Kehidupan yang serba modern pada saat
ini seringkali disalah digunakan sebagian orang. Sejak dahulu masyarakat
Minangkabau menjadi kebiasaan untuk menyemarakkan surau-surau, mesjid-mesjid.
Bahkan surau dan mesjid menjadi salah satu tempat aktivitas yang terutama untuk
menyebarkan agama Islam dan menambah ilmu pengetahuan lainnya. Bahkan tidak
sedikit kita lihat para pahlawan yang sangat tersohor pada masa penjajahan
berasal dari orang-orang yang memang biasa menuntut ilmu di surau dan mesjid.
Hari ini sangat miris kita dengar
kabar-kabar yang sangat menyayat hati. Banyak surau-surau yang sudah tinggal
karena dikabarkan semakin hari jamaah dan bahkan murid-muridnya mulai berkurang.
Hingga tidak satupun yang hadir kembali ke rumah Allah Swt yang agung itu,
terkadang jamaah sekarang ini lebih banyak dan menyemarakan rumah Allah pada
waktu bulan Ramadhan saja. Akan tetapi setelah habis bulan Ramadhan jamaah yang
datang ke rumah Allah kurang berkurang dan bisa dihitung jari.
Jika aktivitas yang kita lakukan
sehari-hari membuat kita tidak sempat datang ke rumah Allah lagi, maka itu akan
sangat merugilah kita. Karena apapun aktivitas kita, siapapun kita, yang lebih
penting adalah keimanan yang ada dalam dada kita. Jangan sampai kita disibukkan
dengan kehidupan yang yang fana ini, Allah mengajarkan kepada kita untuk
menyeimbangi kehidupan dunia dan akhirat. Bukan mendalukan kehidupan dunia saja
dan bukan juga mendahulukan kehidupan akhirat semata.
Keutamaan dalam shalat itu ada tiga
dan pahalanya pun dilipatgandakan oleh Allah Swt jika kita lakukan. Keutamaan yang
pertama; shalat diawal waktu, kedua, shalat berjamaah dan ketiga shalat di
mesjid atau surau. Jika ketiga hal itu telah kita lakukan dan kita jalankan insya
Allah akan memberikan pahala yang lebih kepada hambanya. Namun kemajuan
zaman menjadi kemunduran umat untuk meningkatkan ibadahnya bahkan menjadi
kejatuhan akhlak para generasi Islam ke depannya.
Shalat yang lima waktu menjadi sangat
sulit untuk dilakukan dan paling tidak untuk shalat Magrib, Isya, dan Subuh
saja tidak seberapa yang menjalankannya. Bahkan jamaah yang hadir ke mesjid dan
surau itu hanya orang itu ke itu saja. Jika dibandingkan jamaah yang hadir
lebih banyak tiang-tiang penyangga bangunan yang lebih banyak daripada jamaah
yang hadir. Bahkan terkadang tidak jarang yang menjadi makmumnya hanyalah
tiang-tiang penyangga yang selalu setia menjadi makmum yang tidak pernah absen
untuk melakukan shalat berjamaah setiap saat.
Bagaimana tidak jika orang tua saja
tidak pernah mengajarkan shalat berjamaah kepada anaknya dan bahkan tidak
pernah shalat. Tentunya berdampak kepada anaknya yang mengikuti apa yang
diajarkan ibunya untuk mendirikan shalat lima waktu, apalagi shalat berjamaah
setiap waktu. Surau-surau yang megah didirikan tentu saja untuk melakukan
aktivitas keagamaan dan tentunya melaksanakan shalat berjamaah setiap hari.
Namun surau-surau dan mesjid-mesjid yang indah itu karena sudah lama tidak
dipakai dan menjadi sepi bahkan tidak terawat dari semak belikar yang menutupi
sebagian surau.
Tidak heran dan sudah menjadi
kebiasaan para generasi umat pada saat ini, seperti pacaran, berkelahi, ugal-ugalan.
Lebih sering kita lihat mereka berada di tempat-tempat wisata dan tempat sepi
untuk mengisi waktu dengan pasangannnya daripada memakmurkan mesjid dan surau. Bahkan
peran orang tua di rumah tidak pernah mengontrol anaknya untuk mendirikan
shalat, apalagi shalat berjamaah di sana.
Bahkan tidak aneh kita dengar
berita-berita yang menyemparkan generasi mudah sekarang ini. Hamil diluar
nikah, pelecehan seksual, perkelahian, dan lain-lain sebagainya. Semua itu
tidak ada uluran tangan orang tua untuk mendidik anaknya menjadi pribadi Islam
dan lebih memberikan kebebasan yang tidak bertanggungjawab kepada anaknya.
Jika seperti ini terus maka sepuluh
tahun, dua puluh tahun ke depan generasi Islam itu akan semakin tidak memiliki
akhlak Islam. Walaupun jumlahnya semakin banyak setiap tahun, namun dari segi
kualitas serta akhlak Islam sangatlah jauh dari yang diharapkan. Taman sorga
yang menjadi rumah Allah Swt menjadi ditinggalkan dan menjadi sepi dari
generasi-generasi penerus Islam. Bahkan pada saat sekarang ini kita hanya
melihat para bidadari-bidadari senja yang menghiasi surau dan mesjid setiap
hari. Walaupun mereka salah satu dari anggota camat (calon mati) namun mereka
sadar untuk melakukan shalat berjamaah dan memperbanyak amal. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa yang meninggal dahulu bukan hanya golongan tua saja, namun
anak-anak, remaja dan dewasa juga akan meninggal. Bahkan beribadah kepada Allah
itu bukan hanya dipenghujng umur kita saja, namun di mulai dari dini yaitu dari
anak-anak dan sampai ajal menjemput kita.
Marilah kita makmurkan dan kita hiruk
pikukkan surau dan mesjid dengan suara azan yang menggema, dengan lantunan
suara-suara para semangat penuntut ilmu keislaman yang lebih mendalam. Jika
kita andalkan ilmu agama di sekolah-sekolah saja tidak akan merubah akhlak dan
tingkah laku kita, serta hanya sedikit dalam seminggu untuk masalah agama
Islam. Di surau dan mesjidlah tempat untuk menambah ilmu agama kita dan
menjadikan kita pribadi yang baik berguna bagi agama, bangsa, dan negara.
0 komentar:
Posting Komentar