Gambar : Logo team futsal FC Limbago. |
Perjalanan kami ke payakumbuh saat ini
juga sangat berbeda dengan perjalanan sebelumnya. Hari kamis ini tanggal merah
dan aku juga tidak kuliah hari ini, maka aku sekitar pukul sebelas siang sudah
berada di rumah. Kami berencana pergi ke Payakumbuh pukul empat sore, karena
mainnya juga pukul tujuh. Waktu liburan aku habiskan denga menonton televisi
dan istirahat di rumah sebelum pergi nantinya.
Badanku merasa sangat lelah karena
semalam harus bergadang dengan adik-adikku di asrama bermain game. Entah kanapa
baru sebentar aku merebahkan badanku, aku sudah tidak sadar lagi. Tanpa aku
sadari Kak Mursal sudah berada di rumah dan mencoba membangunkan aku. Setelah
aku bangun aku baru sadar sudah pukul dua siang, aku bergegas ke kamar mandi untuk
sholat zuhur dan makan.
Setelah aku selesai makan, Kak Mursal
datang dengan Wahyu.
“Ada masuk pesan semalam Van ?”
katanya sambil masuk ke rumah.
“Nggak ada Kak, emangnya pesan apa itu
Kak ?”
“Itu mau gunting rambut.”
“Baru pagi ini masuk pesannya Kak,
nanti saja Kak. Rencana setelah ini mau ke Sungayang juga sekalian sambil
mengatarkan Ibu juga.”
“Ok, bawa sekalian guntingnya ya Van
?”
“Ok Kak,” jawabku singkat.
Tidak beberpa lama aku pergi
mengantarkan Ibu dan menjemput gunting serta pesanan Kak Mursal. Sudah lama
juga tidak memotong rambut Kak Mursal, seperti biasa hanya menipiskan bagian
samping dan di cincang pakai gunting, gaya rambut anak muda sekarang. Hanya
beberapa menit rambut Kak Mursal sudah terlihat lebih pendek dan rapi, tidak
seperti biasa yang sibuk dengan rambutnya saat bermain futsal.
Akhirnya setelah sholat asyar kami
berangkat ke Payakumbuh dengan motorku Fit X, karena badan Kak Mursal hari ini
kurang sehat jadi aku yang bawa motornya. Seperti biasa Wahyu juga ikut dalam
perjalanan ini, dia tidak mau pergi kemana-mana gara-gara aku sebutkan ke
Payakumbuh. Awalnya dia ingin pergi bermain karena aku katakan kepadanya, dia
menunggu aku dan Kak Mursal untuk ikut bersama kami pergi.
Kami berangkat dengan jalan biasa
yaitu jalan Sumanik, Situmbuk, Supayang, Salimpaung, dan Tabek Patah. Itu
karena jalur tersebut lebih cepat dan singkat dari pada yang lainnya. Walaupun
awalnya mendaki dan itu tidak lama dan setelah itu baru mendatar dan menurun ke
Payakumbuh. Wahyu berada didepanku saat berangkat, saat sampai di Tabek Patah
dia aku suruh untuk mengendalikan gas motorku. Walaupun masih kecil akan tetapi
karena sering aku latih dia jadi terbiasa membawa motor, meskipun hanya bisa
mengendalikan gas saja dulu.
Sesampai kami di Tabek Patah, Kak Mursal
membeli gorengan untuk makan di jalan. Sambil jalan menikmati indahnya jalannya
juga menikmati gorengan Tabek Patah. Hanya beberpa menit kami kami telah berada
didepan Mesjid Muhammadiyah untuk menunggu teman Kak Mursal. Sekitar pukul lima
lewat kami sudah berada di Payakumbuh, berselang beberapa menit teman Kak Mursal
datang dan ternyata dia adalah Kak Salmi. Teman lamanya di Asrama dulu, mereka
itu teman akrab dengan berbagai kisah sedih saat-saat kantong kosong. Akan
tetapi beda dengan hari ini mereka itu seperti telah mendapatkan uang lebih dan
tidak kosong sepeti dulu lagi.
Kami memarkir kendaraan didepan Mesjid
tersebut dan berjalan ke Ramayana Payakumbuh untuk melihat-lihat saja. Setelah
melewati lantai dasar hingga lantai
tiga, Kak Mursal dan Kak Salmi sibuk mencari baju untuk anak-anak mereka. Aku
hanya mengikuti mereka dari belakang bersama Wahyu, karena tidak ada uang untuk
membeli apapun. Lagipula baju dan segala yang ada disini tergolong mahal dan
hanya discont spesial yang murah disini. Itupun hanya satu-satu,
tiba-tiba Kak Mursal berkata kepada Wahyu.
“Mau beli baju bola Yu ?”
“Nggak Mak Lat, baju bola di rumah
banyak, kalau baju ‘Brusli saja gimana Mak Lat ?” pintak wahyu.
“Pilihlah, tanpa pikir panjang dan dia
memilih baju tersebut dan dia sudah memilih satu dari sekian banyak baju
tersebut.”
Setelah itu Kak Mursal memberikan uang
dan aku menemani Wahyu ke kasir untuk menukarkan bajunya dengan uang tersebut.
Ternyata Kak Mursal dan Kak Salmi juga menemukan baju untuk anak-anak mereka
dan memberikannya kepada kasir. Tanpa kami sadari ternyata sudah pukul setengah
tujuh dan kami berjalan ke bawah untuk melaksanakan sholat magrib disana.
Setelah berpamitan dengan Kak Salmi kami pergi ke Lapangan Futsal Gunapaksi di
Koto Nan Ampek.
Berselang beberpa menit kami sudah
berada disana dan ternyata beberapa teman Kak Irwan sudah berada di lapangan
tesebut. Kami menikmati permainan yang sedang berlangsung didepan kami. Tidak
lama menunggu Kak Irwan dan Bang Chin menager kami sudah datang juga. Akhirnya kami masuk lapangan karena penjaga
lapangan sudah meniupkan peluitnya. Kami pemanasan di lapangan beberpa menit,
ternyata hari ini aku bermain lebih awal dari biasanya. Sedangkan Kak Mursal
dan Kak Irwan sebagai pemain penganti hari ini. Permainan kami hari ini sudah
mulai padu dan kompak. Terlihat kami sering mengandalkan permaianan cantik
tiki-taka itu loh. Walaupun ada beberapa orang yang tidak seperti itu dan masih
mengandalkan permaianan individu saja.
Akhirnya kami kalah tiga angka dengan
lawan akan tetapi permainan hari ini tidak terasa karena waktunya terlalu
singkat. Padahal sudah satu jam lebih kami bermain akan tetapi karena
mengandalkan permainan cantik tidak terasa waktu berlalu. Walaupun kalah akan
tetapi hati kami senang dengan permainan cantik dan kompak tersebut. Setengah
sembilan kami masih beristrirahat didepan lapangan tersebut. Ternyata menager
telah membagikan baju kepada pemain lain dan sudah disablon. Akan tetapi baju
belum juga disablon dan masih belum bisa aku bawa pulang. Setelah membayar uang
sablon kepada Bang Chin dengan Kak Mursal dan Kak Irwan. Aku mengambil nomor
punggung dua belas karena nomor delapan sudah duluan diambil orang. Kak mursal
mengambil nomor punggung tiga belas, serta Kak Irwan nomor punggung sepuluh.
Akhirnya setelah berpamitan dengan Kak
Irwan dan yang lainnya kami kembali ke Batusangkar dan sampai di rumah pukul
sebelas.
0 komentar:
Posting Komentar