Foto: Sahabatku yang terbaik. |
Terkadang sebuah jalinan persahabatan
yang begitu kuat dibangun, tidak akan pernag runtuh dan hancur begitu saja. Dua
orang manusia yang sudah saling memahami, saling mengerti dan saling percaya
satu sama lain. Apapun rintangan dan tantangan persahabatan yang datang
menghadang ikatan tersebut, tidak akan pernah merubah pemikiran dan jalan hidup
seseorang. Begitu kuatnya rasa persahabatan yang tertanam dalam hati, dalam
jiwa, serta pemikiran masing-masing individu. Bukan hanya itu, bahkan kedua
sahabat yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu saat Allah menakdirkan mereka
bertemu. Rasa yang sudah bertahun-tahun itu memisahkan mereka tidak terasa ada,
bahkan seperti orang yang sering berjumpa setiap hari. Pertemuan itu tidak
menghadirkan berjauhan, malahan perbincangan yang singkat terasa panjang lebar
dari pertemuan itu.
Walaupun mereka dipisahkan oleh jarak
yang ribuan kilo, namun semua itu tidak menjadikan permasalahan dalam
persahabatan mereka. Bahkan hanya ikatan batin dan hati yang masing-masing yang
selalu memberi pertanda mengingatkan persahabatan itu.
Tanpa terasa peresahabatn yang kami
bangun ini sudah hampir berjalan empat tahun. Walapun terkadang ada
permasalahan-permasalahan yang kecil sering terjadi. Namun hal itu dapat kami
atasi setiap kali permasalahan itu datang.
Aku masih ingat dikala aku pernah
berkunjung terakhir kali menemuinya dalam rangka memberikan kado ulang
tahunnya. Malam sebelum itu aku sudah mempersiapkan kado itu hingga selesai dan
kubalut dengan kertas berwarna pink dikala itu. Sebuah kado yang biasa-biasa
saja, namun ada berbagai kisah dan kenangan persahabatan kami yang begitu indah
dan tidak perkalahkan oleh persahabatan manapun. Kado yang kubungkus dengan
tanganku sendiri dan kenangan persahatan indah kita disana, kusajikan dengan
deretan demi deretan kisah. Tak pernah terpikirkan olehku kejadian waktu itu
akan berakhir dengan kesedihan.
Siang itu aku berjalan dengan motorku
yang selalu setia menemaniku untuk mengantarkan kado itu kepadanya Vinda. Demi
perjumpaan dengan seorang sahabat yang begitu lama tidah bertemu tentu saja
menghadirkan rasa kerinduan yang mendalam. Namun sebelum aku ke Kota Wisata itu
aku sudah memberitahukan kepada Vinda bahwa aku akan ke Bukittinggi dalam pesan
singkat.
“Ass...Van, akan ke Bukittinggi
menemui Vinda. Van sudah dijalan.”
Menelususri jalanan Kota Padangpanjang
yang begitu menyengat kulitku dalam kedinginan dan berganti hawa panas
menjelang memasuki Kota Tri Arga tersebut. Ada pesan singkat Vinda juga singkat
masuk ke handphoneku.
“Ok, nanti kasih kabar ja
kalau sudah di depan kos.”
Aku terus saja menikmati perjalananku
menuju Kota Wisata tersebut, rasa panas-dingin yang menerusuk ke dalam
tulang-tulangku tidak lagi aku pedulikan. Karena keindahan di setiap perjalanan
yang aku lalui sudah memberikan kenyamanan dan kesejukan dalam hatiku. Walaupun
aku pergi seorang diri namun aku tidak merasakan aku pergi sendiri, karena
motorku sudah dan sahabatku yang ada dalam diriku terasa hadir menemani
perjalananku dikala itu. Namun sebelum aku menemui Vinda setelah shalat jum’at
nanti aku pergi Kantor Wali terlebih dahulu untuk mengurus magangku di Kota
itu. Sekitar sepuluh aku sudah berada di Dinas Koperindag Kota Bukitting,
sebagai tempat aku magang nanti. Hari ini aku ke sana dalam rangka memastikan
itu dan memberikan surat rekomendari dari kampus. Namun karena sedikit kendala,
jadi aku kembali ke Dinas Kesbangpol di Balai Kota lama dan ternyata orang
disana memintaku untuk mengurusnya di Kantor Balai Kota baru dekat perpus BH.
Tidak beberapa aku kembali menapaki
roda-roda motorku menelusuri jalanan Kota Wisata itu. Hanya beberapa menit aku
sampai disana dan ternyata aku sudah didahului oleh beberapa orang temannya
yang juga sudah dari sana. Akhirnya mereka terkejut dengan kehadiranku yang datang
mendadak dan sendiri. Mereka adalalah Yona, Suci, Bang Andre dan Aris, setelah
menjelaskan maksud kedantangku juga sama dengan mereka tidak banyak bertanya
lagi. Padahal tujuanku hari ini untuk datang ke sini bukan hanya untuk itu
karena hari ini tanggal 10 Oktober 2014. Maka hari ini adalah hari yang sangat
aku tunggu-tunggu sebagai hari spesial dari salah seorang sahabat terbaikku.
Teman-temanku yang mengajakku untuk
mencoba menelusuri dan memasuki Perpustakaan Bung Hatta itu. Disana kami
berjalan menelusuri berbagai jenis buku, akhirnya aku tertarik dengan tiga buah
buku waktu itu diantaranya buku kasus pembunuhan Munir karangan Wedratama, buku
membaca pikiran orang lain dengan bahasa tubuh karangan Dianata Eka Putri, dan
terkahir novel Asma Nadia Ungkapan Hati Seorang Isteri. Namun karena aku hanya
boleh meminjam dua buku, aku tidak jadi membawa pulang novelnya Asma Nadia itu.
Namun kendala lain pada saat aku ingin meminjam buku yaitu kertas merah untuk
peminjaman tidak aku bawa, terpaksa aku sedikit berbohong agar bisa meminjam
buku dengan alasan kartu merah itu hilang. Akhirnya dengan dua buah kartu merah
baru aku bisa meminjam buku disana. Menjelang pulang kami berpisah dengan
rombongan temanku tadi dan melaksanakan shalat Jum’at di salah satu mesjid di
Belakang Balok.
Ternyata sebelum aku memasuki rumah
Allah itu, aku melihat seseorang yang tidak asing lagi olehku dan rasanya
wajahnya sudah familiar bagiku. Tapi dimana dan siapa namanya, beberapa saat
berpandangan dengan dan begitu juga dia menatapku seolah-olah juga kenal
denganku. Akhirnya aku tidak terlalu memikirkan dia lagi, namun di saat aku
akan pergi ke tempat Vinda aku ingat kalau itu ada salah satu temanku di Tuhuh
Jendela saat-saat ikut kemping bersama di Agam dulu. Akhirnya aku ingat namanya
yaitu Dimas dan kami berbincang-bincang sebentar dan tidak lama aku
meninggalkannya dan langsung menuju kos Vinda.
Hanya berjalan beberapa menit ke sana
aku sudah berada di depan kos Vinda.
“Van sudah di depan kos Vinda
sekarang.”
Hanya pesan singkat yang kuterbangkan
ke kamar dua di lantai dua yang dari tadi sudah terlihat. Namun aku tahu, dia
sudah melihatku juga dari atas sana. Hanya menunggu beberapa menit Vinda datang
dengan sangat indah dalam mataku, ditambah senyuman tipis yang selalu menghiasi
wajahnya. Apalagi baju berwarja putih itu terasa serasi dengan penampilannya
hari ini.
“Mau kemana kita Van ?” sambil
berjalan mendekatiku.
“Terserah Vinda saja, Van juga tidak
tahu.”
“Temanin Vinda cari buku ke ke Perpus
Bung Hatta ya Van ?” pintak Vinda.
“Ok, itu teman-teman Vinda juga ikut
?” sambil memandang teman-temannya yang sudah disana.
“Iya Van, Vinda tidak ingin kita
berjalan berdua saja. Seperti yang pernah Vinda katakan dulu kepada Van, ikuti
mereka ya Van,” sambil naik motorku.
Hanya anggukan kecil yang dapat
kuberikan kepada Vinda, karena perkataan Vinda tadi mengingatkankan dikala kami
sedang asyik bercerita waktu itu di kosnya.
“Tidak ada acara ke luar Vinda ?”
tanya tiba-tiba kepadanya.
“Tidak ada Van, lagi pula Vinda tidak
terlalu suka jalan-jalan ke luar. Palingan ke kampus, beli sambil di depan
itulah perjalanan Vinda disini untuk keluar memang jarang.”
“O...dulu Vinda pernah ingin
mengenalkan seseorang kepada Van. Tidak di SMS saja dia kesini Vinda ?”
“Dia tidak mau Van, lagipula dia orangnya
sedikit pendiam dan tidak terlalu sudah banyak bicara.”
Aku tahu kalau orang itu adalah
pacarnya Vinda, namun aku juga tahu kalau pacarnya itu merasa aku mendekati
Vinda hanya ingin mendapatkan dia kembali. Padahal aku dan Vinda sudah lama
tidak menjalin ikatan kasih itu, namun hanya ikatan yang lebih daripada itu
yang sedang kami bangun, yaitu ikatan persahabatan.
“Jika hari libur tidak pergi
jalan-jalan sama dia Vinda ? Kalau bisa kita ajak saja dia barengan jalan-jalan
sama kita, agar Van juga tahu siapa dia.”
“Jarang Van, lagipula kami tidak punya
motor seperti Van untuk jalan-jalan berdua. Dia hanya punya sepeda dan walaupun
kami berpapasan di kampus, namun hanya tegur sapa saja dan jarang sekali
berdua. Bahkan Vinda jarang sekali jalan berdua dengan dia, hanya Vinda jalan
berdua dengan Van. Apa kata orang kalau Vinda seperti itu Van ? Vinda tidak
pernah jalan berdua dengan dia, sedangkan tiba-tiba Vinda jalan berdua dengan
Van.”
Aku hanya mengangguk dan berpikir
kalau aku sebagai seorang sahabat merasa tidak pernah dianggap kehadirannya dan
malahan akan menganggu hubungan mereka berdua. Aku tidak mengangka kalau Vinda
sejak beberapa tahun terakhir ini sudah berubah dan tidak seperti Vinda yang
aku kenal dulu lagi. Aku tahu kedatanganku ke sini akan membuat pacarnya itu
salah sangka, makanya Vinda hanya mengajakku untuk bercerita hanya di depan
kosnya.
***
Aku terus berjalan dengan Vinda
mengikuti dua temannya yang sudah duluan di depan. Kami melewati jalanan sempit
di lereng-lereng ngalau untuk menghindari polisi, karena dua orang temannya itu
tidak mengunakan helm sama sekali. Namun karena dia sudah lama di Bukittinggi
jadi dia tahu dimana termpat yang tidak ada polisi disana. Perjalanan kami
dengan dua motor itu berjalan lancar sampai ke depan Kantor Walikota
Bukittinggi. Aku parkirkan motorku disana dan berjalan dengan Vinda menuju
pintu masuk perpustakaan Bung Hatta. Di depan pintu masuk sudah ada momontum
Pak Hatta dengan bagian badan dan kepala sebagai simbol perpustakaannya itu
dengan warna keemasan di dikelilingi sedikit kolam kecil disana.
Aku hanya mengikuti Vinda mencari
bahan skripsinya tentang kepenulisan dan melalui pintu registrasi anggota ke
dalam komputer terlebih dahulu. Rak-rak yang penuh dengan buku itu kami
kunjungi satu demi satu. Tanpa terasa sudah beberapa jam kami mencari buku-buku
disana, akhirnya Vinda dapat buku yang dicarinya dan ternyata dua orang
temannya sudah pulang terlebih dahulu. Sebelum mengantarkan Vinda kami istirat
dulu sebentar di dekat parkiran itu. Disana kami duduk bersebelahan disana aku
melihat wajah Vinda sedikit muram.
“Maaf Vinda kalau kedatangan Van ini
mungkin mengejutkan. Namun Van sadar kalau kadatangan Van ini mungkin akan
mengganggu Vinda,” aku membuka pembicaraan.
“Tidak Van, malahan Vinda berterima
kasih kepada Van dan kalian (dua orang temannya tadi) semua, karena hanya
kalian yang menemani dan mencoba menghibur Vinda pada hari-hari spesial ini.
Karena Vinda juga tidak tahu kenapa dia tidak melakukan hal yang sama kepada
Vinda. Hanya ucapan selamat yang dia berikan kepada Vinda tadi malam,” sambil
melihat ke bawah.
“Jangan sedih Vinda, walau apapun yang
terjadi Van akan coba memberikan apa yang bisa Van berikan kepada Vinda, Happy
Birtdays Vinda, semoga panjang umur dan sukses selalu,” sambil mengeluarkan
kado dari dalam tasku.
“Terima kasih Van, boleh Vinda buka ?”
“Silahkan, itu kan sudah milik Vinda.”
Aku melihat kedua tangan kecil Vinda
membuka hati-hati kado dengan balutan kertas Pink tersebut. Ternyata dua buah
buku didalam, buku yang sempat aku janjikan untuk membuatnya dulu dan satu buku
kenangan kami dulu yang sudah aku bukukan. Vinda sangat terkejut dengan hal itu
dan karena sebelum dia mencoba membantu untuk membukukan buku itu sudah aku
bukukan sebelum hari ulang tahunnya.
“Maaf Vinda hanya itu yang dapat Van
berikan, semoga sedikit buku-buku itu akan menyimpan kenangan kita dulu, tapi
sebelum itu apakah hubungan Vinda dengan cowok itu masih tetap berjalan sampai
hari ini ?”
“Tidak apa-apa Van, ini sudah lebih
daripada cukup, mengapa Van bertanya itu ? Pada hari itu Van tidak mau menerima
Vinda kembali, padahal Vinda waktu itu sedang dirundung masalah dan berharap
Van dapat memerikan ketengangan kepada Vinda dikala itu,” dengan wajah sedih.
“Maafkan Van Vinda, karena waktu itu
Van menganggka kalau Via sedang bercanda dan karena waktu itu Van belum siap
dengan situasi malam itu. Padahal Van masih berharap kalau kejadian yang dulu
akan terulang kembali dalam kisah cinta yang lebih indah. Namun ini tidak
mungkin karena Vinda sudah ada yang memilikinya dan mungkin ini ada pertemuan
terakhir kita dan semoga buku yang Van buat ini benar-benar akan mengubur semua
kenangan indah kita dulu,” sambil menatap ke bawah.
“Kalau Van berkata itu apa gunanya Van
berikan ini kepada Vinda, lebih baik tidak Van berikan kalau itu alasan Van
karena kecewa dengan semua itu. Sebenarnya malam itu Vinda sangat berharap akan
mendapatkan cinta Van lagi karena Van menolak waktu itu, makanya Vinda mencoba
mencari orang yang dapat memberikan ketenangan dari setiap pemasalahan Vinda
waktu itu. Akhirnya Vinda menemukan dia dan walaupun kami jarang bertemu, namun
dia dapat memberikan ketengan dalam diri Vinda.”
Aku hanya memperhatikan setiap
kata-kata yang diucapkan Vinda satu demi satu dan memperhatikan wajah sedih
Vinda dikala itu terasa sangat menyesal aku tidak dapat menerima Vinda pada
malam itu. Sebenarnya hari ini adalah hari dimana aku akan menyngkapkan isi
hatiku dan ingin mendapatkan cinta suci dari Vinda bukan cinta monyet seperti
dulu lagi. Dan juga dalam buku novel “The moment of October, kisah
persahabatan” itu aku menuliskan tentang persahabatan kami dan
keindahan-keindahn persahabatan yang begitu indah tentang kami berdua dan juga
sahabatku yang lain. Ada juga sebuah buku “Ungkapan hati, kumpulan puisi” itu
karangan kami berdua yang sempat menjalin ikatan cinta walaupun hanya sebentar
namun buku itu mampu mengajarkan dan memberikan sesuatu yang beda dan banyak
hal tentang cinta.
“Dalam buku ini dituliskan kisah
persahabatan kita, lalu kenapa Van mencoba mengahapusnya dan berniat untuk
tidak melanjutkannya kembali ?”
“Tapi...” aku hanya terdiam dan
sebenarnya ingin mengatkan kalau aku ingin cinta yang suci hari ini dan bukan
cinta yang dulu lagi, dan juga aku ingin menjemput cinta suci itu ke sini. Akan
tetapi semua tidak sesuai rencana dan ternyata aku sudah didahulukan orang
lain.
“Bukan maksud Van untuk menghapuskan
kenangan indah kita dulu, tidak. Namun sebenarnya Van kecewa saja dengan hal
kejadian hari ini, dan maafkan jika Van sudah mengatakan hal yang menyakitkan
hati Vinda, mungkin ini adalah pertemuan kita yang akhir dan Van berniat
setelah menamatkan keliah Van akan pergi meningglkan kampung halaman dan keluar
dari Tanah Datar ini. Van ingin merasakan bagaimana indahnya daerah orang lain,
dan jika kita tidak bertemu lagi maafkan Van jika selama ini sering menyakitkan
hati Vinda,” sambil menatap wajah Vinda untuk terakhir kalinya.
“Jangan katakan itu Van, persahabatn
kita akan terus ada walaupun nantinya Van sudah jauh dan maafkan juga Vinda
yang pernah membuat luka hati Van beberapa tahun tahun lalu. Sebenarnya Vinda
hanya tidak ingin kejadian itu terulang kembali dan jika memang kita jadian
lagi Vinda rasa kejadian yang dulu akan terulang kembali dan akan menyakitkan
hati kita. Mungkin inilah jalan yang Vinda dan mungkin hukum karma itu telah
menimpa Vinda kerena telah melakukan hal yang bodoh dan menyakit perasaan Van
dikala itu. Beberapa tahun setelah kita putus, Vinda sempat mencari penganti
Van, namun semuanya berujung menyakitkan hati Vinda berulang kali dan karma itu
menimpa Vinda karena meninggalkan Van waktu itu. Sebenarnya Vinda juga berniat
untuk dapat bekerja nantinya di luar Tanah Datar juga dan semoga Van
mendapatkan apa yang Van inginkan nantinya. Sekali lagi maafkan Vinda yang dulu
pernah menyaki Van dan Vinda hanya tidak ingin kejadian itu terulang kembali,
biarlah sama-sama kita membuka lembaran-lembaran baru untuk hidup kita
masing-masing.”
“Terima kasih Vinda sudah mengatakan
hal yang sebanrnya hari ini dan semoga Vinda juga menemukan jalan yang lebih
baik serta juga sukses dalam menempuh dunia kerjanyanya,” sambil terus
memperhatikan wajah sedih terakhir Vinda.
Setelah limpahan beban-beban itu
mengalir baik dari mulut Vinda maupun aku, Vinda memintaku untuk tidak
mengantarkannya pulang. Namun, karena tadi aku yang menjemputnya maka tidak
mungkin aku biarkan dia pulang ke kos tanpa aku. Akhirnya aku hanya
mengantarkan Vinda ke pasar bawah karena ada sesuatu yang akan dibeli Vinda
dulu disana.
Akhitnya kami berpisah didepan Genjang
Gudang dan berpamitan dengan Vinda. Aku kembali mencari jejak-jejak ban motor
dalam menelusuri jalan kembali Kota Batusangkar. Dalam perjalanan itu aku
sempat merenung kisah cinta yang pernah ada diantara kami beberapa tahun yang
lalu.
Memang semua berawal dari ketidak
sangkaan dan terjadi begitu mudah dan cepat. Ketika kami sama-sama mengikuti
Olimpiade Porseni di Padang waktu masih menjalani masa sekolah di MAN 1 dan dia
di MAN 2 Batusangkar. Aku yang waktu itu mewakili sekolah dan juga Tanah Datar
dalam Olimpiade Ekonomui. Walaupun aku sempat gagal awalnya dalam bidang Bola
Takraw dalam penyisihan di MAN 2 Batusangkar, namun berkat seorang guru yang
mempercayaiku mampu bersaing di Bidang Ekonomi. Ternyata benar aku mampu
mengalahkan teman-teman yang lain se-sekolah tingkat Madrasah di Tanah Datar
waktu mengikuti seleksi di MAN 2 Batusangkar. Dengan bantuan salah seorang
temanku Yenti yang juga sama-sama mengikuti Olimpiade denganku dari sekolahku.
