Gambar : Pemakaman. |
Keluarga adalah hal yang sangat
menyenangkan dalam suatu rumah tangga yang dibangun dengan landasan cinta,
kasih sayang serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Itulah yang yang sangat
penting selain saling mengerti dan keromantisan, namun itu hanyalah pelengkap
dalam keutuhan membangun keluarga sakinah, mawadda, dan warohma. Setiap orang
pasti menginginkan keluarga yang bahagia baik di dunia dan akhirat. Bahkan
semua itu terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Memang benar bahwa
manusia hanya mampu membuat rencana namun segala keputusan hanya terletak pada
Allah Swt.
Memang takdir itu tidak bisa dirubah,
akan tetapi nasip seseorang hanya dia sendiri yang menentukannya. Jika dia
hanya hidup sekedar hidup dan tidak pernah berusaha, maka dia memilih jalan
hidupnya seperti itu. Namun lain halnya dengan orang yang berjuang dengan
hidupnya bersungguh-sungguh dalam setiap pekerjaan dan fokus dengan apa yang
dihadapinya. Orang-orang yang tidak menyerah walaupun sering jatuh dari perjuangannya,
karena orang yang kuat dan akan sukses itu adalah orang-orang yang mampu
bangkit dari keterpurakannya dan menjadikan kekurangan yang ada padanya menjadi
senjata untuk terus maju. Bahkan orang yang hebat itu adalah orang yang mau
bangkit walaupun sering kali terjatuh.
Aku pernah mendengar sebuah ayat
Alquran yang menerangkan bahwa segala kesulitan yang diberikan Allah kepada
hambanya tidak akan melebihi batas kemampuannya. Karena itulah jangan pernah
menyerah dengan berbagai cobaan hidup ini. Kehidupan ini bukan hanya sekedar
hidup untuk bertahan hidup saja, bagaimana perkataan Buya Hamka, “Hidup
hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Makan hanya sekedar makan monyet
juga makan.” Itu artinya bahwa apapun yang dilakukan harus memikirkan baik
buruknya dan bukan mengedepankan hawa nafsu semata. Tidak. Namun, semua harus
berjalan dengan rencana dan bagaimana kita menata serta trategi di setiap
tindakan.
Keluarga yang lengkap adalah salah
satu pemicuh hadirnya kasih sayang dan keharmonisan dalam menjalaninya. Akan
tetapi jika salah satu dari mereka tidak ada maka akan menjadi sesuatu hal yang
sangat tidak mengenakkan dan kekurangan setiap menjalaninya. Begitulah yang
dihadapi oleh salah satu keluarga yang sudah lama kehilangan sosok seorang ayah
yang sangat dirindukan. Kekurangan seorang ayah adalah hal yang sangat
menyakitkan dalam hidupnya, apalagi setiap melihat seorang bapak-bapak yang
berjalan berdua dengan anaknya sambil berpegangan tangan. Ada juga saling
bercanda satu sama lain, saling bercerita dan sebagainya, itu selalu membuat
hatinya terluka. Karena dia tidak begitu merasakan indahnya memiliki seorang
ayah, senangnya bercerita dan bercanda dengan sosok tersebut. Itulah takdir
yang tidak dapat dielakkan lagi oleh seorang wanita muda dan seorang adik
laki-lakinya.
Mereka kehilangan ayah sejak adiknya
berumur lima tahun dan ayahnya sudah didapatinya terbaring di tengah rumah.
Disebabkan terjatuh saat mengambil buah kelapa sore hari dan jatuh diatas batu,
hanya itulah cerita yang dapat dari ibu dan orang-orang yang hadir sore itu.
***
Sejak saat itu rumah tangga mereka
tidak seindah yang inginkan, hidup serba kesulitan. Apalagi beban ibu bertambah
dengan kehilangannya peran seorang ayah yang selalu giat membantu. Namun
sekarang apa hendak dikata, semua itu harus dilalui dengan sebaiknya-baiknya.
Walaupun ayah sudah meninggal namun sosoknya akan selalu hidup dalam jiwa kami.
Kak Yeni yang hidup juga dalam serba
kesulitan dan ditambah juga dengan kepulangan suami beberapa bulan yang lalu. Membuat
Kak Yeni serba sulit dengan kondisi yang menjempitnya, apalagi dia harus
membiayai anak semata wayangnya yang masih duduk di kelas tiga. Seiring
berjalannya waktu adik kecilnya yang tumbuh menjadi remaja yang masih
menjalankan perkualihan di salah satu perguruan tinggi ternama di Batusangkar.
Akan tetapi sejak kepergian sang ayah, hidup mereka harus terpisah karena
dorongan ekonomi yang lemah dan semangat belajar yang tinggi. Akhirnya adiknya
Irvan ditempatkan pada suatu panti asuhan di Sungayang, sejak saat itu sampai
sekarang telah berhasil menyesaikan sekolah menengah dan sekolah lanjutan di
MAN 1 Batusangkar.
