Foto : Three Brathers. |
Hari minggu ini biasanya aku mengisi
kegiatan dengan membantu Kak Mursal untuk melakukan berbagai kegiatannya. Hari
kami berencana akan memasang salasi listrik di Baruh Bukit, dekat rimah Kak
Surya. Sebelumnya aku telah membeli berbagai barang listrik yang akan dipasang
nantinya. Pagi minggu itu, aku menyempatkan diri untuk mencuci bajuku yang
sudah lama menumpuk. Karena sudah dua minggu ini aku tidak mencuci, tidak ada
waktu untuk mencuci baju. Setiap hari kuliah walaupun masuk pagi dan keluar
siang, akan tetapi sorenya kuliah lagi. Karena minggu lalu aku ada acara
Sarasehan di kampus Unand jadi aku tidak sempat mencuci hari minggunya.
Bagaimana harus mencuci pulangnya saja sudah malam.
Akhirnya pagi minggu itu aku harus
mencuci baju dua ember menengah. Lumayan banyak, akan tetapi cukup melelahkan
juga. Ternyata di tempat mencuci pakaian tersebut sudah ada adik-adikku dari
asrama sedang mencuci. Kebetulan aku ada yang bisa diajak bercerita untuk
menghilangkan capek mencuci banyak hari ini. Aku menargetkan pukul sembilan aku
sudah selesai mencuci, ternyata benar aku melihat jam di dinding sudah pukul
sembilan.
Enatah kenapa setelah mencuci aku
merasakan senang, apa karena sudah selesai satu tugas ? Atau kerena tidak
melihat baju yang berantakan lagi didalam ember dan bergantungan di tangga ?
Mungkin itulah salah satunya. Aku mencoba membarigkan badanku untuk istirahat
sejenak karena kecapekan diatas kasur santai. Tidak beberapa lama berbaring
suara handphone-ku mengejutkan aku, ternyata ada pesan dari Kak Mursal
untuk sarapan dulu sebelum kerja nantinya ke rumah. Hanya membalas singkat
“Ok.” Lalu aku meletakan kembali handphone-ku diatas kasur.
Akhirnya aku pulang ke rumah dengan
membawa satu buku bacaanku yaitu “Camar biru,” karangan Nilam Suri. Itu untuk
mengisi waktu luang saja jika Kak Mursal terlambat datang dan aku bisa membaca
novel tersebut terlebih dahulu. Sekitar pukul sepuluh Kak Mursal datang dan
kami bersiap-siap untuk pergi ke Baruh Bukit. Berselang beberapa menit kami
berangkat dan kami mampir dulu ke tempat Kak Suya untuk menjemputnya, karena
kami bekerja bertiga.
Sekitar pukul empat pekerjaan kami
sudah dianggap selesai dan kami kembali ke rumah. Kak Mursal mendapatkan pesan
dari Bang Chin di Payakumbuh, bahwa nanti malam akan main futsal di lapangan
biasa. Setelah Kak Mursal menyetujui tersebut, kami akan berangkat pukul tujuh
nantinya. Kak Mursal yang terlihat lelah dan mengantuk karena bergadang semalam
untuk menonton final liga champion antara Real Madrid Vs Atletico Madrid,
dengan score 4-1. Real Madrid keluar sebagai juara liga champion dengan
penampilan yang baik, walaupun hampir saja kalah oleh club ATM tersebut,
akhirnya di ujung babak kedua dan tambahan waktu mampu menyamakan kedudukan 1-1
oleh Sergio Ramos dengan sundulannya yang indah ke sudut gawang. Babak tambahan
menjadi mimpi buruk bagi ATM Bale, Marcelo, dan Cristian Ronaldo berhasil
manambah keunggulan dan memastikan Real Madrid sebagai “The Winner Champion
2014 di Sporting Lisbone.”
Aku menyempatkan untuk melanjutkan
membaca novel diatas bangku.
***
Setelah sholat magrib aku bergegas
pulang untuk pergi ke Payakumbuh bermain futsal, karena pertandingan kali ini
sedikit dadakan. Walaupun begitu kami tetap berangkat ke Payakumbuh, tepatnya
di Koto Nan Ampek. Kali ini Wahyu anaknya Kak Yeni bersikeras untuk ikut,
akhirnya Kak Mursal menyetujui hal tersebut. Akhirnya kami berangkat sekitar
pukul tujuh lewat dan selama dalam perjalanan kami bermain tebak-tebakan
bertiga.
