Gambar : Orang yang selalu mengejar kekayaan. |
Zaman sekarang ini bukanlah zamannya Nabi
Ibrahim as, zaman sekarang bukan juga zaman Nabi Su’aib as. Namun sekarang
adalah lanjutan dari zaman Nabi Muhammad Saw yang berkembang pesat dalam
berbagai bidang. Bahkan pada masa ini umat manusia terlena dengan keindahan
kehidupan dunia yang selalu mengoda. Apakah itu yang disebut dengan shorganya
dunia ? Entah iya atau tidak yang pasti seolah-olah kita kembali pada zaman
yang dahulu kala walaupun segala sesuatu itu semakin maju dengan tekhnologi yang
canggih. Namun sayang mereka tergiur dengan semua kenikmatan dan rahmat yang
Allah berikan.
Jika pada masa Nabi Ibrahim semua
orang yahudi dan nasrani pada masa itu menyembah kepada patung, binatang, kayu
besar, bahkan segala sesuatu yang dianggap suci serta memiliki kekuatan gaib.
Mereka tidak pernah berpikir bahwa apapun yang mereka sembah akan selalu dapat
membantu mereka, tidak. Malahan apa yang mereka sembah itu buatan dari mereka
sendiri dan mereka sembah dengan bersama-sama.
Namun di era modern ini segala
kenikmatan yang berlimpah ruah menjadikan banyak orang-orang terperdaya dengan
hal tersebut. Anak kecil sekarang sudah bisa mengaplikasikan komputer, itu yang
dibanggakan oleh orang tua mereka. Namun
untuk mengisi ilmu-ilmu agama Islam tidak pernah mereka perhatikan. Mereka
tidak pernah mengantarkan anak-anak mereka kepada tempat mengaji dan hanya
sibuk dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Si anak sibuk dengan kegiatannya
sendiri dan si ibu dan ayah sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Maka jangan
pernah kita salahkan anak jika ia membangkang dan melawan kepada orang tuanya.
Bagaimana tidak pada zaman sekarang ini tanpa adanya sentuhan dan bantuan dari
pihak orang tua maka segala bentuk pendidikan yang diberikan tidak akan pernah
berjalan sesai dengan yang diinginkan. Namun lihatlah sebagian orang yang hidup
di kota-kota besar pergaulan muda mudi begitu bebas dan tidak terkontrol sama
sekali.
Dulu saja mantan presiden kita pernah
mengatakan bahwa,”jika kau berikan sepuluh pemuda kepadaku, maka aku akan mampu
mengentarkan dunia ini.” Itu artinya begitu kuat dan berpengaruhnya peran
seorang pemuda. Akan tetapi pada masa sekarang ini, hal yang perlu kita
pertanyakan. Pemuda yang bagaimana yang dimaksud oleh Pak Soekarno ?
Itu semua harus kita camkan dalam hati
kita masing-masing, bahwa pemuda sekarang tidak sama dengan pemuda dahulu.
Sekarang pemuda lebih suka dengan pergaulan yang bebas dan sesuka hatinya.
Akibatnya apa ? Jangan salah jika anak perempuan kita tiba-tiba saja mengaku
hamil dan sebagainya. Maka orang tua juga yang akan repot dan membuat nama
mereka tercoreng di tengah-tengah masyarakat.
Orang-orang sibuk denga berbagai
aktivitas yang dilakukannya, hingga mereka lupa akan Allah yang memberikan
semua itu. Bahkan mereka bekerja dari pagi hingga petang dan kembali pagi
sampai petang lagi begitu seterusnya. Namun mereka tidak tersentuh dengan
panggilan suara azan yang merdu, bahwa panggilan yang mengingatkan kita bahwa
tinggalkan segala bentuk yang berhubungan dengan dunia dan jalankan kewajiban
kita sebagai seorang umat muslim yang mengabdi kepada Allah Swt.
Terkadang seorang anak masih sibuk
dengan siaran televisi yang begitu asyik dan seru. Ibu yang sibuk dengan jualannya
melayani pembeli yang datang, sedangkan ayah sibuk dengan mengantarkan orang-orang
yang pergi ke pasar dan sebagainya dengan mobilnya. Jika datang waktu shalat
mereka tidak pernah menghiraukan penggilan tersebut, malahan mereka semakin
terjerumus kepada bisikan syetan yang selalu menggodanya.
