia benar-benar kehilangan harapan saat itu. Dia tidak bisa berpikiran jernih lagi. Seandainya Riendra bisa memberinya penjelesan yang lebih masuk akal lagi dan bisa diterima logika. Mungkin celah kerenggangan itu tidak akan muncul dalam hubungan mereka.
Besoknya Nadia berangkat ke suatu kantor perbankan yang cukup terkenal di kota W. hari itu dia berangkat dari kota Y ke kota W shubuh-shubuh sekali agar dia tidak telat untuk ikut tes hari itu. Dia masih saja lesuh seperti kemarin. Gurat sedih dimuka Nadia. Dia benar-benar tidak semangat, padahal kerja di bank KLM merupakan impiannya sejak SMA. Hari ini ada dua tes dari bank tersebut. Artinya hari ini dia akan sampai sore dan akan sampai malam dikosannya. Besoknya lagi dia akan ada aktivitas lain dikampusnya. Setiap tawaran kegiatan untuk tiga minggu ini benar-benar dia ikuti semua. Dia ingin melupakan Riendra. Namun Riendra masih tetap ngechat dia, dan Nadia tetap membalas chat dari Riendra. Tapi tidak seintensif dulu lagi. Karena akhir-akhir ini Nadia sibuk sekali dengan kegiatannya. Berangkat habis shubuh dan pulang sangat malam. Di lain sisi Riendra rindu sama Nadia, namun dia harus memahami kesibukan Nadia saat ini. Karena ini menyangkut masa depan Nadia. Akan tetapi dia juga khawatir dengan kesehatan Nadia. Nadia benar-benar sibuk akhir-akhir ini. Riendra juga memilih untuk ikut pengajian-pengajian supaya dia punya kesibukan juga agar dia lebih bisa mendalami agamanya dan menjadi imam yang baik kelak buat Nadia, calon istrinya.
Tiga minggu berlalu, hari ini Nadia menandatangani kontrak dengan bank KLM. Akhinya Nadia bisa bekerja di tempat yang dia idam-idamkan selama ini. Namun kerjaan tersebut akan dimulai dua bulan lagi. Masih ada waktu yang lama untuk Nadia dalam menyelesaikan kegiatan lainnya yang selama ini dia lakukan bersama sahabat-sahabatnya. Yah, beberapa hari ini Nadia, Cindy, dan teman-temannya mendirikan taman baca buat anak-anak jalanan di kota Y. hingga pada suatu sore, saat sedang mengajarkan matematika pada anak-anak, Nadia jatuh pingsan. Cindy langsung lari kea rah Nadia terjatuh.
“Nad, ayo bangun. Nadiaaaa”. Teriak Cindy. Teman-teman lain yang mendengar teriakan Cindy langsung berlari ke arah Nadia. Kemudian berusaha membangunkan Nadia. Dan ada juga yang segera menghubungi ambulan. Tidak lama kemudian, ambulan datang dan membawa Nadia ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit, Nadia langsung dibawa ke ruangan ICU. Diantara teman-teman Nadia ada yang menghubungi keluarga dan teman kontrakan Nadia. Tak lupa pula Cindy segera mengambil ponsel Nadia dan segera menghubungi Riendra.
“Riendra, ini gue Cindy temannya Nadia. Nadia masuk rumah sakit. Tadi sedang ngajar tiba-tiba dia pingsan. Sekarang dia masih di ruangan ICU. Nanti kalau dokter udah ngasih tau sakitnya. Gue hubungun lu lagi yah.”
“Oke Cind, makasih infonya”, balas Riendra
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan ICU dan teman-teman Nadia langsung beranjak mendekat ke dokter untuk menanyakan keadaan Nadia.
“Gimana dok keadaan Nadia, apa yang terjadi sama Nadia dok?” Tanya Cindy panic
“Apakah anda yang bertanggung jawab soal Nadia”, Tanya dokter kembali
“Iya dok, saya Cindy, sahabatnya Nadia. Tolong ceritakan ada apa dengan Nadia dok”,
“Nadia sangat kelelahan, selain itu mungkin dia juga sedang dalam beban pikiran yang berat. Mungkin dia juga tidak mengontrol pola makannya. Apalagi selama ini tensinya selalu rendah. Maag nya juga kambuh karena makannya tak lagi teratur. Sebaiknya anda segera hubungi keluarganya”, dokter itu menjelaskan apa yang dialami Nadia saat itu
“baiklah dok”, jawab Cindy
Saat itu juga Cindy langsung menghubungi orang tua Nadia yang lagi dikampung. Mendengar penjelasan dari Cindy, orang tua Nadia memutuskan untuk langsung berangkat besok harinya untuk menjumpai anak mereka. Tak lupa Cindy juga memberikan kabar tentang keadaan Nadia kepada Riendra. Malam ini Riendra akan langsung berangkat ke kota Y untuk melihat keadaan Nadia. Betapa hancurnya Riendra mendengar penjelasan dari Cindy tentang keadaan Riendra. Dia berpikir ini semua adalah gara-gara dia yang kurang memperhatikan Nadia akhir-akhir ini. Apalagi dia membiarkan Nadia terus-terusan dalam kegiatan tanpa memperingatkan untuk istirahat.
Besok harinya orang tua Nadia dan Riendra telah berada di rumah sakit dimana Nadia dirawat. Tapi sampai saat itu Nadia masih belum sadarkan diri. Dua hari berlalu, Nadia masih belum sadarkan diri. Dokter pun tidak bisa menjanjikan apa-apa. Mungkin sedikit kata-kata harapan bisa membantu Nadia. Mungkin akhir-akhir ini ada hal yang sangat jadi beban pikiran dia, jika kalian menemukan solusi yang tepat untuk masalah yang lagi dipikirkan Nadia, mungkin itu bisa membangunkan Nadia. Dia hanya pingsan, jadi ketika kalian berbicara mungkin dia masih bisa mendengarkan itu. Begitulah kata dokter pada keluarga Nadia pagi itu. Hari itu Riendra masih berada di rumah sakit. Riendra ingat kembali sejak kapan Nadia mulai sibuk dan dia berpikiran mungkin chat sebelum dia sibuk itu adalah penyebabnya. Kemudian Riendra menemui kedua orang tua Nadia dan mencoba melamar Nadia dalam keadaan saat itu. Berat bagi orang Nadia untuk memutuskan semuanya. Akan tetapi Riendra meyakinkan kedua orang tua Nadia dan mungkin ini bisa membantu Nadia bangun dari pingsannya. Akhirnya orang tua Nadia menerima lamaran dari Riendra. Siang itu langsung Riendra menghubungi orang tuanya tentang rencana akad nikahnya sama Nadia besok harinya di rumah sakit. Betapa kagetnya orang tua Riendra mendengar kabar tersebut. Kemudian Riendra terus meyakinkan orang tuanya tentang keadaannya saat ini, sehingga orang tuanya menyetujui hal tersebut dan akan berangkat ke kota Y malam ini juga.
Siang itu semua orang sibuk untuk mempersiapkan keperluan akad nikah besok malam antara Nadia dan Riendra. Dokter pun menyetujui kepetusan yang dibuat oleh keluarga tersebut. Semua surat-menyurat diurus semua oleh ayah Nadia dan Riendra. Besok siangnya semua surat-surat dan keperluan akad nikah telah selesai disiapkan. Tinggal menunggu mala mini habis magrib Nadia dan Riendra akan menikah. Meskipun tanpa persetujuan Nadia, namun orang tuanya yakin Nadia sangat senang dengan kabar ini.
Malam itu akad nikahpun telah selesai dilaksanakan. Riendra telah sah jadi suaminya Nadia. Semua orang lelah hari itu. Riendra meminta orang tuanya, teman-teman Nadia dan kedua mertuanya untuk istirahat. Karena malam itu Riendra yang akan menjaga Nadia. Sepanjang malam Riendra mengaji disamping Nadia dan sekali-sekali dia mengajak Nadia ngobrol dan mengingat kembali masa-masa dimana dia awal mengajak Nadia untuk menjalani hubungan serius.
Setelah sholat shubuh Riendra kembali mengajak Nadia mengobrol kembali. Akhirnya Nadia mulai membuka matanya dan memanggil-manggil nama Riendra. Melihat Nadia yang mulai sadarkan diri, Riendra langsung menghubungi dokter jaga pagi itu. Kemudian Riendra memberi kabar bahagia tersebut ke keluarganya. Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan Nadia dengan tersenyum lebar dan memberitahukan kepada Riendra bahwa Nadia akan baik-baik saja. Kalau keadaannya semakin membaik, mungkin tiga atau empat hari lagi Nadia akan diperbolehkan pulang. Setelah itu Riendra langsung masuk keruangan Nadia ingin segera mengobrol dengan istrinya tersebut. Betapa rindunya dia sama gadisnya itu.
“Pagi istriku, akhirnya kamu bangun juga sayang. Aku benar-benar merindukanmu sayang”
“Ada apa Riend? Apa yang terjadi sama aku? Terus kenapa kamu memanggilku istrimu?”
“Iya sayang, kamu udah pingsan selama lima hari. Dan tadi malam aku baru aja ucapkan ijab Kabul janji pernikahan kita, aku gam au lagi kehilangan kamu Nad. Aku sangat mencintaimu. Maafkan aku yah sayang.”
“Ini semua bukan salah kamu kok Riend, mungkin karena aku aja yang terlau takut akan kehilangan kamu. Sehingga aku sendiri lupa dengan kesehatan aku. Dan membuat semua orang khawatir tentang aku.”
“Hhmmm sekarang lupakan semuanya yah Nad, kita mulai lembaran baru cerita kita. Aku janji tak akan lagi menyia-nyiakan kamu.”
“Makasih Riend,”
Setelah empat hari berlalu, hari ini Nadia diperbolehkan pulang. Hari ini Riendra akan membawanya ke kota A. tentu saja dengan persetujuan keluarga mereka. Apalagi Nadia yang hanya tinggal sendirian dan masih ngekos di kota Y. selain itu Nadia masih dua bulan lagi baru mulai bekerja di kota W. jadi sekarang Nadia akan ikut suaminya Riendra ke kota A untuk sementara waktu sekaligus pemulihan kondisi kesehatannya.

0 komentar:

Posting Komentar