Gambar : Deretan Pertanyaan Hati. |
Masa putih abu-abu yang telah begitu
lama aku tinggalkan dan menjadi saksi yang akan mengingatkan aku pada
kisah-kisah yang sangat indah, mengesankan, bahkan menjadi kisah menyedihkan aku
pada masa itu. Dari sekian kisah-kisah kehidupanku yang sangat mengesankan dan
menjadikan aku seperti sekarang ini.
Berawal dari kisah pertemuanku yang
tidak terduga dan begitu cepat kurasakan. Saat aku menjadi salah satu dari
peserta Porseni dan Olimpiade yang mewakili Tanah Datar dalam bidang ekonomi
pada saat itu diselenggarakan di Kota Padang. Pada saat aku dan peserta lainnya
dari Tanah Datar akan pergi ke tempat Ujian diadakan. Pada waktu itu aku dan
lima orang peserta lainnya ada di atas mobil. Tiga diantaranya perempuan dan
dua lagi teman di sekolahku, karena penasaran dan ingin tahu namanya. Aku
beranikan diri unutk bertanya kepada salah satu peserta perempuan dari tiga
orang tersebut. “O...ya, kalau boleh tahu nama kamu siapa ya ?”, kataku, “Saya
Vivi”, jawabnya ringan. Tanpa kusadari aku mengucapkan, “Aku Irvan”. Langsung
saja dia berkata, “Emangnya siapa yang nanya ?”, “Ngak, kasih tahu doank”.
Semua isi mobil tertawa dengan tingkah konyolku itu, dengan wajah merah karena
malu dan aku merunduk. Tiba-tiba saja terdengar suara dari salah satu temannya
tadi, “Jangan begitulah sama teman sendiri”, sambil membelaku.
Sejak saat itu aku berkanalan
dengannya dan menjadi lebih akrab, walaupun kesan pertamaku membuat hal yang
terkesan konyol akan tetapi aku tidak bisa lupa dengan kejadian itu.
***
Setelah selesai
mengikuti acara tersebut dan aku dengan peserta lainnya kembali ke rumah
masing-masing.
Setelah
tiga bulan kuteringat dengan temanku itu namanya, “Vinda”, yang telah membelaku
tiga bulan yang lalu diatas mobil. Maka aku sms dia dan telponan menanyakan
berbagai hal yang berhubungan dengannya dan sebaliknya Dia pun bertanya tentang
diriku. Tidak terasa aku telah lama kenal yang sering bercerita dan akhirnya aku
ingin kuterpikat dengan keelokan, kebaikan serta kepribadiannya yang begitu
baik. Akhirnya aku memutuskan untuk mengenalnya lebih dalam lagi dan dia pun
ternyata juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Setelah
aku menjalani hubungan yang disebut dengan, “Pacaran” adalah saat terindahku
zaman putih abu-abu. Tidak terasa waktu begitu indah, begitu cerah dengan canda
tawa, serta saling memberikan motivasi dan dukungan untuk terus maju dan
menghadapi hidup ini. Pada waktu itu Dia mengirim suatu kata-kata yang begitu
indah kepadaku lewat sms, yang diakhir kata-kata itu tertuliskan, “Part 1”. Hati
yang senang dan begitu semangat, aku membalas puisi tersebut dengan diakhiri
tulisan, “Part 2”, maka sejak saat itu ku terbiasa menulis, terbiasa berpikir
lebih hanya mengungkapkan isi hatiku dengan manjawab puisi yang dikirimnya. Tanpa
terasa di tengah-tengah kesibukan belajar menghadapi ujian UAS dan UN, aku dan Dia
telah menghasilkan dua puluh puisi, dengan sepuluh puisi dari ku dan sepuluh
lagi dari Dia.
Entah
kenapa, tiba-tiba saja hubungan aku dan Dia putus tanpa sebab tertentu dan
diiringi dengan putusnya menulis puisi. Itu menjadi berbagai pertanyan muncul
dari dalam pikiranku, “Apa yang salah dariku ? Ataukah karena aku dan Dia jarang
bertemu ? Ataukah karena aku melakukan hal yang tidak sewajarnya aku lakukan
padanyanya ?”.
***
Setelah aku
menghadapi kehidupanku dengan jalan yang kuambil, aku telah memutuskan untuk
tetap tegar menghadapinya walaupun aku sempat ingin membalas sakit hatiku
kepadanya. Entah kenapa hatiku berkata, “Tidak usah membalas kelakuan orang
lain walupun itu menyakitkan dirimu, mungkin Dia khilaf, jadikan saja ini sebagai
pelajaran yang akan membuatmu lebih tegar, lebih sabar dan lebih bijaksana lagi
dengan berbagai cobaan hidup ini.”
Setelah
lebih kurang dua tahun tidak bertemu dan hubunganku dengan sudah mulai membaik
walaupun pun aku dan Dia tidak pernah bertemu lagi. Akan tetapi aku tidak pernah
lupa dengan jasa-jasanya kepadaku, hingga menjadikan aku menjadi seperti ini. Aku
tidak ingin orang tahu kalau hatiku ini telah hancur berkeping-keping, aku
berusaha memperlihatkan kepada orang lain kalau hatku ini dan diri ku ini tegar
dan baik-baik saja.
Ternyata
Dia memiliki berbagai macam pertanyaan dari sikap dan tingkah laku yang aku
perlihatkan kepadanya yang dipendamnya dalam hati selama ini.
***
Maka
pada saat hari ulang tahunku, Dia seolah-olah memberontak kepadaku dengan
bertubi-tubi pertanyaan yang begitu sakit dan seperti mengiris kulitku dengan
sebilah pisau tajam. Dalam sebuah kado kecil dengan warna kombinasi warna
merah, putih, dan sebagainya, ternyata didalam itu tersimpan sederet
pertanyan-pertanyaan yang selama ini Dia simpan dan seolah-olah melemparkannya
kepadaku.
Dengan
pertanyaan pertama yang Dia tuliskan di selembar kertas, “Luka yang pernah Dia
goreskan kepadaku, dan itu masih ada kan dalam diri mu ?”, hari ini aku akan
menjawab setiap pertanyaan yang akan Dia tanyakan kepadaku.
“Memang
aku tidak bisa menghapuskan luka yang telah kau goreskan kepadaku, aku juga
tidak bisa melupakan perbuatanmu kepadaku, yang membuat hatiku hancur
berkeping-keping kala itu, dan membuatku merasakan sakit yang begitu dalam dan
tidak bisa aku sembuhkan luka itu sampai hari ini. Akan tetapi aku tidak ingin
terus terpaku dengan keadaanku saat itu, maka kumencoba membenahi hati-hatiku
hancur menjadi utuh kembali, walaupun kau telah memberikan kesan terakhir yang
begitu membekas dan menjadi awal dari kesedihan yang begitu mendalam dalam
hatiku. Maka kumencoba mengambil pelajaran dari kisah tersebut, semoga itu akan
menjadikan aku lebih desawa dalam memutuskan dan mengambil setiap langakahku,
serta aku mencoba mengingat hal yang indah-indah tentang aku dan dirinya. Agar
aku bisa menghilangkan sakit hatiku dan
melupakan kejadian-kejadian yang menyakitkan.”
Itulah
cara aku menghilangkan dan memendam kebencianku pada orang lain, serta aku
melakukan berbagai kegiatan positif agar aku bisa lebih semangat lagi dan
sedikit demi sedikit bisa kulupakan kejadian tersebut.
Pertanyaan
yang berikutnya yang terucapkan olenya adalah, “Bahwa Dia orang yang banyak
dosa, dan orang yang jahat terhadapku, serta banyak berbuat salah kepadaku,
mengapa aku masih dan mau memaafkan Dia ?”
Aku
jawab, “Memang kau orang yang telah membuatku sakit hati, dan kau juga orang
yang telah membuat hidupku menjadi seperti ini, karena aku tidak ingin
mengingat hal-hal yang akan membuat hati semakin sempit dan sempit oleh kebencian
yang terus menghampiriku, maka aku mencoba menghilangkan atau menganti
kebencian manjadi hubungan yang lebih dalam lagi dari sebelumnya, yang disebut
dengan ‘Persahabatan’, karena dalam persahabatan tidak ada kata-kata
‘Mantan sahabat’, sedangakan dalam pacaran ada kata-kata ‘Mantan pacar’.
Mungkin saat ini belum begitu terasa dan begitu membutuhkan seorang sahabat
yang bukan hanya mengerti dengan diri kita, tetapi sahabat yang benar-benar
paham, mengerti dengan keadaan sahabatnya sendiri itulah yang disebut
persabatan, dan kita benar-benar membutuhkannya suatu hari nanti.”
“Mengapa
mau menjadi sahabat Dia ?”
“Dalam
persahabat itu tidak ada kata memilih-milih, karena sahabat yang sejati adalah
sahabat yang yang tidak akan pernah ada kata ‘Bosan’, ‘Kaya ataupun miskin’, dan
sebagainya. Aku juga tidak ingin melupakan orang yang pernah membuatku menjadi
seperti ini, menjadikan aku tegar, menjadikan aku lebih bijaksana serta menjadikan
aku kenal dan memberikan aku jalan mencari jati diriku.”
“Mengapa
tidak melupakan saja diri nya ?”
“Bagaimana
bisa aku melupakan orang yang telah berjasa kepadaku, karena dalam pikiranku
telah tertuliskan sederet orang-orang yang pernah hadir serta telah memberikan
pertolongan walupun sedikit tapi sangat menentukan masa depanku ke jalan yang
lebih baik lagi.”
“Mengapa
masih sering memotivasinya ?”
“Itulah
yang disebut dengan persahabatan, jika seorang sahabat dalam kesulitan maka
sahabatnya-lah yang akan memberikan jalan keluarnya dan mencoba mencarikan
solusi terbaik setiap persoalan yang ada. Itulah yang disebut saling kenal,
memahami dan mengeti dengan kondisi sahabatnya sendiri, maka pada level
terakhirlah tempatnya seorang sahabat yaitu ‘Saling memahami satu sama
lain’, karena sekarang ini sangat sulit mencari sahabat dari pada
teman. Serta jika sahabatnya itu sukses maka seorang sahabat akan merasakan
senang kegembiraan dan kesuksesan sahabatnya sendiri dan mencoba mengarahkan
sahabatnya dari jalan yang salah.”
“Kenapa
masih mendengarkan cerita dan curhat nya ?”
“Aku
teringat bahwa kita diberikan dua telinga dan satu mulut oleh Allah Swt, itu
berarti kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara. Setiap apa-apa
yang diberikan Allah itu memberikan arti dan makna tersendiri, terkadang
manusia lupa akan hal-hal tersebut. Maka dari itu seorang sahabat bukan hanya
bisa mengerti dari sikap seorang sahabat yang yang diperlihatkannya melalui
tingkah laku akan tetapi juga bisa mengerti dengan kejadian hidup dan
permasahan yang telah dilakukannya dari cerita dan curhatnya, setelah kita
mengetahui kejadian-kejadian dan permasahan dalam kesehariannya, maka seorang
sahabat harus mampu mencarikan solusi dan jalan keluar dari permasahan yang
yang terjadi.”
` “Mengapa
masih membantunya ?”
“Seorang
sahabat harus saling membantu satu sama lain, itulah bedanya sahabat dengan
teman. Kalau mencari seorang teman sangat mudah dan saat kita berkenalan, maka
kita telah dianggap sebagai teman yang hanya sekedar tahu nama, alamat dan
sebagainya. Akan tetapi seorang sahabat akan sulit untuk mendapatkannya, karena
seorang sahabat akan terletak pada level yang paling atas, dan seakan-akan
menjadikan suatu ikatan lebih dari ikatan persaudaraan dengan keluarga sendiri.”
“Kenapa
tidak pergi saja dan tinggalkan Dia ?”
“Jika
seorang sahabat pergi dan tidak pernah lagi mendengarkan sahabatnya serta
melakukan kontak, dan sebagainya, maka itu akan merusak sebuah persahabatan dan
akan memutuskan persahabatan secara tidak langsung. Seorang sahabat akan terus
memberikan motivasi dan memberikan sesuatu yang akan menjadikan sahabatnya
lebih baik lagi, jika sahabatnya itu berhasil dan menjadi orang yang ternama,
maka sahabatnya akan merasa bangga dengan hasil tersebut.”
“Mengapa
dari jauh ku masih melihatnya ?”
“Jika
seseorang telah menjadi sahabat kita, maka secara tidak langsung bukan hanya
diri kita yang telah kita satukan akan tetapi, kita telah menyatukan hati dan
pikiran kita menjadi satu ikatan yang erat serta ikatan itu akan erat untuk
selamanya, walaupun sahabatnya itu berada di kota lain, bahkan negara lain,
yang memiliki tempat dan jarak yang sangat jauh, tetapi karena hati kita telah
menjadi padu walaupun jarak antara kita jauh akan tetapi hati kita tidak akan
pernah jauh, itulah yang kurasakan saat kau disana yang telah jauh pergi dariku,
dan beberapa tahun tidak bertemu. Kita pernah merasakan kalau kita jarang
bertemu akan tetapi kita merasakan kita telah bertemu setiap hari, itukah yang
akau dan kau rasakan.”
Itulah
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang Dia lontarkan kepada ku, hari ini kau telah
mengetahui jawaban itu semua. Semoga sahabatku akan terus menghasilan
karya-karya yang luar biasa, itu akan membuatku merasa bangga menjadi sahabatmu.
0 komentar:
Posting Komentar