Pemuda yang akan melanjutkan estafet
kepemimpinan itu sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai agama dan terlena
dengan kehidupan dunia sesaat. Bagaimana tidak sistem pemerintahan kita ini
hancur dari atasnya dan akan berakibat kepada yang bawahnya sampai kepada
daerahnya sendiri.
Apa yang kau banggakan dalam hidup ini
? Status yang tinggi di tengah-tengah masyarakat ? Atau kekayaan yang melimpah
ruah hingga terkenal ke berbagai penjuru dunia ? Tidak, semua itu hanya
semata-mata berguna pada kehidupan dunia, namun setelah meninggal akan habis
seiring kita dimakan cacing. Kita tidak pernah membawa pencarian dan kekayaan
kita ke dalam kuburan kita nanti. Hanya amal ibadah di dunialah yang mampu
menyelamatkan kita dalam menempuh perjalanan hidup di akhirat kelak.
Setiap kenimatan yang diberikan Allah
kepada kita merupakan cobaan kepada kita. Namun terkadang Allah sukses
memberikan cobaan dengan harta yang melimpah dan pangkat yang tinggi kepada
umatnya. Terkadang manusia terlana dengan kenikmatan sesaat yang tidak pernah
datang dikira-kira. Jika memang kamu seorang muslim yang menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka jalankan lah segala kewajiban kita
sebagai umat Islam, jangan sesekali kita berpikir bahwa semua itu akan hanyalah
berkat usaha kita semata-mata tidak melainkan pertolangan Allah lah dan
rahmat-Nya lah kita mampu mendapatkan semua itu.
Nikmat dan rezeki yang Allah amanahkan
kepada kita maka hendaklah kita jaga dan kita bersihkan dengan menginfakannya
2,5 % dari harta yang kita miliki. Karena jika kita tidak membersikan harta
tersebut dengan cara seperti itu, maka Allah tidak segan-segan mengambilnya
kembali. Maka pemilik yang mengambilnya lagi tidak akan mengambilnya dengan
cara sedikit demi sedikit tidak. Melainkan sesuka hatinya bahkan semuanya bisa
diambil kembali dan tentu dengan cara-cara yang tidak terduga. Misalnya dengan
memberikan kejadian kehilangan, pencurian, bahkan tidak banyak kita dengan
toko-toko yang terbakar. Itu semua merupakan cara-cara Allah mengambil harta
kembali karena kita tidak mampu membersihkan harta kita dari hal-hal yang tidak
halal.
Jika kita mati nanti ada dua
pertanyaan yang akan kita dapatkan mengenai harta kita. Yang pertama dari mana
harta yang kita dapatkan ? Untuk apa harta yang Allah berikan kepada kita ?
Maka sebelum ditanya Allah dan mengambilnya dengan cara-cara tidak terduga,
dengan demikian bersihkan harta dan jiwa kita dengan cara memberikan infak,
sedekah, dan zakat kepada orang-orang yang membutuhkan. Dan janganlah kita
terlena dengan kenikmatan Allah sesaat yang diberikannya kepada hamba-hamba
yang ditentukannya. Karena segala sesuatu akan memperdayakan kita dengan
kenikmatan yang telah kita dapatkan.
Bahkan ada yang sibuk dengan internet
setiap harinya dan tidak mempedulikan waktu shalat dan sebagainya. Seorang ayah
yang menghabiskan waktunya dengan memancing dari pagi hingga petang dan juga
melewatkan waktu-waktu shalatnya. Itulah yang disebut dengan berhala modern
pada saat ini, segala sesuatu yang membuat kita terlena dengan apapun setiap
aktivitas yang kita lakukan dan tanpa mempedulikan waktu-waktu Allah setiap
saat. Siapapun kita, dan apapun aktivitas kita, serta berpangkat atau tidak
maka iman kita kepada Allah dengan sampai dijual demi pangkat dan kedudukan
yang kita peroleh. Semua itu hanya sebuah sarana dan jembatan yang dapat
mengantarkan kita untuk selalu mendekatkan diri kita kepada Allah agar selalu
mendapatkan karunia dan rahmat yang diberikan kepada kita untuk mencapai
shorga-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar