Gambar :Air Asia QZ8501
Seseorang perempuan yang sering menghabiskan waktunya dengan
merenung, dia yang biasanya dikenal seorang
gadis periang dan secara tiba-tiba merubah drastis. Entah
kenapa yang membuat dirinya seperti itu, apakah sedang ada permasalahan atau
bagaimana, biasanya dia tidak pernah seperti ini. Atau barangkali karena
seminggu lagi dia akan pergi ke Singapura untuk beberapa hari dan takut akan
meninggalkan kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah beberapa kali
membangunkan anak satu-satunya mereka dari renungannya. Namun, tetap saja dia
tidak mau bercerita kenapa dia seperti itu kepada kedua orang tuanya. Terkadang
kedua orang tuanya merasa prihatin dengan kelakuan anak kesayangan mereka dan
takut kalau terjadi sesuatu kepada anak semata wayang mereka.
Biasanya rumah mereka tidak pernah absen dengan suara riang anak mereka, jika anak mereka pergi ke kantor mereka rindu dengan kehadiran dan suara riang sang anak. Memang orang tua tidak pernah lupa dan memperhatikan anak mereka. Walaupun perubahan tingkah laku sedikit saja mereka sudah tahu dan dapat menebak-nebak kejanggalan yang terjadi pada anak mereka. Anaknya yang baik hati, suka membantu sesama yang membutuhkan bantuannya, serta berbakti kepada kedua orang tuanya. Dia juga bekerja pada sebuah perusahaan asing yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Sepertinya biasa Nisa pagi-pagi sekali sudah bangun dan melaksanakan
shalat Subuh, mandi dan baru membantu Ibunya di dapur untuk mempersiapkan
segala sesuatunya. Walaupun demikian dia tidak pernah merasa keberatan dapat
membantu kedua orang tuanya, disamping pekerjaannya sehari-hari di kantor.
Pagi-pagi sekali dia sudah mulai berjalan dan naik angkot ke
kantornya, namun hari ini suatu kejadian yang tidak terduga terjadi. Dia
melihat seorang nenek tua yang diserempet sebuah sepeda motor, karena dia
berada tidak jauh dari tempat kejadian langsung saja membawa Si Nenek ke tempat
yang aman dan membantu memberikan pertolongan pada
tangan dan lutut Si Nenek yang luka memar akibat terkena aspal. Namun orang
yang membuat Si Nenek terjatuh tersebut langsung pergi dengan kecepatan tinggi
karena melihat orang-orang yang sudah ramai berdatangan. Kedua wanita itu
dikelilingi oleh orang-orang yang berdatangan itu dan memcoba membantu Si Nenek
sampai semua baik kembali. Baru melanjutkan perjalanan ke kantornya, namun dia
harus membayar dengan keterlambatannya datang ke kantor hari ini. Namun dia tidak pernah merasa kecewa
dengan keterlambatannya datang ke kantor hari ini karena pada hari ini tidak
begitu banyak pekerjaan yang akan dilakukannya. Beberapa menit saja Nisa sudah
berada di depan kantornya dan berjalan menuju pintu masuk.
“Pagi Buk Nisa,” sapa seorang Sappam sambiltersenyum di depan
pintu.
“Pagi juga Pak Tito,” sambil membalas dengan senyuman manis.
“Kenapa hari ini telat datangnya Buk ? Biasanya datang lebih awal.”
“Maaf Pak Tito, tadi jalanan sedikit macet,” sambil berjalan
memasuki kantor.
Terlihat sudah banyak yang hadir dan hanya dia yang baru datang.
Akan tetapi dia tetap memberikan senyuman dan menyapa karyawan-karyawan yang
ada walaupun sedikit tergesa-gesa
untuk datang ke kantor. Dia masuk ke dalam ruangannya
dan disana sudah ada teman seruangannya sedang asyik dengan kegiatannya.
“Hay...Cha, kok tumben telat datang hari ini ? Menyelesaikan
laporan yang belum selesai kemarin ya ? Makanya telat bangun paginya,” sela
Nita teman seruangannya (panggilan khas temannya).
“Ngak juga Ta, kemarin sebelum pulang laporannya sudah selesai.
Tadi sedikit macet di jalan dan membantu Si Nenek yang diserempet sepeda motor
yang pergi meniggalkan Si Nenek yang terjatuh begitu saja, makanya telat
datanganya.” mencoba menjelaskan.
“O,,,begitu Cha. Bagaimana persiapanmu
tentang keberangkatan kita nanti ?”
“MNnnnn...belum ada persiapan Ta, memangnya kamu sudah ada
persiapan ?”
“Belum juga sih, namun kemarin aku melihat informasi penerbangan
ada tiket pesawat yang murah loh,” mencoba
memberi informasi.
“Bayarin aku sekalian dulu ya Ta, memang pesawat apa itu ?”
“Ok Cha, pesawat Air Asia QZ8501.”
“Gapapa yang penting kita bisa bersama Ta,” sambil tersenyum.
Percakapan berakhir dengan kegiatan-kegiatan mereka masing-masing,
namun semua berlalu dengan cepatnya. Bahkan waktu pulang mereka berpisah di
depan kantor menuju rumah masing-masing. Sebenarnya jarak antara rumahnya dan
kantor tidak terlalu jauh dan hanya sepuluh menit di atas kendaraan. Jika tidak
macet dan terjadi apa-apa, namun hal-hal yang tidak terduga terkadang dapat
menghambat perjalanannya.
Seperti biasa sesampai di rumah Nisa menyegarkan tubuhnya dengan
air dan melaksanakan shalat Magrib. Kebiasaannya setelah shalat Magrib yaitu
mengaji sekitar satu sampai dua lembarnya, baru melaksanakan makan malam bersama
kedua orang tuanya di meja makan. Setelah semuanya berkumpul di meja makan,
mereka tidak banyak berbicara saat makan malam bersama berlangsung. Namun
beberapa menit berlalu, makan malam mereka berakhir dan beberapa saat Ibu dan
anak semata wayangnya itu membersihkan piring-piring kotor dan yang lainnya di
atas meja. Setelah semua berkumpul kembali di meja itu.
“Apa yang kamu pikirkan belakangan ini Sa ?” Ibunya membuka
pembicaraan.
“Tidak ada Bu, hanya kelelahan saja setelah pulang kantor,” mencoba
menyela.
“Sesuatu itu jangan disembunyikan sendiri Nak, mana tahu kami dapat
membantu. Kami ini adalah orang tuamu, dari kecil sampai dewasa ini kami
membesarkanmu. Kami hafal betul sikapmu jika asing sedikit bagi kami, kami tahu
itu Nak,” Ayahnya mencoba menambahkan.
“Sebenarkan hal ini sudah Sa ceritakan tiga hari yang lewat kepada
Ayah dan Ibu. Namun Sa merasa kawatir saja meninggalkan Ayah dan Ibu untuk
beberapa hari. Entah kenapa tiba-tiba saja perasaaan Sa tidak enak dan merasa
Sa tidak bisa lagi melihat serta bertemu Ayah dan Ibu
lagi,” sambil meneteskan air matanya.
“Jika itu yang kamu pikirkan anakku, kami disini akan baik-baik
saja. Lagipula setiap hari kamu bekerja dan kamu juga butuh refresing
atau penyegaran pikiranmu lagi. Kami akan selalu berdoa kamu akan....,”pembicaraan
Ibunyaterhenti.
Kreakkkkk....kreakkkk.......kreaakkkkkkk (getaran handphone
Nisa di atas meja)
Tiba-tiba saja ada panggilan masuk dari temannya Nita.
“Sebentar Yah, Bu ada telpon dari teman sekantor Sa yaitu Nita,”
sambil berjalan ke kamar.
“Lanjut saja Nak, Ayah mau nonton
dulu di ruang keluarga,” sambil berjalan.
“Ya, Ibu juga akan menyelesaikan piring-piring yang kotor tadi.”
Beberapa saat mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing
sedangkan pembicaraan mereka terputus karena telpon masuk dari temannya.
“Ada apa Ta ? Tumben nelpon mendadak seperti ini ?”
“Begini Cha, tadi aku sudah pesan dua tiket untuk kita ke Singapura
nanti. Kita nantinya akan terbang bersama pesawat yang aku sampaikan di kantor
tadi. Sepulang kantor aku langsung membeli tiket dan kita akan berangkat
tanggal 28 Desember 2014, tepatnya padahari Minggu.”
“Baiklah Ta, mari kita siapkan beberapa perlengkapan untuk liburan
nantinya,” sambil tertawa senang.
“Ya Cha, jangan sampai ada yang tertinggal. Jika tertinggal kamu
jalan kaki saja menjemputnya,” sambil membalas tawa temannya.
“Iya iya, kamu juga Ta.”
Nisa terlihat sibuk mempersiapkan apa-apa saja yang akan dibawa
nantinya. Beberapa pakaian yang akan dipersiapkan di keluarkannya semua dan
memulai dengan menyetrika pakaiannya. Hanya tinggal dua hari lagi sebelum
perjalanan liburan mereka benar-benar akan berlangsung. Sekitar pukul sebelas
malam baru Nisa menyelesaikan menyetrika pakaiannya dan merasa kepalanya mulai
berat dengan rasa mengantuk. Dia menghempaskan badannya ke
kasur dan hanya beberapa menit saja dia sudah asyik dalam tidurnya.
***
Saat Nisa berjalan-jalan dengan temannya ke suatu tempat, entah
kemana yang pasti berjalan di tengah-tengah pasar yang ramai dengan orang-orang
berlalu lalang. Akan tetapi dalam perjalan tersebut dia melihat seorang anak
yang sedang bermain dengan mainannya. Terlihat anak itu sedang asyik dengan
mainan baru yang dibelikan Ibunya, ternyata mainan itu adalah sebuah pesawat
terbang. Anak itu berlari ke sana ke mari sambil memengang mainan pesawat
barunya, namun entah kenapa tiba-tiba saja kaki anak itu tersandung dan terjatuh
ke genangan air becek. Anak itu menangis karena merasa kesakitan dan cepat saja
Ibunya mendiamkan anak itu, namun tidak dengan pesawat mainan anaknya yang
rusak karena terjatuh ke batu. Terlihat sebelah sayapnya patah dan badan kapal
tersebut.
Ternyata apa kejadian disaksikan
Nisa itu hanyalah sebuah mimpi, suara azan yang merdu membangunkannya dari
mimpi yang entah apa arti dari mimpi tersebut. Dia berjalan mengambil wudhu dan
melaksanakan shalat Subuh, di luar sudah terdengar suara Ibu yang sedang sibuk
bekerja di dapur. Karena hari ini sudah mulai libur Nisa hanya bersantai-santai
membantu Ibu di dapur dan siang nantinya akan ke pasar untuk membeli segala
persiapan ke Singapura nantinya. Matahari yang sudah mulai memperlihatkan
keperkasaannya pada seluruh alam, terlihat Nisa
sedang menyapu pekarangan rumahnya dan mencabut rumput. Sedangkan Ayahnya mulai
mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke sawah. Tidak beberapa lama Ayahnya
sudah selesai dan akan menuju ke tempat dia bekerja sehari-hari.
“Ayah mau pergi ke sawah dulu Nak, jaga rumah baik-baik ya Nak dan
bantu Ibu di dalam,” sambil mendekati anaknya.
“Iya Yah, hati-hati saja Yah,” sambil mencium tangan Ayahnya.
Sekitar pukul sebelas Nisa bersiap-siap untuk pergi ke pasar dan
akan mempersiapkan apa yang akan dia butuhkan nantinya. Sekitar dua jam
kemudian Nisa sudah kembali ke rumahnya dan membawa beberapa kantong belanjaan
di tanganya.
***
28 Desember 2014
Minggu pagi itu semua keperluan sudah dipersiapkan dan hanya
tinggal berangkat saja ke Bandar Udara Internasional Juanda. Maka Nisa
bersalaman dengan kedua orang tuanya dan berpelukan seperti pergi untuk selama-lamanya.
Tidak bisa ditahan ketiga orang itu menangis dan seakan-akan kedua orang tuanya
berat untuk melepaskan kepergian sang anak tersebut. Lain halnya dengan Nisa,
dia merasa kakinya terasa sangat berat untuk meninggalkan kedua orang tuanya
dan kampung halamannya. Beberapa saat sbelum kepergian anak semata wayangnya,
ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan kedua orang tua tersebut. Namun mereka
kawatir akan membuat anaknya merasa tidak tenang dengan perjalanannya ke
Singapura nantinya, maka mereka hanya memendam hal tersebut dalam-dalam.
“Hati-hati saja di jalan Nak, jangan lupa akan-Nya,” sambil
menangis danberpelukan.
“Iya Bu, doakan saja agar Sa selamat sampai disana,” menangis
tersedu-sedu masih dalam pelukan Ibunya.
“Iya Nak, kami selalu berdoa untukmu.”
Perpisahan antara anak dan kedua orang tuanya di sertai suasana
yang mengharukan harus berakhir dangan perjalanan Nisa ke bandara. Maka pagi
itu juga mereka berpisah dan Nisa masih terlihat sedih dan merasa ada hal buruk
yang akan menimpanya.
“Apakah ini hanya perasaan saja ? Apa arti dari mimpinya semalam ?”
perdebatan hatinya terus menghantui.
Namun Nisa cepat membuang rasa tersebut karena Nita sudah terlihat
di depan Bandar Udara Internasional Juanda.
“Sudah dari tadi Ta,” sapa Nisa.
“Baru saja sampai, ayo kita check-inke dalam,” sambil
berjalan masuk.
“Ayo,” sambil membawa tasnya.
Sekitar pukul 05.35 WIB mereka
sudah berada di atas pesawat Air Asia tersebut, namun dalam hati Nisa masih
saja terbayang akan mimpinya dan merasa hal aneh akan terjadi. Sekali lagi dia
menepis rasa takut dan kawatir tersebut sambil
merebahkan badannya ke sandaran kursi dan membaca
sebuah majalah yang di sediakan. Akhirnya pesawat lepas landas dan terbang
menuju Singapura, namun terlihat cuaca yang sedikit tidak bersahabat dan pilot
menghindari awan kumulonimbus. Pesawat yang berpenumpang 162 orang termasuk kru
pesawat, diantaranya 144 dewasa dan 17 anak-anak serta satu balita itu terbang
membelokan pesawat demi menghindari awan yang berbahaya tersebut.
Terlihat beberapa penumpang sudah terlelap dalam tidur ngeyaknya
termasuk Nisa dan temanya. Suasana di pesawat yang sangat hening dan tenang.
Akan tetapi tiba-tiba saja pesawat oleng dan entah kesalahan system atau apa serta
tidak mampu dikendalikan oleh seorang pilot. Namun teriakan-teriakan semakin
terdengar dan membangunkan Nisa dan Nita tersebut. Terlihat Nisa membaca
sesuatu dalam hati dan memegang tangan temannya. Namun temannya terus berteriak
karena merasa takut.
Braaeekkkkkkkkkkkk......................
Tiba-tiba saja pesawat itu meluncur ke lautan dan diperkirakan
jatuh di Pesisir Belitung dan Kalimantan.
Beberapa menit berlalu, nafas Nisa semakin sesak karena air sudah
terlalu banyak masuk ke mulutnya dan begitu juga temannya. Sedangkan satu
persatu penumpang pesawat tersebut sudah terdiam satu demi satu. Suara teriakan
yang memekakan telinga tidak terdengar lagi dan dalam hati Nisa hanya berdoa
serta berpesan kepada kedua orang tuanya.
“Selamat tinggal Ayah dan Ibu, maafkan segala dosa Nisa selama ini,
Sa mencintai Ayah dan Ibu karena Allah Swt,” sambil memejamkan mata.
Maka semua penumpang disana sudah tidak bernyawa lagi. Entah di kedalaman
berapa pesawat itu di dasar laut. Namun, Ibu Nisa di rumah saat pesawat itu
akan terjatuh gelas yang dipengangnya tiba-tiba saja jatuh ke lantai dan pecah.
Dia merasakan hal yang buruk terhadap pada anak semata
wayangnya. Jika diperkirakan pesawat itu akan sampai pukul 08.30 WSS (waktu di
Singapura), namun Allah berkata lain.
Maka siang itu juga berita tersebut melalui media masa dan media
eletronik tentang kecekaan pesawat Air Asia QZ8501 di sekitar Perairan Belitung
dan Kalimantan yang di dapatkan dari pengakuan seorang nelayan yang melihat
pesawat itu terbang rendah dan jatuh ke dalam laut.
Namun apa hendak dikata, kedua orang tua Nisa hanya merelakan
kepergian anak semata wayangnya dan secepat mungkin dapat di temukan
jenazahnya. Kedua orang tua Nisa berpelukan dan berdoa kepada Allah Swt.
“Ya Allah tempatkanlah dia di tempat yang sebaik-baiknya dan semoga
Badan SAR Nasional dan batuan Negara Singapura, Autria, India dan yang lainnya
dapat menemukan jenazah anaknya dan semua penumpang. Amien.”
Hari yang berdukacita bagi semua pihak keluarga peumpang Air Asia
QZ8501 tersebut dan beberapa warga negara Korea Selatan, Francis, Malaysia,
Singapura, dan Britania Raya. Walaupun secara umum di dalam pesawat tersebut
adalah warga negara Indonesia.
Catt: Semoga cerita pendek ini memberikan tempat yang lebih baik bagi yang sudah tiada di sorga sana hendaknya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar