Gambar : Mesjid Raya Tanjung dalam masa pembangunan. |
Sebuah mesjid yang berada diantara Jorong Balai Bungo dan Jorong
Balai Tabuh, akan tetapi lebih tepatnya di Balai Tabuh. Lebih tepatnya berada
di Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang berseberangan dengan Nagari Sungayang di
sebelah barat dan selatan sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Nagari
Sungai Patai serta sebelah timur berbatasan dengan Nagari Andaleh. Walaupun
nagari ini kecil namun tersimpan kekekayaan alam dan cagar alam yang indah,
seperti: Ngalau Soda, sarang Burung Walet, dan sebagainya.
Mesjid yang berada dipusat pemerintahan Nagari Tanjung diantaranya:
Pasar sebagai pusat jual beli masyarakat nagari setiap hari Jum’at jadi pasar
ini diberi nama dengan ‘Pasar Jum’at, Kantor Wali Nagari, TK Paud, SLB (Sekolah
Luar Biasa), dan sebagainya. Mesjid ini diberi nama Mesjid Raya Tanjung yang
berdiri pada tahun 1961. Pada awalnya tanah ini adalah bekas ladang rumput (parak
umpuik) milik warga. Akhirnya tanah itu diganti dengan sawah dengan tanah
tersebut kepada pemilik kebun tersebut. Tanah tersebut bukanlah tanah wakaf
akan tetapi memang milik mesjid sendiri.
Awalnya mesjid ini terbuat dari kayu yang berada ditengah-tengah mesjid
sekarang ini. Setelah adanya sedikit dana maka pada tahun 1990 diganti dengan
bangunan permanen atau tembok sampai dengan yang kita lihat sekarang ini.
Karena terkendala dengan keuangan yang minim dan juga dana yang tidak seberapa
dari perantau lokal maka pembangunan mesjid ini tidak terlalu cepat
pembangunannya dan hanya ansur-ansur jika ada dana.
Menurut gharin (penjaga mesjid sekaligus menjadi imam)
bernama Jamaris lebih dikenal orang dengan Pak Buyuang mengatakan bahwa
pembangunan yang akan dilakukan selanjutnya adalah keramik dalam mesjid dan
penyelesaian tingkat duanya yang masih dalam pengerjaan tukang (pembuat
bangunan mesjid). Bapak yang memiliki 5 orang anak dari seorang isteri ini
selain seorang gharin juga seorang petani. Itu dilakukannya pada waktu
pagi menjelang waktu zuhur masuk dengan isterinya dan terkadang dibantu oleh
anaknya. Bahkan beliau mampu menyekolakan anaknya hingga tamat dari Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar (IAIN Batusangkar Sekarang) di
jurusan Tarbiyah prodi Pendidikan Agama Islam lebih dikenal dengan PAI. Beliau
sudah berada disana sekitar dua belas setengah tahun dari tahun 2002 sampai
sekarang.
Mesjid ini juga di ketuai oleh Pak Erisman saat sekarang ini,
pengantian pengurus ini terjadi sekali lima tahun sama dengan pengantian
presiden. Bahkan sekali seminggu ada diadakan wirid Mingguan pada penghujung
hari setelah shalat Asyar dan juga ada wirit sekali sebulan dengan nama Wirit
Bulanan setelah shalat Maghrib. Penceramahnya didatangkan dari berbagai daerah
seperti: Sungayang, Andaleh, Batusangkar, Sumanik, Sungai Tarab dan juga
Ustad-Ustad lokal serta masih banyak lagi. Ada suatu hal yang sangat penting
yang harus dimiliki setiap mesjid ini kurang salah satunya adalah Perpustakaan
Mesjid. Walaupun masalah kecil namun ini sangatlah penting selain menambah
pengetahuan umat juga menjadi salah satu dokumen-dokumen mesjid yang dijadikan
bahan-bahan rujukan untuk ke depannya.
Ada peristiwa yang sangat mengesankan yang menjadi peristiwa hebat
dalam pembangunan mesjid ini, yang pertama terjadi pada tahun 1979. Terjadi galodo
atau air besar meluap ke daratan pada malam hari jam 01.00 WIB, walaupun tidak
memakan korban jiwa namun air bah itu masuk ke mesjid dan merendam bangunan
mesjid setinggi betis orang dewasa. Hal ini mengakibatkan semua karpet mesjid
kotor dan harus dicuci, ini dilakukan secara gotong royong warga. Namun pada
tahun 2009 hal serupa terjadi kembali yaitu galodo kedua pada jam 07.50
WIB itu orang sedang dalam perjalanan bekerja dan pada jam sekolah pagi itu.
Air bah itu semakin tinggi dari awalnya yaitu setinggi dada orang dewasa masuk
ke dalam bangunan mesjid dan bahkan Pak Gharin-nya harus dikeluarkan
dengan benen besar. Terlihat air besar menghanyutkan apa saja yang ada
didepannya baik itu kayu, sampah, bangunan, dan juga ternak kambing yang berada
didekat selo (sungai atau kali). Selain itu jembatan yang menghubungkan
antara Jorong Balai Bungo dan Jorong Balai Tabuh itu hampir di tenggelamkan air
karena ada batang kayu yang ikut terbawa arus air itu menutupi aliran air
sehingga air tersebut berubah arah ke rumah penduduk. Bahkan menghancurkan
dinding rumahnya meninggalkan banyak pasir di dalam bangunan mesjid. Maka
setelah air mulai stabil dan semua warga ikut serta dalam membersihkan mesjid
baik di dalam dan di luar bahkan dibantu oleh beberapa anak sekolah seperti:
MAN 1 Batusangkar, SMPN 1 Sungayang, dan juga anak-anak SD.
Referensi : Jamaris (Pak Buyuang) selaku gharin di Mesjid Raya
Tanjung.
0 komentar:
Posting Komentar