Foto : Kampus IAIN Batusangkar. |
Seminggu belakangan ini aku disibukkan dengan berbagai kegiatan
organisasi, mulai dari acara syukuran wisuda yang diadakan HMPS Ekonomi Syariah
(ESYA) hingga acara LDK Ar-Ruhul Jadid. Awalnya aku tidak menyangka aku
terpilih menjadi salah satu panitia syukuran wisuda yang ke-IV yang ditunjuk
langsung oleh ketua HMPS ESYA yaitu Tarmizi. Dia menunjukku langsung menjadi
panitia saat kami bertemu didepan kampus waktu itu. Aku tidak menolak
permintaan tersebut dan aku menganggap itu adalah amanah baru buatku.
Beberapa kali diadakan rapat panitia syukuran wisuda yang diketuai
oleh Ade Kosfa. Rapat ketiga yang diadakan panitia tersebut berhasil
menghadirkan Buk Mega, dia adalah dosen kami sekaligus alumni kami dari
Akuntansi Syariah. Dengan kehadirannya ikut rapat kali ini membuat beberapa
panitia yang tidak tahu tugasnya menjadi tahu dan mendapatkan pelajaran yang
berharga bagi semua panitia yang hadir pada waktu itu. Aku mendapatkan
kedudukan sebagai Stering Commite (SC) pada panitia saat ini selain Devi
Marta, Bang Afif, dan Kak Mulyani.
Akhirnya semua panitia memutuskan dan menetapkan acara syukuran
wisuda akan diadakan pada hari Rabu tanggal 02 April 2014 di Auditorium kampus.
Setelah semua persiapan telah matang dan apa-apa yang akan dipersiapkan pada
acara tersebut telah dianggap selesai. Mulai dari spanduk, pemesanan snack,
tempat dan sebagainya telah dipersiapkan semua panitia. Aku sangat bangga pada
semua juniorku kali ini mereka bekerja dengan semangat dan berjuang demi
kesuksesan acara tersebut. Hanya tinggal menunggu waktu dan hari yang telah
ditetapkan saja lagi.
Pagi rabu acara pesta kampus pun dimulai bertepatan pada tanggal 26
Maret 2014. Sekitar 285 para wisudawan dan wisudawati dari pasca sarjana hingga
sarjana dari setiap jurusan pada saat itu. Ada sekitar 16 orang dari Akuntansi
Syariah yang menamatkan pada tahun ini dan satu diantaranya adalah orang
pertama yang menamatkan paling cepat dari orang-orang sebelumnya yaitu tiga
setengah tahun. Dia menjadi orang pertama yang mematahkan sihir bahwa Akuntansi
Syariah juga bisa lulus atau tamat dari Sekolah Tinggi Agama Islma Negeri
(STAIN) Batusangkar[1]
lebih cepat dari orang-orang lain dan waktu yang relatif cepat. Orang yang
cepat tamat ini bukanlah orang yang biasa-biasa saja akan tetapi dia lulus
dengan nilai yang baik, informasi yang aku dengar bahwa dia nilainya rata-rata
adalah A dan hanya satu-satu yang mendapatkan nilai B.
Dia tidak lain adalah Kak Rayanim. Aku sangat bangga padanya dia
telah membuka jalan ke depan bagiku. Aku akan mencapai semua mimpi-mimpiku
dengan target yang telah aku tetapkan diawal kuliah dulu dan insya Allah
aku pasti bisa. Semua yang di wisuda pada hari ini diantaranya : Sri Indrawati,
Yoce Indra Putra, Ice Pransiska, Rayanim, Mitra Fauziah, Novita Sari, Raudah,
Siska Permata Sari, Eka Fitri Wahyuni, Erniawati, Gelmadia, Jefri, Riri Eka
Sutra, Widia Agustin, Adre Saputra, dan Dahlia Ayu Lestari.
Pagi itu aku menyempatkan datang ke kampus dengan tujuan ingin
membuat tugas makalah Teori Akuntansi atau kami singkat dengan TA. Aku berjalan
diantara lautan orang yang memadati kampus hari itu. Mereka datang dengan tujuan
yang lain-lain, bukan hanya untuk mengantarkan anaknya wisuda akan tetapi ada
puluhan orang-orang yang memanfaatkan moment ini dengan berdagang di
sepanjang kampus, mulai dari pedagang minuman, makanan, bunga, jasa fotografer,
kaligrafi, mainan anak-anak, dan masih banyak lagi. Akupun berjalan seperti
sulit untuk menembus lautan manusia pada saat itu.
Walaupun jalanan didepan kampus telah mulai rapi, semua kendaraan
di parkir dengan sangat rapi dan teratur. Akan tetapi ribuan manusia yang
memadaki kampus kali ini membuatku sulit untuk mencapai Gedung L untuk membuat
makalah tersebut. Aku tahu teman-temanku telah berada disana akan tetapi apa
boleh buat aku tidak mungkin untuk berlari ditengah lautan manusia tesebut.
Akan tetapi aku mencoba menikmati perjalanan tersebut dengan melihat situasi didalam
kampus. Terlihat beberapa dinding kampus dipenuhi dengan beberapa spanduk yang
diwisuda hari itu dan beberapa hiasan bunga papan menambah keindahan kampusku.
Setelah aku telah berada diantara teman-temanku yang pada saat itu
oleh berkumpul dibawah tangga Gedung L diantaranya : Joni, Suci, Dian, dan Uci.
Setelah menyerahkan tugas dan membantu pengeditan waktu itu. Sekitar pukul
12.00 tugas itu bisa dikatakan selesai setengah jalan baru dan tinggal
manambah-nambah apa yang kurang saja lagi. Semua anggota kelompok kami mintak
izin pulang dan satu per satu mereka pergi dan menghilang dalam ribuan orang
disana. Aku masih memengang novel Andrea Hinata di tanganku dengan judul
Edensor.
Aku merasa lelah dan capek membaca, aku mencoba menenangkan diri disebuah
tempat Uni Ery dan Da Wait di Fotocopy Ridho sambil membantu-bantunya disana.
Kalau tidak ada tugas yang bisa aku kerjakan aku memcoba membuka novel tersebut
dan cerita yang membuatku penasaran. Sekitar pukul 15.00 aku kembali ke rumah.
***
Setelah selesai kuliah hari kamis itu, aku mencoba mengerjakan beberapa
tugasku di sekre LDK Ar-Ruhul Jadid dan setelah sholat zuhur disana. Tiba-tiba
saja handphone-ku berdering ternyata ada sms masuk dari temanku Ariz.
Dia mengajakku untuk ke tempat Bang Andre, salah satu dari yang diwisuda
kemarin. Setelah beberapa pesanku terbangkan kepada Dia dan dibalas dengan
cepat. Ternyata dia telah menungguku didepan fotocopy Abdillah, baru aku sampai
ditempat itu terlihat beberapa temanku telah ada disana.
Tidak menunggu waktu lama kami pergi ke tempat Bang Andre, Ariz
bersama dengan Yona, Bang Andre Sendiri dengan Suci, ada Tantri dengan Baginda,
dan aku dengan Yola. Beberapa menit melewati jalan Rambatan menuju ke Tabek,
Paringan di tempat Bang Andre. Awalnya aku heran dengan sebuah rumah besar
tempat kami berhenti, aku mengira itu rumah Bang Andre ternyata rumahnya
dibelakang itu.
Kami pergi dengan empat buah motor dan setelah motorku diparkir
didepan sebuah rumah. Kami menuju rumah Bang Andre baru sampai di dengan pintu
rumah kami telah disambut hangat dengan senyuman Ibu Bang Andre dan menyuruh
kami untuk masuk. Beberapa menit kami duduk di ruang tamu, Ibu Bang Andre
keluar dari pintu belakang dan satu per satu dari kami menyalami tangan Ibunya
tersebut dan menyuruh kami untuk makan. Yang telah tersedia disamping ruang
tamu tersebut. Setelah dibuka terlebih dahulu oleh Suci dan Tantri serta semua
yang hadir pada saat itu mengikuti dari belakang.
Beberapa menit ruangan tersebut terdiam dan hanya sesekali suara
yang terdengar karena menikmati makan siang mereka. Setelah semua selesai makan
dan beberapa diantaranya saling cerita-cerita dan saling berbagi tawa bersama
siang itu.
“Van, buatkan kami cerpen dong,” Suci memcoba mengapaku
ditengah-tengah gurawan mereka.
“Insya Allah, tapi tidak janji ya,” balasku dengan singkat.
“Ok deh.”
Aku mencoba bertanya kepada salah seorang temanku Tantri dengan
suara membisik.
“Hai Tan, itu dihidungnya dihapus dulu lah,”sambil menunjuk
hidungnya.
Semua mata yang ada tertuju pada kami semua mencoba mengetahui isi
dialog kami tersebut.
“Apa kata Irvan, Tan ?” suci bertanya pada Tantri.
“Biasa gurauan kami selalu, apalagi kalau bukan cik iduang[2]-ku.
Dia menyuruhku untuk menghapusnya,” jawab Tantri.
Aku tertawa dan semua yang hadir tertawa.
“Iihhhhhh.......Van, ada-ada saja. Kawan-kawan tahu nggak
kemarin di lokal, Tantri dan Irvan bercanda dengan Tantri dengan topik yang
sama akan tetapi Tantri menyuruh Irvan yang menghapusnya,” celoteh Suci didepan
kami semua.
Lagi-lagi semua tertawa geli dengan pernyataan tersebut, akan
tetapi kami semua tahu itu hanyalah lelucon saja tidak sebenarnya. Itu
semata-mata hanya untuk membuat suasana tersebut menjadi lebih heboh dan
tertawa saja, tidak lebih. Lagi-lagi Suci membuka pembiraan dengan topik baru.
“Baginda tadi Tantri makan jengkol loh, hati-hati dijalan pulang
nanti ya,” celoteh Suci lagi.