Dia di bidang Sosiologi waktu itu dan mendapatkan nomor Vinda dikala itu.
Setelah selesai Olimpiade itu dan tiga
bulan setelah itu aku mencoba menghubungi nomor Vinda ternyata masih aktif.
Dengan segala cara dan akhirnya kami dekat dan menjalain ikatan cinta monyet di
kala itu. Hanya berselang beberapa bulan menjalin ikatan itu, akhir Ujian
Nasional (UN) pun berakhir dan juga mengiringi keterpisahan hubungan kami
dikala hubungan itu menghadirkan pihak ketiga. Pihak yang juga menjadi mantanya
Vinda hadir dalam cinta lama yang bersemi kembali (CLBK). Aku yang waktu itu
ditemani Feby sore itu terbang dengan kecepatan cepat dan aku tidak sadar dalam
perjalan itu karena begitu cepatnya dan lupa akan keselamatan diriku dan
seorang temanku.
Akhir sore itu kami sampai di depan
rumah Vinda dan dia datang memhampiriku di bawa pohon rambutan yang begitu
rimbun.
“Apakah benar Vinda tidak mencintai
Van dan sudah jadian dengan dia ?” sambil menatapnya.
“Maafkan Vinda Van, Vinda sudah
memilih dia dan untuk hubungan kita mungkin sampai di sini saja,” sambil terus
menatap ke bawah.
“Baiklah, mungkin ini juga terakhir
kita bertemu dan terakhir juga Van dan Feby ke sini,” sambil pergi
meninggalkannya.
Hanya beberapa menit disana dan kami
langsung kembali dengan rasa puas karena hanya itu yang sebenarnya yang aku
ingin tahu dengan hubungan kami. Walaupun begitu singkat namun, beberapa
kenangan tentang kami tidak pernah hilang di dalam ingatanku. Walaupun aku
sudah berusaha berulang kali tetap saja bayangan itu selalu datang dan ribuan
kali aku berdoa kepada Allah agar aku mampu melupakannya malah semakin hari
semakin dalam dan tidak dapat aku hapuskan dalam diriku.
***
Aku tersentak dengan lamunan masa
laluku dan tidak aku duga aku sudah berada di di Kota Budaya kembali. Aku
istirawat dan merebahkan diriku di kamar kecilku. Hanya beberapa menit aku terlayang
dalam mimpi yang tidak jelas.
Suatu malam saat aku mengerjakan
beberapa tugas kuliahku, kumelihat ada pesan dari kotak pesanku. Ternyata itu
adalah pesan dari sahabatku Vinda. Dengan hati-hati aku buka pesan itu dan
merasa aneh saja. Karena Vinda sangat jarang SMS-ku dan kenapa malam ini dia
tiba-tiba saja mengirim pesan kepadaku. Adakah sesuatu yang terjadi dengan
Vinda atau kenapa ?
Tanpa bersitegang dengan batinku, aku
menbuka membuka pesan itu. Namun dugaanku benar selama ini ternyata kedatanganku
dan bertemu Vinda beberapa bulan yang lalu menjadikan hubungannya dengan
kekasih barunya itu menjadi bermasalah. Aku berniat dalam hatiku yang paling
dalam, untuk benar-benar melupakan sahabatku dan juga melupakan kejadian masa
laluku bersamanya. Pesan itu adalah,
“Van mulai saat ini jangan
hubungi lagi nomor ini dan jangan ganggu Vinda lagi. Karena Vinda tidak ingin
ada prasangka lain dengan kedekatan kita ini. Maafkan atas kesalahan Vinda
selama ini kepada Van.”
Okee, sudah dibaca dan sudah dimengerti. Ahahhaaahaaa oh kenangan
BalasHapusMohon maaf cerita indah ini tak bisa kulupakan
BalasHapusMohon maaf cerita indah ini tak bisa kulupakan
BalasHapus