Awalnya memang tidak ada niat untk
itu, hanya memcoba menguji cara berpikir Wahyu saja dengan beberpa pertanyaan
penjumlahan.
“Jika satu ekor Bangau di tambah dua
ekor Kelinci sama dengan berapa Yu ?”
“MNnnnn...tiga.”
“Kok tiga ?”
“Ya satu ekor Bangau di tambah dua
ekor Kelinci kan jadi tiga.”
“Terus tiganya. Apakah tiga ekor
bangau atau tiga ekor kelinci ?” tanyaku lagi.
“Tiga ekor Bangau,” balasnya dengan
cepat.
“Kelincinya dikemanakan Yu ?” tanyaku
lagi.
“Dibuang. O...tidak bisa seperti itu
Yu. Seharusnya jadinya satu ekor bangau dan dua ekor kelinci. Apakah mengerti
Yu ?”
“Iya..Mengerti.”
Tiba-tiba saja Kak Mursal yang dari
tadi mendengarkan kami bercerita dan awalnya fokus membawa motor jadi ingin
ikut. Dia mencoba melemparkan sebuah teka-teki kepada kami.
“Bagaiamana cara gajah terbang ?” ayo siapa
yang bisa.
“Dengan sayap,” Wahyu langsung
menjawab.
“Salah, gajah mana ada sayap.
“Kalau diterbangkan bisa, akan tetapi jika terbang tidak bisa,”
jawabku.
“Salah, yang betulnya dengan bersusah
payah.” Hehehe.
Semua kami tertawa mendengarkan
jawaban konyol dari Kak Mursal dan tidak masuk akal. Sepertinya itu bukan
jawabannya akan tetapi asal-asalan saja. Lagi-lagi Kak Mursal membuka
pertanyaan baru.
“Dia putih, besar, panjang, jika
berlari cepat. Benda apakah itu ?”
“Itu mah pocong,” jawab Wahyu dengan
cepat.
“Salah pocong mana bisa lari, tapi
loncat-loncat kali.”
Aku bingung mau jawab apa dan tidak
tahu benda apa yang dimaksud.
“Memang benda apa itu Kak ?” dengan
nada penasaran.
“Itu adalah kerena api yang pakai
parban,” heheheh.
Lagi-lagi kami tertawa dengan jawaban
konyol tersebut, dalam hati aku berpikir, “Mana ada karena api yang memakai
parban.”
Tanpa terasa kami sudah berada di
Payambuh dan sudah terlihat beberapa orang temannya Kak Irwan sudah menunggu
disana. Kami berjalan menujunya dan ngobrol-ngobrol sebentar, akhirnya kami
masuk ke dalam melihat pertandingan yang sedang berlangsung. Ternyata ada
rombongan Milan yang bermain dengan lawan, permainan meraka sangat kompak dan
menghasilkan gol-gol yang cantik. Bahkan dengan sundulan sekalipun tercipta
dalam pertandingan tersebut.
Sekitar pukul sembilan kami bermain
bukan di lapangan biasanya, akan tetapi kali ini lapangan sebelahnya. Bang Chin
dan Kak Irwan datang terlambat kali ini, aku juga tidak tahu ada kegiatan apa
mereka. Walaupun begitu kami tetap melanjutkan permainan malam ini, ternyata
tidak beberapa lama Bang Chin datang dan setelah itu baru Kak Irwan. Katanya Kak Irwan tidak bermain hari ini
karena ikut bergadang nonton bola semalam.
Walaupun sempat tinggal dua gol
akhirnya tetap mampu mengejar dan tertinggal jauh. Kali ini aku mulai bingung
dengan hitungan wasit kali ini ada yang menyebut tiga, empat, dan sebagainya.
Padahal kami rasanya sudah banyak mencetek gol akan tetapi masih saja angkanya
tetap. Ternyata kali ini kami tetap kali walaupun tambahannya kami megenakan
kostum baru malam ini. Ternyata tidak berarti untuk permainan kami yang
mengedepankan ego masing-masing daripada kekompakan tim. Dengan warna kostum
hijau lumut dan fariasi warna hitam yang mencolok.
Setelah bermain kami kembali ke
Batusangkar pukul dua belas kami sudah berada di rumah kembali.
0 komentar:
Posting Komentar