Foto : Desmalina Agustini. |
Malam
itu seperti malam-malam sebelumnya, Nadia, Mahasiswi semester 7 salah satu
perguruan tinggi negeri terbaik di Negara ini sedang asyik belajar mata kuliah
Perencanaan Bisnis. Tuuuuttt, tiba-tiba hapenya berbunyi. Nadia membuka layar
hape androidnya, ternyata sebuah chat bbm dari teman lamanya. “Oh sudah lama
juga dia tak ngechat gue lagi, kemana aja nih bocah selama ini, mau ribut kali
yah sama gue, udah lama nih ga ribut sama bocah fanatic ini”, gumam Nadia dalam
hatinya. “ya udahlah gue chat bentar kali yah sama dia, baru jam 7 ini juga,
besok juga jam 2 siang ini ujiannya”, timpalnya dalam hati. Kemudian Nadia
mengambil ponsel androidnya dan mulai membaca dan membalas chat dari Riendra.
“Hay
Nad, kamu apa kabar”,
“Alhamdulillah
baik, kamu sendiri apa kabar?”,
“Alhamdulillah
baik juga. Kamu lagi apa nih sekarang?”
“Oh ini,
lagi baca-baca diktat kuliah aja. Tumben nih ngechat lagi, kirain udah kemana
gitu, hahahaha”
“Aku ga
ganggu kan? Hahahah, iya nih. Kangen aja ngobrol sama kamu. Sudah lama juga yah
kita ga ketemu”,
“Oh ga
kok. Iya yah, kita ketemu terakhir pas kelas 3 SMP, sekarang aku udah semester
7. Lama juga yah. Hhmmm, kamu sekarang dimana?”
“Wah
lama juga yah Nad. Aku sekarang tinggal di kota X. kapan-kapan kamu main sih ke
sini.”
“Hoho,
jauh juga sih. Kamulah yang main kesini. Aku masih di kota Y kok.”
“Okelah
nanti aku main kesana. Tapi jangan dicuekin yah”,
“Hahaha,
tenang aja. Aku akan jadi tour guide kamu disini”,
“Oh iya,
teman-teman SMP kita dulu udah banyak yang nikah loh. Kamu kapan?”
“Hahahah,
mau nikah sama siapa kang? Pacar aja kagak punya. Nanti kalau udah waktunya,
aku pasti undang kamu kok”,
“Masa
kamu ga ada pacarnya. Hhmmm ya udah nanti kita undangannya bareng aja yah. Nama
kamu sama nama aku aja diundangannya”,
“Hoho
boleeehhh, trus yang diundang siapa?”
“Aku
serius ini Nad. Nanti yang kita undang teman-teman kita yang lainlah”,
“Iya
Riendraaaa. Hahahaha”,
“Nad,
dengar aku yah. Aku ga main-main loh sama ajakan aku tadi. Aku serius Nadia.
Tanggapanmu aku anggap serius yah”,
“Riend,
gimana aku bisa mempercayai semua ini. Kita aja tadi sedang bercanda loh.
Tiba-tiba kamu bilang serius. Aku gam au nanti aku yang jadi korban atau
tersakiti”,
“Kamu
pegang kata-kata aku yah Nad. Aku akan buktikan sama kamu kalau aku serius sama
kamu”
“Baiklah
Riendra. Aku pegang kata-kata kamu. Tapi maaf, kasih aku waktu untuk bisa
percaya sama kamu seutuhnya”,
“Seiring
waktu kamu akan lihat kok Nad keseriusan aku. Aku paham kok kalau kamu belum
bisa percaya sepenuhnya sama aku sekarang”,
“Iya
Riend, makasih yah pengertiannya”,
“Iya
Nad, ya udah kamu belajar lagi yah. Aku mau tutup tokoku dulu. Jangan lupa makan
yah.”
“Oke
Riend.”
Begitulah
percakapan Nadia dan Riendra malam itu. Nadia terus terngiang-ngiang akan
ajakan Riendra tersebut. Bagaimana tidak, dari awal kenal mereka hanya sebatas
teman. Sewaktu SMP pun Nadia dan Riendra hanya sebagai teman. Tak ada sedikitpun
perasaan diantara mereka. Riendra? Yah bagi Nadia semua teman angkatannya
adalah teman baiknya. Apalagi di SMP Nadia adalah bintang sekolahnya. Siapa sih
yang tidak dia kenal. Meskipun bintang sekolah, Nadia bukanlah tipe yang
sombong. Jadi siapapun yang dia kenal adalah teman baiknya, apalagi Riendra.
Meskipun tidak terlalu dekat, bahkan tak ada satu cerita pun antara dia dan
Riendra di SMP, namun baginya Riendra adalah temannya dan dia cukup mengenal
Riendra sebagai temannya.
Nadia
kembali membuka diktat kuliahnya. Lembar demi lembar dia buka dan baca. Akan
tetapi tak satupun materi itu berhasil dia cerna. Pikirannya masih terganggu
dengan chatingan dari Riendra tadi. Dua jam berlalu, sampailah Nadia di lembar
terakhir diktatnya. Namun, apa yang telah dia baca tak lagi dia ingat ibarat
air yang dituangkan dalam ember bocor. Semuanya menjadi sia-sia. “ini semua
gara-gara Riendra, kenapa aku harus memikirkannya? Bisa saja dia hanya
bercanda. Tapi Kenapa aku tak bisa melupakannya. Apa mau anak itu. Aduuuhhh,
materi inipun tak bisa lagi kuhafal. Pikiranku terlalu kacau sama anak itu.
Gimana hasil UTS ku besok kalau aku masih seperti ini. Kenapa harus hari ini
dia berkata seperti itu. Kenapa dia ga menunggu waktu yang tepat dulu.
Aaahhhhhh bisa gila aku kalau seperti ini terus”, gumam Nadia di dalam hatinya.
Tuuuttt, tiba-tiba hape Nadia berbunyi kembali. Nadia kemuadian membuka layar
hapenya. Oh orang itu nge-bbm dia kembali
“Masih
belajar Nadia?”
“Iya
Riend, kenapa?”
“Tapi
udah makan kan sebelumnya?”
“Udah
kok, kamu gimana?”
“Udah
juga kok. Udah malam Nad, istirahat lagi gih. Besok lagi aja disambung
belajarnya”
“Bentar
lagi Riend, nanggung dikit lagi. Lagian aku belum ngantuk”
“Oh oke
deh, aku istirahat duluan yah. Maaf ga bisa nemenin belajarnya”
“Hhmmm
tidur aja Riend”
“Selamat
malam cinta. Jangan tidur terlalu malam yah”
“Selamat
malam Riend”
Berakhirlah
chat singkat malam itu dengan banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran
Nadia. Ujiannya tak lagi dia ingat. Hanya Riendralah yang bermain-main dalam
pikirannya sekarang. “ah sudahlah, aku tidur aja. Besok pagi mungkin semuanya
akan baik-baik saja”, pikir Nadia. Kemudian Nadia ke kamar mandi, gosok gigi,
cuci muka dan berwudhu sebelum tidur. setelah itu Nadia kembali ke kamarnya dan
mulai merebahkan badannya di Kasur. Namun semakin dia berusaha untuk memejamkan
matanya, semakin kuat juga bayangan Riendra menari-nari dalam pikirannya. Chat
singkat itu terus teringat dalam pikirannya. Kemudian Nadia mencoba memejamkan
matanya, akan tetapi dia tetap tak berhasil tertidur untuk mengarungi mimpi
indah itu. “Riendra? Kenapa seperti ini? Bahkan kita tak pernah ketemu lagi
setelah 6 tahun lebih. Bagaimana kamu bisa menawarkan keseriusan itu padaku?
Bagaimana mungkin nanti kamu bisa mencintaiku? Oh hanya untuk main-mainkah? Aku
tak ingin lagi main-main Riend.”, pertanyaan-pertanyaan itu terus mengalir
dalam pikiran Nadia.
Entah
telah berapa jam Nadia berusaha untuk melupakan tentang Riendra, akhirnya Nadia
bisa tertidur dengan pulasnya. Selang beberapa jam, adzan shubuh kemudian
berkumandang diiringi dengan nada BBM dari hape Nadia yang kembali berbunyi.
“Ayo
bangun Nad, sholat shubuh dulu. Kemudian belajar lagi”,
“Iya Riend, ini udah bangun kok. Mau siap-siap
wudhu,”
“Oke
Nadia”
Kemudian
Nadia bangkit dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih
dan kemudian berwudhu untuk melaksanakan sholat shubuh. Shubuh ini dia ingin
melupakan semuanya. Dia ingin fokus dengan ujiannya nanti siang. Karena dari
kemarin dia sama sekali belum memahami materi ujian hari ini. Untung hari itu
dia ujian jam 2. Jadi dia masih punya waktu panjang untuk belajar. Setelah
sholat shubuh Nadia kemudian mematikan hapenya biar dia tak terganggu lagi
dengan notifikasi hapenya.
Jam
telah menunjukkan pukul empat sore. Akhirnya ujian hari ini telah selesai. Hari
ini adalah hari kedua Nadia ujian. Tinggal satu mata kuliah lagi, dan itu masih
seminggu lagi. Yah, untuk semester ini Nadia hanya mengambil 3 mata kuliah
dengan jumlah Sembilan sks, karena semester ini semua mata kuliah dan sks Nadia
hampir beres. Tinggal skripsi untuk semester delapan. Nadia tak mau buru-buru
untuk mengambil skripsi di semester ini, karena dia ingin penelitian di kampong
halamannya di kota Z.
Kemudian
Nadia pulang bersama temannya sore itu. Mereka memutuskan untuk makan dulu di
sebuah food court di sekitar kampus mereka. Sore itu sengaja Nadia mengajak
Cindy untuk makan bareng dulu karena Nadia ingin curhat sama Cindy tentang
Riendra hari itu. Setelah memesan makanan, mereka duduk di salah satu meja di
tempat makan tersebut. Sore itu food court yang mereka kunjungi tidak terlalu
ramai. Hanya ada beberapa meja yang terisi dan masih menyisakan banyak kursi
yang masih kosong. Mereka memilih meja dipaling pojok kiri, karena mereka ingin
ketenangan biar curhatnya tidak mengganggu pengunjung lain di food court
tersebut.
Nadia
menceritakan semuanya pada Cindy tentang semua kejadian tersebut. Tak ada
satupun kata yang ingin dia lewati untuk bercerita sama Cindy. Cindy terus
mendengarkan ocehan Nadia yang tak berhenti-berhenti dengan sekali-sekali
senyum menanggapi cerita Nadia.
“Cind,
menurut lu dia serius ga yah sama gue? Secara kita udah lama ga ketemu, terus
kita selama ini tidak pernah dekat juga. Di SMP pun dia tidak pernah
ngejar-ngejar gue, menurut u wajar ga yah tiba-tiba dia ngomong gitu sama gue?”
“Gue ga
ngerti Nad, dari tadi lu ngomongnya ga ada berhenti, hahahaha”
“Ih
Cindyyyyyy, gue serius ini. Gue bingung. Pengen gue lupain aja, tapi ga bisa
Cind”,
“Ya udah
jangan dilupain atuh”
“Ih lu
jahat banget yah Cind, bantuin gue kek”
“Bantuin
apa nona Nadia sayaaaang”
“Yah lu
kasih gue saran kek”
“Hhmmm
iya deh, lu jalani dulu aja Nad. Yah mungkin aja dia serius sekarang. Mungkin
lu ga tau betapa lamanya dia menunggu lu selama ini. Coba ikuti aja jalurnya.
Lu tau kan tresno jalaran suko kulino. Yah mungkin dia bercanda, kalau emang
ditakdirkan bersama, nanti juga dia bakal mencintai lu kalau lu baik
menanggapinya. Tapi yang terpenting adalah lu jaga harga diri lu baik-baik.
Jaga perasaan lu, biar nanti ga sakit. Serahkan aja semuanya sama Allah, kali
aja nanti habis wisuda langsung dilamar. Yang penting jangan main-main lagi
nyakitin orang. Selama lu baik, orang juga bakal menanggapinya dengan baik kok.
Kalau memang dia tidak baik, nanti biar karma aja yang mengatur semuanya”
“Oh
Cindykuuuu, kalau lu udah ngomong semuanya jadi adem yah”
“Apa sih
Nad, biasa aja keleus :p. oh iya dia belum ngehubungin lu lagi Nad?”
“Belum
nih, sehari ini dia ga ngehubungin gue deh. Baru shubuh aja bangunin gue
sholat, hhmmm”
“Coba
cek dulu hape lu. Kali aja lu ga dengar kali”
“Oh
oke”, Nadia kemudian mengecek hapenya. “oh my god, kan hape gue mati dari tadi
shubuh. Pantesan aja ini hape diam yah, hahahah”
“Huh
dasar Nadia, nenek-nenek pelupa”, sahut Cindy
Kemudian
Nadia mengaktifkan hapenya. Ternyata telah banyak BBM yang masuk ke hapenya dan
semua itu chat dari Riendra. “siang Nad, udah berangkat ujian?”, “Nad, udah
makan kan?”, “Nad, kamu kemana? Kok BBM ke kamu dari tadi ceklis yah?”, “Nad,
kamu ga marah sama aku kan?” , “Nad, kirim aku nomor hapemu segera yah”,
“Nadia?”, “Nad, aku minta maaf yah kalau kamu tersinggung. Tapi aku sama sekali
ga mempermainkamu kok Nad”, “Nad, segera hubungi aku balik yah”, itu semua isi
BBM dari Riendra yang baru dibaca Nadia sore itu.
“Cind,
dia BBM kek gini nih sama gue”, Nadia menunjukkan ponselnya sama Cindy
“Udah lu
balas gih, kasihan dia merasa dicuekin. Hhmmm kayaknya dia serius deh Nad”
“Iya,
gue balas chat dia dulu yah. Eh itu pesanan kita udah datang. Yuk sekalian
makan aja”
Kemudian
Nadia membalas BBM Riendra yang dari tadi belum dibalasnya. “maaf Riend, dari
tadi shubuh hape aku matikan, soalnya pengen fokus belajar aja. Terus tadi lupa
lagi ngeaktifinnya. Jadi BBM kamu baru masuk semua nih. 0852xxxxxxxx ini nomor
aku. Sekali lagi maaf yah Riend, aku ga marah juga kok sama kamu” lalu pesan
itu dikirim Nadia. Setelah itu Nadia mulai memakan makan yang telah dipesannya.
Selang beberapa waktu, ketika Nadia hampir selesai makan, ponselnya kembali
berdering. Tapi kali ini adalah panggilan masuk dari nomor baru. Kemudian Nadia
menjawab telepon masuk tersebut.
“Halloo”
sahut Nadia
“Halo,
selamat sore Nad. Ini aku Riendra. Kamu udah dirumah?”
“Oh
Riend. Ini aku masih diluar lagi makan sama teman”
“Hhmmm
aku ganggu kamu ga?”
“Hahah
ga kok Riend, ini juga baru beres kok makannya, bentar lagi juga jalan balik”
“Oh oke
Nad, hati-hati yah jalan baliknya. Aku mau mandi dulu yah”
“Iya
Riend”
Sejak
saat itu Nadia dan Riendra semakin intensif berkomunikasi. Lambat laun perasaan
sayang itu tumbuh dalam hati Nadia untuk Riendra. Setelah berjalan dua bulan
dia semakin menyayangi Riendra. Apalagi usaha Riendra ketika datang ke kotanya
untk merayakan ulang tahun Nadia saat itu. Tapi Nadia tak puas hanya disitu,
kemudian Nadia meminta Riendra untuk bertemu keluarganya nanti ketika Riendra
pulang kampong. Demi Nadia dan untuk menunjukkan keseriusannya Riendra
menyanggupi permintaan tersebut.
Sekarang
Nadia telah mulai liburan semester dan semester depan dia telah memasuki
semester delapan. Liburan kali ini Nadia memutuskan untuk pulang ke kampong
halamannya di kota Z sekaligus untuk melakukan penelitian. Ternyata pada bulan
yang sama Riendra juga mau liburan sejenakdi kampong halaman sekaligus ingin
menemui orang tua Nadia. Selama di kampong Riendra hampir tiap sore datang
kerumah Nadia, hanya untuk ingin menemuin orang yang disayanginya. Sesekali dia
menemani Nadia pergi ke daerah penelitian. Dan pada waktu itu Nadia juga
mengenalkan Riendra dengan kedua orang tua dan adik-adiknya. Begitu juga dengan
Riendra, dia juga telah mengenalkan Nadia pada keluarganya.
Setelah
tiga minggu dikampung, kemudian Riendra kembali ke kota X untuk melanjutkan aktivitasnya.
Akan tetapi Nadia masih di kampungnya karena Nadia masih harus melanjutkan
penelitiannya beberapa minggu lagi. Tapi mereka percaya semua akan baik-baik
saja selama mereka saling menjaga kepercayaan masing-masing. Sampai nanti
kembali lagi melanjutkan aktivitas kampusnya di kota Y karena kota X dan kota Y
memanglah tak jauh. Apalagi Riendra sering ke kota Y untuk belanja keperluan
tokonya.
Hari ini
adalah hari dimana Nadia kembali ke kota Y untuk melanjutkan skripsinya agar
dia segera lulus. Namun setelah sampai di kota Y, dia kemudian dapat kabar dari
Riendra kalau besok harinya Riendra harus berangkat ke kota A yang cukup jauh
dari kota Y yang bisa menempuh 20 jam perjalanan. Saat itu Nadia benar-benar
sakit dengan perpisahan tersebut. Perpisahan itu terjadi sebelum mereka ketemu
lagi setelah satu bulan belum bertemu kembali. Ketika harapan itu sudah ada,
ternyata takdir berjalan lain. Mau tidak mau Riendra tak bisa datang menemui
Nadia. Tapi kepercayaan dan kesetiaan itu akan mampu menguatkan segalanya.
Sekarang
tepat satu tahun mereka menjalani semuanya bersama. Sejak perpisahan dimana
Riendra berangkat ke kota A, mereka masih diberi kesempatan bertemu pada saat
lebaran. Yah pada saat itu Nadia tidak pulang ke kampungnya begitu juga dengan
Riendra. Namun pada saat Nadia wisuda, Riendra tidak bisa datang pada hari
penting itu. Kecewa? Jelas saja Nadia kecewa. Akan tetapi dia harus memahami
tentang semua kesibukan Riendra untuk masa depannya.
Meskipun
mereka menjalani semua ini terhalang akan jarak, namun hubungan mereka tetap
harmonis dan saling mengerti satu sama lain. Hingga pada hari ulang tahun
Nadia, malam itu mereka menghabiskan waktu dengan bercanda dan cerita panjang
lebar. Bahkan mereka merasa taka da jarak lagi diantara mereka. Hingga pada
suatu hari Riendra memutuskan untuk lebih mendalami ilmu agamanya dan dia tidak
ingin lagi pacaran.
“Siang
Nad”, bbm Riendra terkirim ke ponsel Nadia
“Siang,
kenapa Riend?”
“Aku
ingin mendalami lebih lagi tentang ilmu agama, menurut kamu gimana?”
“Yah
bagus sekali kalau kamu lebih lagi belajar agamanya”
“Hhmmm
Nad, maaf yah sebelumnya. Menurut kamu kita selama ini gimana?”
“Kita
gimana? Maksud kamu?”
“Iya
tentang kita salah atau ga?”
“Aku ga
ngerti Riend. Memang dalam islam tidak ada pacaran, tetapi kita juga tidak
pacaran seperti orang-orang lain itu kan?”
“Iya
Nad. Itu menurut aku. Kita salah apa ga?”
“Salah
Riend”,
“Jadi
menurut kamu kita harus gimana? Sedangkan kita saling mencintai”
“Cuma
ada dua pilihan Riend, kita akhir kalau ga yah nikah”
“Tapi
kamu tau kan Nad, aku belum siap nikah”
“Yah aku
tau Riend, jadi pilihannya yah kita akhiri kan?”
“Tapi
kita kan saling mencintai. Apakah tidak ada acara lain?”
“Tidak
Riend, kan kamu sendiri yang menanyakan pilihannya. Tapi aku ga nyangka selama
ini hanya berakhir seperti ini. Kemana janji kamu selama ini Riend?”
“Aku
tidak akan ninggalin kamu Nad. Kamu pegang janji aku. Nanti ketika aku siap,
aku akan menemui orang tuamu dan kita akan menikah”
“Terus
kamu mau menggantung aku selama itu?”
“Aku
tidak menggantung kamu. Kita tetap saling ngabarin, saling komunikasi”
“Terus
bedanya sama hubungan kita selama ini apa Riend?”
“Selama
ini kita terlalu berlebihan dalam status pacaran, panggilan sayang. Itu sangat
berlebihan Nad”
“Jadi
sekarang mau kamu apa Riend? Aku harus gimana?”
“Kita
jalani aja hubungan yang lebih baik Nad. Percaya sama aku, aku akan menepati
janjiku sama kamu. Aku akan menemui orang tuamu. Kita tetap saling ngabarin yah
Nad. Tidak banyak yang berubah. Kita jalani syariat islam lebih baik lagi. Kamu
tetap calon istriku Nad”
“Semoga
aja Riend”
Hari itu
benar-benar kelam semuanya. Di satu sisi dia senang Riendra mau mendalami ilmu
agamanya, itu artinya dia akan bisa jadi imam yang baik suatu saat nanti. Tapi
hubungan mereka? Memang tidak ada kata pacaran dalam islam. Tapi mereka selama
ini juga tidak jatuh terlalu jauh seperti orang pacaran pada umumnya. Tujuan
mereka pun menikah. Tapi dari chatingan siang itu Nadia merasakan akan adanya
jarak antara mereka. Nadia benar-benar kehilangan harapan saat itu. Dia tidak
bisa berpikiran jernih lagi. Seandainya Riendra bisa memberinya penjelesan yang
lebih masuk akal lagi dan bisa diterima logika. Mungkin celah kerenggangan itu
tidak akan muncul dalam hubungan mereka.
Besoknya
Nadia berangkat ke suatu kantor perbankan yang cukup terkenal di kota W. hari itu
dia berangkat dari kota Y ke kota W shubuh-shubuh sekali agar dia tidak telat
untuk ikut tes hari itu. Dia masih saja lesuh seperti kemarin. Gurat sedih
dimuka Nadia. Dia benar-benar tidak semangat, padahal kerja di bank KLM
merupakan impiannya sejak SMA. Hari ini ada dua tes dari bank tersebut. Artinya
hari ini dia akan sampai sore dan akan sampai malam dikosannya. Besoknya lagi
dia akan ada aktivitas lain dikampusnya. Setiap tawaran kegiatan untuk tiga
minggu ini benar-benar dia ikuti semua. Dia ingin melupakan Riendra. Namun
Riendra masih tetap ngechat dia, dan Nadia tetap membalas chat dari Riendra.
Tapi tidak seintensif dulu lagi. Karena akhir-akhir ini Nadia sibuk sekali
dengan kegiatannya. Berangkat habis shubuh dan pulang sangat malam. Di lain sisi
Riendra rindu sama Nadia, namun dia harus memahami kesibukan Nadia saat ini.
Karena ini menyangkut masa depan Nadia. Akan tetapi dia juga khawatir dengan
kesehatan Nadia. Nadia benar-benar sibuk akhir-akhir ini. Riendra juga memilih
untuk ikut pengajian-pengajian supaya dia punya kesibukan juga agar dia lebih
bisa mendalami agamanya dan menjadi imam yang baik kelak buat Nadia, calon
istrinya.
Tiga
minggu berlalu, hari ini Nadia menandatangani kontrak dengan bank KLM. Akhinya
Nadia bisa bekerja di tempat yang dia idam-idamkan selama ini. Namun kerjaan
tersebut akan dimulai dua bulan lagi. Masih ada waktu yang lama untuk Nadia
dalam menyelesaikan kegiatan lainnya yang selama ini dia lakukan bersama
sahabat-sahabatnya. Yah, beberapa hari ini Nadia, Cindy, dan teman-temannya
mendirikan taman baca buat anak-anak jalanan di kota Y. hingga pada suatu sore,
saat sedang mengajarkan matematika pada anak-anak, Nadia jatuh pingsan. Cindy
langsung lari kea rah Nadia terjatuh.
“Nad,
ayo bangun. Nadiaaaa”. Teriak Cindy. Teman-teman lain yang mendengar teriakan
Cindy langsung berlari ke arah Nadia. Kemudian berusaha membangunkan Nadia. Dan
ada juga yang segera menghubungi ambulan. Tidak lama kemudian, ambulan datang
dan membawa Nadia ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit, Nadia
langsung dibawa ke ruangan ICU. Diantara teman-teman Nadia ada yang menghubungi
keluarga dan teman kontrakan Nadia. Tak lupa pula Cindy segera mengambil ponsel
Nadia dan segera menghubungi Riendra.
“Riendra,
ini gue Cindy temannya Nadia. Nadia masuk rumah sakit. Tadi sedang ngajar
tiba-tiba dia pingsan. Sekarang dia masih di ruangan ICU. Nanti kalau dokter
udah ngasih tau sakitnya. Gue hubungun lu lagi yah.”
“Oke
Cind, makasih infonya”, balas Riendra
Tak lama
kemudian dokter keluar dari ruangan ICU dan teman-teman Nadia langsung beranjak
mendekat ke dokter untuk menanyakan keadaan Nadia.
“Gimana
dok keadaan Nadia, apa yang terjadi sama Nadia dok?” Tanya Cindy panic
“Apakah
anda yang bertanggung jawab soal Nadia”, Tanya dokter kembali
“Iya
dok, saya Cindy, sahabatnya Nadia. Tolong ceritakan ada apa dengan Nadia dok”,
“Nadia
sangat kelelahan, selain itu mungkin dia juga sedang dalam beban pikiran yang
berat. Mungkin dia juga tidak mengontrol pola makannya. Apalagi selama ini
tensinya selalu rendah. Maag nya juga kambuh karena makannya tak lagi teratur.
Sebaiknya anda segera hubungi keluarganya”, dokter itu menjelaskan apa yang
dialami Nadia saat itu
“baiklah
dok”, jawab Cindy
Saat itu
juga Cindy langsung menghubungi orang tua Nadia yang lagi dikampung. Mendengar
penjelasan dari Cindy, orang tua Nadia memutuskan untuk langsung berangkat
besok harinya untuk menjumpai anak mereka. Tak lupa Cindy juga memberikan kabar
tentang keadaan Nadia kepada Riendra. Malam ini Riendra akan langsung berangkat
ke kota Y untuk melihat keadaan Nadia. Betapa hancurnya Riendra mendengar
penjelasan dari Cindy tentang keadaan Riendra. Dia berpikir ini semua adalah
gara-gara dia yang kurang memperhatikan Nadia akhir-akhir ini. Apalagi dia
membiarkan Nadia terus-terusan dalam kegiatan tanpa memperingatkan untuk
istirahat.
Besok
harinya orang tua Nadia dan Riendra telah berada di rumah sakit dimana Nadia
dirawat. Tapi sampai saat itu Nadia masih belum sadarkan diri. Dua hari
berlalu, Nadia masih belum sadarkan diri. Dokter pun tidak bisa menjanjikan
apa-apa. Mungkin sedikit kata-kata harapan bisa membantu Nadia. Mungkin
akhir-akhir ini ada hal yang sangat jadi beban pikiran dia, jika kalian
menemukan solusi yang tepat untuk masalah yang lagi dipikirkan Nadia, mungkin
itu bisa membangunkan Nadia. Dia hanya pingsan, jadi ketika kalian berbicara
mungkin dia masih bisa mendengarkan itu. Begitulah kata dokter pada keluarga
Nadia pagi itu. Hari itu Riendra masih berada di rumah sakit. Riendra ingat
kembali sejak kapan Nadia mulai sibuk dan dia berpikiran mungkin chat sebelum
dia sibuk itu adalah penyebabnya. Kemudian Riendra menemui kedua orang tua
Nadia dan mencoba melamar Nadia dalam keadaan saat itu. Berat bagi orang Nadia
untuk memutuskan semuanya. Akan tetapi Riendra meyakinkan kedua orang tua Nadia
dan mungkin ini bisa membantu Nadia bangun dari pingsannya. Akhirnya orang tua
Nadia menerima lamaran dari Riendra. Siang itu langsung Riendra menghubungi
orang tuanya tentang rencana akad nikahnya sama Nadia besok harinya di rumah
sakit. Betapa kagetnya orang tua Riendra mendengar kabar tersebut. Kemudian
Riendra terus meyakinkan orang tuanya tentang keadaannya saat ini, sehingga
orang tuanya menyetujui hal tersebut dan akan berangkat ke kota Y malam ini
juga.
Siang
itu semua orang sibuk untuk mempersiapkan keperluan akad nikah besok malam
antara Nadia dan Riendra. Dokter pun menyetujui kepetusan yang dibuat oleh
keluarga tersebut. Semua surat-menyurat diurus semua oleh ayah Nadia dan
Riendra. Besok siangnya semua surat-surat dan keperluan akad nikah telah
selesai disiapkan. Tinggal menunggu mala mini habis magrib Nadia dan Riendra
akan menikah. Meskipun tanpa persetujuan Nadia, namun orang tuanya yakin Nadia
sangat senang dengan kabar ini.
Malam
itu akad nikahpun telah selesai dilaksanakan. Riendra telah sah jadi suaminya
Nadia. Semua orang lelah hari itu. Riendra meminta orang tuanya, teman-teman
Nadia dan kedua mertuanya untuk istirahat. Karena malam itu Riendra yang akan
menjaga Nadia. Sepanjang malam Riendra mengaji disamping Nadia dan
sekali-sekali dia mengajak Nadia ngobrol dan mengingat kembali masa-masa dimana
dia awal mengajak Nadia untuk menjalani hubungan serius.
Setelah
sholat shubuh Riendra kembali mengajak Nadia mengobrol kembali. Akhirnya Nadia
mulai membuka matanya dan memanggil-manggil nama Riendra. Melihat Nadia yang
mulai sadarkan diri, Riendra langsung menghubungi dokter jaga pagi itu.
Kemudian Riendra memberi kabar bahagia tersebut ke keluarganya. Tak lama
kemudian dokter keluar dari ruangan Nadia dengan tersenyum lebar dan
memberitahukan kepada Riendra bahwa Nadia akan baik-baik saja. Kalau keadaannya
semakin membaik, mungkin tiga atau empat hari lagi Nadia akan diperbolehkan
pulang. Setelah itu Riendra langsung masuk keruangan Nadia ingin segera mengobrol
dengan istrinya tersebut. Betapa rindunya dia sama gadisnya itu.
“Pagi istriku,
akhirnya kamu bangun juga sayang. Aku benar-benar merindukanmu sayang”
“Ada apa
Riend? Apa yang terjadi sama aku? Terus kenapa kamu memanggilku istrimu?”
“Iya sayang,
kamu udah pingsan selama lima hari. Dan tadi malam aku baru aja ucapkan ijab
Kabul janji pernikahan kita, aku gam au lagi kehilangan kamu Nad. Aku sangat
mencintaimu. Maafkan aku yah sayang.”
“Ini semua
bukan salah kamu kok Riend, mungkin karena aku aja yang terlau takut akan
kehilangan kamu. Sehingga aku sendiri lupa dengan kesehatan aku. Dan membuat
semua orang khawatir tentang aku.”
“Hhmmm sekarang
lupakan semuanya yah Nad, kita mulai lembaran baru cerita kita. Aku janji tak
akan lagi menyia-nyiakan kamu.”
“Makasih
Riend,”
Setelah empat hari berlalu, hari ini Nadia diperbolehkan pulang.
Hari ini Riendra akan membawanya ke kota A. tentu saja dengan persetujuan
keluarga mereka. Apalagi Nadia yang hanya tinggal sendirian dan masih ngekos di
kota Y. selain itu Nadia masih dua bulan lagi baru mulai bekerja di kota W.
jadi sekarang Nadia akan ikut suaminya Riendra ke kota A untuk sementara waktu
sekaligus pemulihan kondisi kesehatannya.
0 komentar:
Posting Komentar