“Pakai saja masker Baginda, masker yang digunakan orang untuk
menghindari asap kabut sekarang menghindari bau jengkol,” sambungku.
Lagi-lagi semua yang hadir tertawa dan membuat suasana menjadi
lebih meriah dengan tawa yang meluncur dari setiap yang hadir. Baginda hanya
tersenyum-senyum kecil membalas semua itu.
“O...ia Bang, dibelakang masih ada jengkol nggak Bang ?” aku
bertanya pada kepada Bang Andre.
“Masih Van, buat apa ?” balasnya.
“Itu Tantri belum puas dengan beberapa jengkol yang dimakan tadi
Bang, dia mintak dibawa ke rumah lagi Bang.”
“eeehhhhh....iya Bang masih pengen makan jengkol Bang, nggak
usah banyak-banyak Bang, sekarung saja cukup,” tambah Tantri.
“Tantri suka jengkol loh Baginda, nanti jangan lupa sediakan
jengkol setiap hari ya,” balas suci.
“Dikampung banyak jengkol ya kan Yank,” balas Tantri.
“Tenang saja Tantri kalau nggak ada buahnya paling kurang
dapat daunnya kan ?” balas Ariz.
“Lebih baik pohonya saja yang dibawa pulang Tan, letakan saja di
jok motor Banginda, lagipula joknya kan kosong,” jawabku.
“Nanti Bang kirim lewat email saja ya Tan,” balas Bang Andre.
Tidak bisa dibendung lagi semua tertawa dengan setiap pernyataan
yang muncul akan tetapi tidak ada yang sakit hati dan tidak ada yang merasa
dirugikan. Bahkan Tantri yang dari tadi menjadi bahan tertawaan terlihat
biasa-biasa saja.
Ternyata kami telah menghabiskan banyak waktu dengan senda gurau
bersama yang tidak pernah habisnya. Sekitar pukul tiga kurang kami semua
kembali ke tempat masing-masing. Akan tetapi Suci tetap disana karena akan
kedatangan tamu dari junior dari akuntansi ke tempat Bang Andre. Setelah
berpamitan dan mengucapkan selamat kepada Bang Andre kami memulai perjalanan ke
Lima Kaum kembali.
Setelah kejadian itu, beberapa hari setelah itu LDK Ar-Ruhul Jadid
juga mengadakan syukuran wisuda di mushaolla kampus lantai tiga. Aku yang hadir
telat sore itu karena harus rapat syukuran wisuda HMPS ESYA terlebih dahulu.
Baru sekitar pukul enam kurang baru bisa bergabung dengan teman-temanku yang
lain. Terlihat ada banyak teman-temanku yang telah hadir dalam acara tersebut.
Terlihat ruang mushalla dipenuhi orang setiap kader LDK dan ada beberapa orang
yang tamat bulan ini terdiri dari Ikhwah dan Akhwat. Salah satu diantara selain
mendapatkan sanjungan sebagai penelitian terbaik dan juga mendapatkan julukan
sebagai penulis kali ini dengan sebuah buku motivasinya dengan judul, “Hati,
hati-hati dengan hati jika punya hati.” Dia adalah Bang Daus. Suasana tersebut
menjadi sangat hangat dengan ditutup dengan makan bersama di Gedung K dan foto
bersama.
Berselang beberapa hari setelah itu syukuran wisuda HMPS ESYA juga
tidak kalah menarik dari pagi rabu sampai sekitar pukul lima semua masih
antusias dengan beberapa penampilan yang memukau. Dihadirkan dengan alat musik
dari Smart STAIN Batusangkar, menambah meriahnya acara tersebut. Dibuka dengan
penampilan Sang Puitis Kampus ‘Mega’ dari junior Akuntansi Syariah yang memukau
dan membuat semua mata terharu. Ruangan seolah-olah terdiam saat penampilan itu
ditampilkan dan disambut dengan nyanyian dari teman-temannya.
Diiringi oleh beberapa buah lagu minang dari penampilan per lokal
dan duet antara ketua panitia dengan Kak Ida memberikan suasana yang semakin
meriah hari itu. Walaupun tidak dihadiri oleh ka Prodi Akuntansi Syariah dan
dibuka oleh ketua jurusan Syariah sendiri. Tetap menjadi meriah dan antusias,
terlihat ruangan Auditorium terlihat penuh dengan semua mahasiswa jurusan
Akuntansi dan Manajement.
Akhirnya acara syukuran tesebut berakhir dengan baik dan sesuai
dengan yang diharapkan seluruh panitia. Semua peserta yang hadir hari itu, baik
dari pagi hingga sore. Dan ditutup dengan pembersihan Aula kembali secara
besama-sama seluruh panitia. Baru setelah semua terlihat besih dari
sampah-sampah yang ada. Aku pulang ke rumah walaupun tubuh ini lelah dan letih
akan tetapi rasa senang dan haru mengantikan semua rasa letih dan lelah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar