Pagi ini seperti biasa aku pergi ke
kampus seorang diri mengendarai sepeda motorku. Aku berjalan menembus dinginnya
pagi ini, walaupun sedikit terlambat akan tetapi aku tetap semangat mengejar
waktu yang tersisa. Dengan kecepatan 100km/jam aku meluncur ke kampusku STAIN
Batusangkar. Hanya beberapa menit akhirnya aku sampai di kampus sekitar sepuluh
menit dengan jarak 12km.
Walaupun aku terlambat akan tetapi aku
memiliki kata-kata yang terus membuatku semangat hingga hari ini. Kata-kata
tersebut masih aku pengang dan selalu tumbuh dalam jiwaku dan selalu terlihat
di kolong langitku. Akhirnya aku hanya terlambat beberapa menit dan masih
dibolehkan untuk masuk ke dalam kelas oleh dosen. Beberapa menit berlalu kuliah
pertamaku telah berakhir dan aku berencana akan membantu sahabatku Manda
mencarikan buku di perpustakaan hari ini.
“Jadi kita berangkat ke perpustakaan
Manda ?” sambil berdiri di depannya.
“Ok, yuk,” sambil berjalan di depanku.
Aku berjalan di samping dan melihatnya
bahagia hari ini, entah apa aku juga tidak tahu yang penting dia bisa tertawa
dan bahagia. Aku sebagai sahabatku senang bisa melihat sahabatku bahagia
walaupun aku tidak akan pernah bisa membuatnya bahagia untuk hari-hari
selanjutnya. Kami berjalan menuju perpustakaan melewati Gedung F dan hanya
berselang beberapa menit kami telah berada di depan pintu perpustakaan. Setelah
meletakkan tas di dalam lemari penitipan dan kami mask ke dalam perpustakaan
menuju sebelah kiri perpustakaan.
Aku mencari beberapa buku Ekonomi
Makro untuk bahan makalah minggu depan. Beberapa saat kemi sibuk
membolak-balikkan satu per satu di rak buku. Kami menemukan beberapa yang bisa
dipinjam dan menjadi referensi kami dalam pembuatan makalah nantinya.
Kami memncoba istirahat di belakang
perpustakaan, dan duduk sambil bercerita-cerita disana.
“Sudah berapa lama kita bersahabat dan
Manda terus memperhatikan Van, padahal Manda sering membuat Van kerepotan dan
membuat Van sakit hati dengan tingkah Manda yang terkadang sering cuek,”
Manda memulai membuka pembicaraan.
“Itu biasa saja kok Manda namanya
manusia tidak selalu baik dan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita mau,
walaupun Manda sering begitu dan Van merasa itu hanyalah sesaat tidak bertahan
lama,” balasku.
“Terima kasih atas pengertiannya Van,
kita sahabat sepertinya banyak yang tidak setuju dan tidak menyukai kedekatan
kita, ada beberapa orang dari teman-teman Van yang tidak langsung terdengar
oleh Manda.”
“Apa yang Manda dengar ?” dengan wajah
penasaran.
“Mereka bilang kalau Van dekat dengan
Manda sangat berbeda dengan kedekatan Van dengan Rahmi. Dulu Van sering belajar
bareng denganya akan tetapi tidak dengan Manda. Manda tidak sehebat dia Van ?”
“Van tahu kok kalu dia memang pintar
akan tetapi Van memiliki sahabat yang jauh lebih baik walaupun di satu sisi
Manda memiliki kekurangan dan disatu sisi memiliki kelebihan yang tidak pernah
orang tahu, Van mencoba belajar dari setiap permasalahan yang ada Manda,” aku
mencoba memberikan penjelasan.
“Nampaknya Van masih memengang
kata-kata yang dulu pernah Van ucapkan kepada Manda ?”
“Iya Manda kata-kata itu tidak akan
pernah hilang dalam diri Van dan akan terus tumbuh dan bersemi dalam jiwa Van.
Semua itu telah Van lukiskan di kolong langit Van dan terus terlihat setiap
kali Van melewati kolong langit itu. Semua cita-cita Van telah digantungkan
semuanya disitu. Semua mimpi-mimpi Van telah digantungankan disana. Semua akan
Van gapai ke kolong langi itu. Sebuah lukisan yang terlihat jelas dan indahnya
sampai hari ini adalah, “Manjadda Wajada.”
“Semoga semua mimpi-mimpi Van tercapai
hendaknya, dan Manda salut atas keteguhan janji Van.”
“Sama-sama saja Manda, mari kita
mengapai semua mimpi-mimpi kita. Jika Manda buth bantuan jangan sungkan-sungkan
mintak bantuan kepada Van, selagi Van bisa Van usahakan.”
“Iya Van, tapi benar ya Van akan
selalu bantuin Manda.”
“Insya Allah Manda, sebentar lagi kita
akan masuk kelas Manda. Ayo kita masuk lagi.”
“Ya Van, terima kasih sebelumnya Van.”
Akhurnya kami berjalan menuju Gedung G
melewati pinggiran jalan belakang gedung H dan hanya berselang beberapa menit
kami telah bergabung dengan teman-teman yang lain di dalam kelas. Sambil
menunggu dosen aku beristrirahat dibangku sambil bercerita-bercerita dengan
teman-teman lain. Pelajaranku kali ini dua SKS dan membtuhkan waktu sekitar
sembilan puluh menit untuk itu. Setelah peljaran mendekati penghujungnya dan
ditutup dengan pembacaan alhamdulillah. Aku mengantarkan Manda ke depan
kosnya.
“Terima kasih ya Van, hati-hati
dijalan Van,” sambil berdiri di dekatku.
“Sama-sama Manda, insya Allah. Van
pulang dulu Manda,” sambil meng-gas motorku.
Manda hanya mengangguk dan berjalan ke
kosnya sampai tidak terlihat lagi dibalik sebuah pagar. Aku langsung memilhay
ke depan kembali setelah mepercepat lagi motorku.
0 komentar:
Posting Komentar