Gambar : Perpustakaan Bung Hatta. |
Setiap orang disibukkan dengan
berbagai aktivitas sehari-hari, sebelum matahari terbit pun mereka telah
melakukan berbagai aktivitas mereka masing-masing. Ada yang mulai dari pagi
yang belum banyak orang yang sanggup bangun karena dinginnya suasana pagi dan
berakhir pada sore hari begitulah setiap hari yang mereka lakukan. Mereka rela
melakukan itu semua tidak lain karena ingin mendapatkan sesuap nasi dan tetap
bertahan hidup di dunia ini. Terkadang semua itu sering terlintas dalam pikiranku
kalau aku seperti mereka yang bekerja dari pagi buta hingga terbenam matahari
setiap hari maka aku akan diserang oleh virus stress. Aku sadar belakangan ini aku
memang disibukkan dengan berbagai tugas kuliah dan ujian UAS (Ujian Akhir
Semester) di semester V di tempat kuliahku.
Andaikan aku belajar dari pagi hingga
malam datang setiap hari tanpa harus refresing itu akan membuat otakku
semakin pusing dan stress. Aku melepaskan rasa capek, rasa lelah, dan rasa
bosan dengan semua tugas dan ujian, aku berangkat ke Bukit Tinggi untuk
jalan-jalan dan aku meminta sahabatku Vinda untuk menemaniku hari Jumat setelah
selesai sholat Jumat. Akan tetapi Vinda hari ini ujian UAS tentang psikologi
komunikasi pukul 10.00 WIB.
Dia hanya bisa menemaniku setelah
sholat Jumat dan aku setelah bersiap-siap untuk berangkat ke Bukit Tinggi siang
itu. Aku sholat Jumat di salah satu mesjid di Kubu Kerambiah yang baru pertama
kali aku sholat Jumat disana. Berpindah-pindah dalam melakukan sholat yang
belum pernah aku sholat disana adalah sebuah kegemaranku dari dulu hingga
sekarang walaupun itu hanya kebetulan lewat dan aku tidak ingin terlewatkan
sholat Jumatku hari ini.
Dalam perjalananku ke Bukit Tinggi aku
harus berjuang keras melawan serangan hujan yang datang secara tiba-tiba dan
turun dengan derasnya ke bumi. Aku tidak pernah lupa mempersiapkan semua hal
dalam perjalanan termasuk soal hujan ini. Maka aku pasang mantelku yang telah aku
persiapkan selalu di jok motorku.
Akhirnya sekirar pukul dua lewat aku
telah berada di Kota Bukit Tinggi yang juga ditemani oleh seorang sabahatku
Vinda setelah aku memenelponnya. Tapi, sayang hari ini Vinda kedatangan tamu
dari seluruh Indonesia yaitu Ikatan Psikolog Seluruh Indonesia di kampusnya UNP
Cabang Bukit Tinggi. Dia hanya bisa menemani sebentar saja. Sebelum kami
memulai perjalanan Vinda memberikan dua pilihan yang harus aku pilih satu yang agar
waktunya tidak lama diluar kampusnya. Dan dia juga termasuk ke dalam panitia
pelaksana kegiatan itu dan sulit untuk keluar lama. Apalagi dibagian Humas yang
perlu keterangan-keterangan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan tersebut dan Dialah salah
satunya didalam bagian tersebut.
Walaupun aku tidak begitu tahu
kegiatan tersebut akan tetapi aku sudah maklumi hal tersebut karena aku juga
pernah melakukan hal yang sama dengan Vinda walaupun berbeda kegiatan serta
kesibukkan dan keletihan dalam mengangkat acara tersebut tidak bisa aku
bayangkan itu semua. Jadi aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Perpustaan
Proklamator Bung Hatta di Gulai Bancah, Bukit Tinggi. Karena aku berpikir jika
tidak ke sana dulu kapan lagi aku akan bisa melihat berbagai buku-buku disana
dan sekalian mengenal suasana baru. Walaupun aku tidak tahu dan baru pertama ke
sana akan tetapi aku tidak pernah ragu untuk berjalan-jalan tempat baru
tersebut. Karena aku memiliki peta hidup yang selalu memberikan pengarahan dan
memberikan petunjuk jalan selama berjalan di Bukit Tinggi, kota ini sering juga
dikenal sebagai Kota Wisata.
Waktu yang singkat dan perjalanan yang
sedikit jauh maka setelah Vinda memberikan petunjuk tempat kepadaku walaupun aku
melihat Dia sedikit sensitif hari ini. Mungkin dia memiliki berbagai
permasahalan yang tidak mau menceritakan serta tidak ingin kubantu. Aku yakin
dan percaya dengan Vinda kalau Dia bisa mengatasinya sendiri, aku kenal dia
bukan sehari ini saja, akan tetapi aku sudah kenal Dia sejak tiga tahun yang
lalu. Banyak sedikitnya aku tahu sifat, tingkah laku, dan kharakternya walaupun
tidak secara keseluruhan. Aku mengantarkan Vinda kembali ke kampusnya setelah
dia memberitahukan tempat perpustakaan itu berada.
Saat memasuki pekarangan perpuskataan
tersebut aku terkagum dengan keindahan alam yang indah serta rasa ingin tahu
yang begitu dalam tentang suasana di dalam perpustakaan tersebut. Didepan
gedung perpuskataan ini ada sebuah simbol terpasang mengenai perpustakaan ini,
simbol itu adalah sebuah patung Pak Bung Hatta yang memberikan bukti tersirat
bahwa itu adalah perpustakaan miliknya. Aku masuk dan langsung membuat kartu
perpustakaan sebagai anggota disana. Hanya lebih kurang lima menit maka
terdengarlah bunyi yang sedikit aneh yang dikeluarkan oleh mesin print tersebut
dan memuntahkan sebuah kartu tanda anggota. Itu berarti kau telah resmi menjadi
anggota Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukit Tinggi hari ini.
Berjalan ke satu rak ke rak lain
membuat pikiranku terasa segar dan kagum dengan banyaknya buku yang di
perpustakaan ini. Satu persatu kucoba membaca walaupun hanya membaca satu tema
saja setiap buku yang membuat aku ingin tahu. Tiba-tiba mataku tertuju pada
sebuah tulisan yang tertulis di antara rak –rak buku tersebut yang tertulis, “Aku lebih suka dipenjara dengan berbagai
buku-buku yang selalu bersamaku. (Bung Hatta)” kata-kata itu yang hanya
ingat oleh ku walaupun kalimatnya bukan itu, dari kata-kata itu seolah-olah
memberikan sebuah motivasi, memberikan semangat baru dalam diriku.
Belum puas dengan berbagai buku yang
kulihat waktu pun membatasi aku dalam ruang tersebut dan harus ditutup karena
sudah sore. Aku baru sadar ternyata jam telah jam 4 sore dan aku sholat di mushalla
disana dan melihat-lihat keindahan alam sekitar yang begitu indah dan membuat
mataku segar dan membuka cakrawala berpikirku.
Vinda juga telah selesai mengadakan
acaranya dan aku memintanya untuk memperkenalkan toko-toko buku yang ada di
Kota Wisata ini. Pertama Vinda mengajakku ke Toko Buku Sari Anggrek yang tidak
jauh dari Lapangan Kantin. Lagi-lagi suasana dalam toko tersebut membuatku
kagum karena ada bayak ribuan buku-buku didalamnya. Vinda mengajakku ke lantai
dua yang kebetulan buku yang aku cari ada disana.
Setelah menelusuri berbagai buku-buku
yang ada, Vinda menemukan satu buku novel Minang yaitu “Perjuangan Menuju
Langit.” Dan juga dia menemukan buku novel karangan Irzen Hawer yaitu “Gerhana
di Kota Serambi,” dan kami pun terus melihat-lihat semua buku-buku yang ada
akhirnya ku menemukan Vinda melihat novel terbaru Irzen Hawer yaitu “Gadis
Berbudi.” Dia juga tertarik dengan novel
tersebut karena novel ini lebih disukai bayak orang. Jadi sekian buku-buku yang
terpilih tadi kuambil novel, “Gadis Berbudi” untuk aku bawa pulang.
Tidak tanggung-tanggung akhirnya ‘Sang
Peta Hidup Kota Wisata’ pun memperkenalkan dua buah toko buku lagi di Aur
Kuning yang satu toko buku Islam dan satu toko buku yang juga sama dengan toko
buku yang tadi. Walaupun kami tidak sempat masuk ke dalam karena sudah sore dan
toko-toko tersebut sudah tutup terlebih dahulu.
Sebelum berpamitan dan meminta terima
kasih pada Vinda yang telah menemaniku dalam setengah hari ini ditengah-tengah
kesibukan serta mau menemaniku walaupun hanya sebentar walaupun Dia sendiri
kelihatan capek dan lelah dengan kegiatan dan ujian yang dihadapinya tadi. Akan
tetapi dia tetap memperlihatkan kalau Dia tidak seperti yang aku bayangkan.
Vinda juga meminjamkan beberapa novel kepadaku untuk mengisi waktu liburanku
nanti diantaranya: “99 Cahaya di Langit Eropa,” “Fesbuk” dan “Kau, Aku dan
Sepucuk Angpau Merah.” Lumayan untuk mengisi waktu liburan dengan berbagai
buku-buku bacaan dari Vinda.
Matahari pun telah pulang ke pangaduannya
dan sedikit-sedikit kelihatan gelap dan aku sekali lagi berpamitan kepada “Sang
Peta Hidup Kota Wisata” untuk pulang ke Batusangkar.
0 komentar:
Posting Komentar