Irvan yang sejak menamatkan MAN sudah
menetap di salah satu mushalla di Sungayang. Bahkan dia jarang sekali pulang
kampung, walaupun jaraknya tidak begitu jauh.
Suatu malam Kak yeni hanya berdua di
rumah dengan seorang anaknya. Namun seperti biasa aktifitas yang dilakukannya
tidak jauh berbeda dengan kesehariannya. Terkadang ada temannya yang sering
berkunjung ke rumah dan mereka saring bercerita sama lain. Ada juga mereka
menontong bersama dan bahkan mereka juga mengajarkan anak-anak mereka
membimbing dalam belajarnya malam.
Tiba-tiba saja dikala Kak Yeni sedang
asyik-asyik duduk di rumah dan entah apa yang dipikirkannya. Dia merasakan
goncangan yang begitu hebat sehingga tubuhnya terdorong ke kiri dan ke kanan.
Dikala suasana yang menegangkan itu terjadi. Maka tiba-tiba datanglah sosok
yang sudah tidak ganjil lagi oleh kak Yeni. Ayah datang dari luar sambil
berjalan dan menatap Kak Yeni dengan wajah aneh serta wajah kurang enak tanpa
keluar sedikitpun kata-kata dari mulut ayah.
Melihat ayah yang sudah berdiri didepannya
dan ditambah juga dengan wajah yang kurang mengenakkan. Maka Kak Yeni dengan
tidak sengaja menangis sejadi-jadinya sambil meminta maaf kepada ayah. Apakah
karena terlalu rindu atau karena kesalahan yang pernah dilakukan Kak Yeni
kepada ayah tidak tahu juga.
“Ampun Yah,,,ampun Yah,,,ampun Yah,”
terus menangis dan memengang tangan ayah.
Kejadian itu membuatnya terbagun dari
tidurnya.
“Ternyata hanyalah sebuah mimpi, akan
tetapi kenapa ayah datang dengan kehadiran yang tidak menggenakkan ? Apakah
yang telah terjadi dengan ayah ? Atau apakah ini pertanda ada bencana yang
menimpa kuburannya ?” pikirnya dalam hati.
Mata yang masih berat dan dinginnya
malam Kak Yeni kembali tertidur disamping seorang anaknya.
Keesokan harinya terdengar suara motor
yang datang dan memarkirkannya di depan rumah. Ternyata yang datang itu adiknya
Irvan entah dari mana.
“Assalamu ‘alaikum,” sambil berjalan
masuk ke dalam.
“Wassalamu ‘alaikum,” sapanya dari
dalam rumah.
Irvan menaruh tasnya diatas sebuah
bangku di pojok ruangan sambil duduk di kursi tersebut. Kak Yeni juga duduk di
dekat adiknya.
“Dari mana Van ?” sapanya kepada
adiknya.
“Dari mushalla Kak, Wahyu sudah pulang
Kak ?”
“Belum, mungkin sebentar lagi pulang.
O..ya Van semalam Kak bermimpi dengan kedatangan sosok ayah.”
“Bagaiamana mimpinya Kak,” mencoba
mencari tahu.
“Begini ruangan ini seperti
bergoyang-goyang, dan ayah berdiri di depan pintu kamar Kak. Dia hanya diam dan
menatap Kak dengan pandangan sedikit marah. Kakak juga tidak tahu apa maksud
dari semua itu. Van, apakah juga pernah bermimpi dengan ayah ?”
“Tidak pernah Kak, mungkin ada kejadian
yang menimpa ayah hingga dia datang dengan wajah yang tidak sewajarnya,”
mencoba memberi jawaban.
“Mungkin juga Van, atau mungkin
kuburan ayah di Jorong V kenapa-napa lagi Van ?”
“Iya juga ya Kak, atau mungkin kuburan
ayah rusak atau sebagainya.”
“Mungkin juga, setiap shalat apakah
selalu berdoa untuk beliau Van ?”
“Insya Allah ada Kak, kalau Kakak
gimana ?”
“Jarang juga sih.”
“O...itu mungkin semua itu adalah
teguran untuk Kakak yang lupa mendoakan beliau dan jarang selalu mengaji quran
untuk beliau,” mencoba memberi penjelasan.
“O..iya mungkin karena itu juga kali
Van.”
Perbimcangan yang singkat itu membuat
Kak Yeni tidak pernah lagi melupakan dia selalu berdoa untuk sang ayah tercinta
dan mengaji setiap malam serta jika ada waktu luang. Walaupun mereka jarang
bertemu akan tetapi persaudaraan kedua adik dan kakak itu tidaklah berjauhan
juga. Namun sebaliknya rasa kasih sayang dan saling membantu terjalin diantara
mereka. Jarak yang jauh dan waktu tidak membuat mereka untuk selalu menjali
serta rasa kekeluargaan yang begitu tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar